Khusus Area Anuu dan banyak anuu
# Jangan cari sesuatu yang faedah, ga bakal nemu😂😂😂
Arka dan Naura adalah saudara angkat yang selalu bersama, keduanya menjalin percintaan setelah bertemu kembali.
Hingga keduanya dipersatukan dalam ikatan pernikahan.
Namun keinginan mempunyai keturunan begitu syulit.
Apalagi pernikahannya tidak diketahui oleh orang tua Arka.
Bagaimana mereka berdua mendapatkan kebahagiaan dengan mempunyai keturunan.
Nahhhhh
Ikutin aja
Walau ga ada faedahnya
Banyak mengandung anuuu
harap bijak dalam membaca😂😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Pacarku!
Setelah selesai bertemu Arkan, Arka kembali ke perusahaan dengan menggunakan ojek online, sementara motornya dipakai oleh Arkan.
Arka sengaja agar Arkan memakai motornya, sebab itu motor menjadi ciri khas dari Arka, untuk mengelabuhi siapapun nantinya yang mengenal Arka.
Dewo dan Arkan masih bercengkerama mengakrabkan diri, selain itu Arkan memang baru bertemu teman akrab saat ini di Indonesia, yaitu Dewo.
"Aakk, Dewi berangkat dulu ya!" Ucap Dewi sambil berjalan ke arah Dewo untuk bersalaman.
"Hati-hati neng!" Sahut Dewo.
"Ya udah bareng aku saja, sekalian aku mau menghafal kota Jakarta."
Arkan yang duduk dihadapan Dewo pun ikut berpamitan, karena hari juga sudah siang, selain itu Arkan ingin mengenal Dewi lebih dekat.
"Ya udah, hati-hati deh dan jangan ngebut!" Sahut Dewo.
Dewi tentu saja kaget, terlebih kembaran Arka akan mengantar dirinya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, saat bersama lelaki.
Kikuk lah jadinya, ketika Dewi berada dibelakang saat Arkan mengendarai motornya, apalagi motor sports meski terbilang bukan baru.
"Ke kampus mana?, kasih tahu jalannya Ya?" Ucap Arkan sambil memakai helm miliknya, sementara Dewi membawa dari rumah.
"Iya Kak!" Sahut Dewi, dengan sengaja memanggil Kakak untuk Arkan dan 'mas' untuk Arka.
Arkan pun melajukan kendaraanya perlahan, dan Dewi melambaikan tangan kearah Dewo dan ibunya.
Jalanan sudah mulai macet, membuat Arkan seringkali memperlambat laju kendaraannya dengan mengerem mendadak.
Hal itu membuat Dewi mengeratkan pegangannya, hingga akhirnya memeluk Arkan dari belakang.
"Sengaja ya!" Ketus Dewi, sambil memukul bahu Arkan.
"Sorry, aku belum terbiasa dengan jalanan di Jakarta, di Paris berbeda sangat!" Sahut Arkan.
Dewi mendengus kesal, meski tidak melepas pelukannya saat ini, karena ia takut jika Arkan kembali mempercepat laju kendaraannya, dan ia terjatuh.
Hingga beberapa saat kemudian, Arkan telah sampai di kampus Dewi, kemudian Dewi pun turun dari kendaraannya.
Plakkk.....
Dewi kembali memukul Arkan, karena kejadian tadi di perjalanan, sehingga Arkan pun mengaduh karena pukulan Dewi.
"Aduhhh..!"
"Kenapa sih!"
"Rese..!" Sahut Dewi kemudian melepas helmnya langsung berlalu pergi meninggalkan Arkan.
Arkan hanya menggelengkan kepala, karena tingkah Dewi yang lucu.
"Menarik!" Ucap Arkan, kemudian melajukan kendaraanya meninggalkan kampus tersebut.
***
Sore harinya, Arkan kembali ke kampus Dewi untuk menjemput, selain ia lupa jalan arah pulang, Arkan juga ingin mengenal lebih dekat Dewi saat ini.
"Ngapain kesini?"
Arkan menoleh, melihat Dewi yang sudah berada di dekatnya, karena suara itu tidak asing bagi Arkan.
"Lupa jalan pulang!" Sahut Arkan sambil melirik ke arah Dewo, kemudian menyodorkan helm kepada Dewi.
"Alasan kan!"
"Engga, memang lupa, aku baru di Jakarta, tadi cuma keliling daerah sini saja."
Alasan Arkan membuat Dewi mengerutkan kening, sebab hampir setengah hari Arkan hanya keliling di sekitar sini saja, bahkan mungkin lupa jalan pulang.
"Ya udah ayok, anter aku kerumah, entar biat Aak Dewo yang mengantarmu pulang." Sahut Dewi kemudian menerima helm dari Arkan.
Perlahan Arkan pun melajukan kendaraanya untuk mengantar Dewi.
Beberapa pasang mata saling pandang, karena Dewi dapat boncengan sepeda motor, karena tiap harinya Dewi naik angkutan umum dan kadang naik ojek online.
Wajah Arkan tertutup oleh helm miliknya, sehingga tidak mengetahui siapa yang menjemput Dewi kali ini.
Beberapa gosip jika Dewi adalah orang tak berada, bahkan sering jualan kue untuk kehidupan sehari-hari.
Kampus Dewi memang bukan kampus elit, namun begitu banyak mahasiswa dari kalangan orang berada.
Dewo kadang mendapat Bullyan dari teman temannya, namun Dewi sering mengabaikan hal itu.
"Sebelum pulang, aku kasih tahu arah kemana saja itu jalan." Ucap Arkan sambil menunjuk persimpangan jalan didepannya.
Mau tak mau, Dewi merapatkan pegangannya, meski jantungnya berdebar karena dadanya menempel punggung Arkan.
Dewi pun memberitahu arah dan tujuan dari simpangan itu dan membuat Arkan paham sedikit demi sedikit.
"Nanti ketemu kembaranmu lah, minta kasih tahu jalanan di Jakarta ini, masa aku!"
"Aku sukanya sama kamu!" Sahut Arkan, membuat wajah Dewi memerah, meski tidak terlihat oleh Arkan.
Plakk...
Kembali Dewi memukul Arkan, karena ucapannya itu.
"Wajar kan kalau aku suka kamu!"
"Hais...!"
"Mau engga kamu jadi pacar aku!" Ucap Arkan kembali, saat berada di lampu merah.
Plakkk...
Dewi kembali memukul Arkan, meski jantungnya semakin berdetak lebih cepat, dan Dewi tidak menjawab pertanyaan Arkan.
Pelukan erat Dewi dari belakang, membuat Arkan yakin, jika Dewi menerima ajakan pacaran itu.
"Kalau engga jawab, berarti mau!" Ucap Arkan.
"Dih maksa!" Sahut Dewi, kemudian menyadarkan dagunya di bahu Arkan.
Suasana sore membuat keduanya larut dalam perasaan yang berbeda, sebab saat ini Dewi merasa masih sangat ragu.
Sebenarnya Dewi menyukai Arka, namun kali ini bukanlah Arka yang menembaknya, akan tetapi Arkan kembarannya.
Arkan tersenyum, kemudian menarik tangan Dewi agar memeluknya lebih erat.
"Modus!"
"Biarin, modus sama pacar sendiri ini!" Sahut Arkan.
"Hey!, sejak kapan aku menerimamu sebagai pacar!"
"Sejak kamu mengeratkan pelukanmu!"
"Kan kamu yang narik!"
" Tidak ada alasan untuk menolak sayang!"
Perkataan Arkan membuat pipi Dewi kembali memerah, kemudian mengeratkan kembali pelukannya tanpa sadar.
Lampu berubah menjadi hijau, dan Arkan pun melajukan kendaraannya kembali.
Tak lama kemudian, Arkan membelokkan arah kendaraanya menuju sebuah danau di pinggir kota, membuat Dewi mengerutkan keningnya.
"Mailu kemana?"
"Lihat saja nanti!" Sahut Arkan masih fokus dengan jalanan.
Tadi setelah mengantar Dewi berangkat ke kampus, Arkan mencari tempat yang cocok untuk berduaan dengan Dewi.
Karena Arkan seorang penyuka traveling, ia memilih danau meski masih dalam suasana kota.
Tempat yang saat ini cocok untuk mengungkapkan perasaannya.
Namun apa daya, mulut Arkan sudah keceplosan dijalanan tadi hingga akhirnya ingin mengajak Dewi sekedar berjalan berduaan dengan pujaan hatinya.
Memang Arkan baru mengenal Dewi, namun Dewi terlihat berbeda dengan gadis-gadis eropa yang sering ia temui.
Arkan mengajak Dewi duduk di bangku taman danau, tak jauh dari jalanan yang padat merayap.
"Es krim mau?" Tanya Arkan kepada Dewi, dan Dewi pun ngangguk, karena memang menyukainya.
"Rasa apa?"
"Rasa sayangku padamu!" Lanjut Arkan tanpa mau mendengar jawaban dari Dewi.
"Hais, tanya sendiri jawab sendiri!" Celetuk Dewi, namun bibirnya mengulas senyum.
Tak lama kemudian Arkan kembali sambil membawa dua cup es krim ditangannya, kemudian memberikan salah satu kepada Dewi.
"Aku tahu, kamu penyuka rasa vanilla, sebab wajah cantikmu semanis vanilla!" Goda Arkan.
"Apasih!" Sahut Dewi.
Pipi Dewi kembali memerah, kemudian ditutup dengan tangan kirinya, sebab tangan kanan Dewi menerima es krim dari Arkan.
"Aku tidak tahu, kenapa aku menyukaimu, kamu orangnya ramah dan lembut, bahkan aku sudah terpesona saat kita bertemu pertama kali."
Dewi terdiam dengan perkataan Arkan, entah saat ini Arkan ngegombal atau memang suka merayu.
"Aku tidak pernah dekat dengan wanita, dan baru kamulah yang membuat jantungku berdebar saat pertama kali bertemu." Lanjut Arkan memulai cerita kisahnya dahulu.
"Sebenarnya aku trauma berdekatan dengan wanita, terutama yang lebih tua dariku, karena pernah ada yang mencoba untuk melecehkanku!" Lanjut Arkan dengan wajah sendu.
Dewi merasa tertarik dengan cerita Arkan saat ini, entah perasaan apa yang dialami oleh Arkan dahulu.
"Beruntung sahabatku Tanaka menolongku, sehingga aku terbebas dengan kejadian itu."
"Kapan itu?"
Dewi bertanya tentang kejadian Arkan itu, sebab sebuah trauma tidak mungkin cepat sembuh, jika tidak ada penyebabnya.
"Saat aku usia 16 tahun." Sahut Arkan, kemudian menatap Dewo.
"Bahkan wajah itu masih sangat aku ingat sampai saat ini!" Lanjut Arkan
"Lalu sekarang?" Tanya Dewi.
"Kemarin sewaktu kecelakaan aku dirawat oleh kakakku Aqueena, ia memberikan kasih sayang yang lebih kepadaku, mungkin aku dikiranya Arka, tapi kasih sayangnya itu sangat melekat dalam diriku, hingga traumaku itu perlahan menghilang, hingga aku bernazar, siapapun wanita yang dekat denganku pertama kali, akan aku jadikan pacar, bahkan mungkin akan aku lamar sebagai istriku kelak."
"Kalau wanita itu lebih tua darimu?"
"Bisa jadi, agar aku terbebas dari bayang-bayang itu." Sahut Arkan
"Mau kan kamu jadi pacarku?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
gα α∂α ρєяυмραмααη αтαυ кαтα вιʝαк, ωкωкωк
вєяѕαмвυηg...