Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Can't Get Her Face Out of My Mind
Dosen yang mengajar di kelas menutup laptopnya, pertanda jam kuliah telah berakhir, Azzrafiq melihat langit yang tertutupi awan kelabu dari jendela kelas, mengisyaratkan akan hujan sore ini, dia segera memasukkan buku tulis ke dalam tas ranselnya.
Sesekali Azzrafiq mengecek ponselnya, menunggu pesan dari Bianca yang tak kunjung datang, dia berdecak kesal lalu memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas, dan beranjak dari tempat duduknya.
Lagi-lagi Nisrina teman satu jurusannya dari kelas C sudah menunggunya di depan kelas, melihat Nisrina yang seperti itu membuat mood Azzrafiq semakin buruk. Dia sedang tak ingin menyapa siapa pun yang berlagak so kenal padanya.
Azzrafiq keluar kelas dengan wajah yang kecut, Nisrina siap menyambutnya dengan senyuman manisnya, tapi kali ini Azzrafiq sama sekali tak menanggapinya, dia melewatinya begitu saja.
Ketika dipanggil pun, dia tak menyahut. Teman-teman wanita sekelasnya seolah merasa puas dengan sikap Azzrafiq yang mengabaikan Nisrina.
Azzrafiq berjalan sendirian menuju kost-nya, dari banyaknya Mahasiswa yang berjalan untuk pulang, tak ada satu pun yang dia kenali, lalu dari belakang seseorang yang tak asing lagi suaranya, memanggil namanya. Dia berhenti dan menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya.
"Sendirian aja lo." Sapa Yudhistira.
"Terus harus bareng satu angkatan?" Tanya Azzrafiq malas, lalu melanjutkan lagi langkahnya.
"Biasanya sama si Maul, kenapa lo? Bad mood banget kelihatannya." Tanya Yudhistira yang berjalan di sisinya.
"Gue lagi risi sama orang-orang yang so kenal sama gue."
"Digangguin lagi lo sama kuntilanak?"
Azzrafiq terkekeh. "Serem! Gue diikutin terus."
Yudhistira menepuk-nepuk pundak Azzraffiq. "Kayaknya lo harus di ruqiyah, supaya gak digangguin terus."
"Asal lo yang ruqiyahin gue."
"Gue aja baru dikejar wewe gombel." Celetuk Yudhistira.
"Cewek jaman sekarang agresif amat ya, sampe bener-bener bikin merinding." Seru Azzrafiq.
"Lebih parah dari jaman SMA."
Di tengah jalan, Azzrafiq bertemu lagi dengan Magika, wanita itu sedang duduk di scooter vespa bersama temannya. Namun Magika tak melihat dan tak sadar ada seseorang yang sedang memperhatikannya dengan sejuta kekaguman.
Jantung Azzrafiq berdegup dengan kencang ketika melihat tambatan hatinya yang baru. Dia tersenyum dan mulai penasaran siapa nama wanita yang berhasil mengambil hatinya itu? Tapi dia belum berani menyapanya, belum waktunya. Tak lama Magika pun pergi melesat bersama scooter vespa nya.
Azzrafiq terus memperhatikan wanita itu hingga tak terlihat lagi di matanya. Mengingat Bianca yang kini mencampakkannya, semenjak menginjak kuliah dan berbeda kampus, Bianca tak memperhatikannya lagi, Bianca selalu berdalih karena sibuk kuliah dan banyak tugas, sehingga selalu tak sempat untuk mengabari Azzrafiq.
Tak dapat dipungkiri hatinya mulai beralih pada wanita lain, mungkin memang sudah seharusnya hubungannya dengan Bianca diakhiri, dan mulai membuka lembaran baru.
"Lo percaya cinta pandangan pertama gak?" Tanya Azzrafiq tiba-tiba.
Yudhistira menatap heran Azzrafiq. "Kenapa lo? Tumben amat bahas gituan."
Ketika melihat wajah Azzrafiq berseri-seri, Yudhistira sadar wajah sahabatnya itu tak semurung tadi, kini ada senyuman di sudut bibirnya.
"Serius nanya gue." Sahut Azzrafiq.
Yudhistira terdiam sejenak. "Hmm... percaya sih, karena beberapa hari ini juga gue sering ketemu sama satu cewek di perpus dan kayaknya gue tertarik sama dia."
"Pantesan lo betah lama-lama di perpus, kirain beneran karena ada tugas, ternyata ada maksud lain juga."
"Pertama emang gue lagi banyak tugas, selebihnya ya cari yang bisa digebet lah, siapa tahu ada yang cocok, peribahasanya sambil menyelam minum air." Yudhistira kembali memperhatikan wajah Azzrafiq.
"Pasti lo lagi jatuh cinta sama cewek lain, kelihatan dari raut wajah lo yang berubah 180 derajat. Terus Bianca gimana?"
"Kayaknya gue bakalan putusin dia aja, so sibuk semenjak kuliah." Jawab Azzrafiq malas.
"Lo kesepian? Udah gak pernah dapet jatah lagi ya? Hahaha. Kalo emang putus jalan terbaik, ya udah putusnya jangan sampe musuhan, jangan norak."
"Sialan lo, norak sampe anjing-anjingan gitu?"
"Hahaha, emang kayak anjing sih kadang mantan tuh, tapi gue coba tetap berhubungan baik sama mereka."
"Itu karena lo masih belum bisa move on, makannya lo masih berhubungan baik, ditambah lo gak mau keluar dari zona nyaman." Tutur Azzrafiq.
"Bukannya gak bisa move on, gue pernah baca tulisan, menjaga tali silaturahmi itu bisa memperpanjang umur dan menambah rezeki. Ya gue teladani aja. Lagian gue sekarang juga punya inceran baru." Seru Yudhistira.
"Menambah jatah mantan juga gak?"
"Damn you!!"
"Hahaha..."
"Eh ujan, gue gak bawa payung lagi." Gerutu Yudhistira seraya melindungi kepalanya dengan tangan dari percikan air hujan.
Azzrafiq dan Yudhistira berlari untuk berteduh, menunggu hujan yang sangat deras berhenti. Suara rintik hujan yang jatuh di atas aspal, menggema terdengar sangat merdu walaupun sebenarnya kedatangannya, membuat sebagian orang kesal.
Azzrafiq mengecek ponsel nya, ada balasan pesan dari Bianca, tapi dia tak menghiraukannya. Bukan Bianca lagi yang kini dia tunggu. Dia teringat lagi pada wanita itu, perasaan menggebu dalam hatinya hadir kembali, setelah beberapa lama dia tak merasakannya.
Terakhir kali Azzrafiq rasakan ketika bertemu dengan Bianca, dua tahun lalu, semenjak menjalin hubungan dengan Bianca rasanya flat, tapi entah kenapa dia tetap mempertahankan hubungannya itu, padahal banyak wanita yang menyukainya, tapi dia tipe orang yang tak suka bila ada wanita yang selalu mengejarnya.
Azzrafiq tipe lelaki yang suka mengejar bukan dikejar, dia bahkan berani menilai, seorang wanita itu rendahan apabila terlalu agresif mengejar-ngejar lelaki.
Selama menjalani hubungan yang flat dengan Bianca, tak pernah terpikirkan olehnya untuk mencari wanita lain, karena menurutnya tak ada wanita yang bisa menarik hatinya, kecuali Bella yang saat ini entah dimana keberadaannya, sampai akhirnya bertemu dengan Magika tadi pagi, seketika itu juga hatinya berlabuh.
Ketika membayangkan wajah Magika, Azzrafiq selalu tersenyum, bahkan dia tak sadar Yudhistira sedang memperhatikannya, ada yang tak beres dengan Azzrafiq.
"Siapa sih cewek yang bisa buat lo beralih dari Bianca?" Tanya Yudhistira dengan nada mengejek, mengingat temannya itu selalu menolak ketika ada wanita lain yang mendekatinya, padahal kebanyakan yang mendekatinya bukan wanita sembarangan.
"Gue gak tahu siapa nama itu cewek, dia temen sejurusan."
"Berarti tuh cewek panas banget ya, bisa mencairkan hati lo yang beku gara-gara Bianca. Dulu satu sekolah tahunya lo itu benar-benar memuja Bianca. Sampai seorang model aja, yang cantiknya gak ketulungan lo tolak."
"Cantik aja itu gak cukup, lo tahu kan gue paling gak suka sama cewek yang ngejar-ngejar gue, lagi pula pemahaman gue dulu, setia sama satu cewek itu hal yang sangat dibanggakan, gue membangun image itu ke orang-orang kalo gue itu tipe cowok setia, dan sialnya berhasil."
"Terus lo dapet apaan setia sama Bianca? Image doang? Hahaha bener-bener naif lo." Sahut Yudhistira dengan nada mengejek.
"Naif, bener kata lo, setelah dipikir lagi saat ini, cuma emang gue orangnya susah jatuh cinta sekalinya ada cewek yang gue sukain, ya lo tahu lah."
"Lo kalo jatuh cinta, jadi dongo kayak sekarang, harus ya nunggu lo jatuh cinta dulu sama yang lain terus lo putusin si Bianca? Buang-buang waktu, padahal hubungan lo berdua juga gak asik-asik amat yang gue lihat."
"Kadang dia tuh ngerti sih apa yang gue butuhkan, makanya kita masih sama-sama, terlebih lagi.." Azzrafiq menghentikan kata-katanya ketika teringat hal yang buruk terjadi pada Bianca satu tahun lalu.
"Terlebih lagi karena?" Tanya Yudhistira.
"Karena gak ada cewek yang berhasil menarik hati gue sampai berakhir tadi pagi." Lanjut Azzrafiq tak ingin memberitahu alasan sebenarnya mengapa dia tak bisa melepaskan Bianca begitu saja, padahal dirinya sendiri sudah jenuh.
"Jadi lo lebih milih tetep sama Bianca meskipun udah gak suka, dibanding memilih jadi jomblo? Lemah banget lo, segitu takutnya jadi jomblo."
"Bukan takut Nyet, maunya juga gue gitu, cuma gue punya alasan kenapa masih bertahan sama Bianca."
"Lo kebanyakan mikir sih orangnya, hanya karena ngerasa gak enak sama Bianca, lo sendiri yang tersiksa. Oh ya, si Bella cewek fiktif itu gimana? Lo udah gak penasaran lagi tentang keberadaan dia?" Tanya Yudhistira seketika memikirkan Bella, mengingat Azzrafiq beberapa bulan ini selalu mencari informasi tentang wanita itu.
Azzrafiq menghela nafasnya, karena pesona Magika, dia sampai lupa dengan Bella, si cewek yang selama ini dia cari-cari dan selalu menghantuinya dalam mimpi.
"Gue gak tahu harus nyari Bella dimana lagi. Buntu. Udah gak ada petunjuk tentang dia."
"Karena lo udah nemuin peralihan lainnya."
"Sembarangan lo kalo ngomong, gue gak nyari peralihan dari cewek ini, gue bakalan kejar dia walaupun sampai ujung dunia, kali ini gue bener-bener mau putus dari Bianca." Ucap Azzrafiq sambil berharap Bianca berubah, dan tak impulsif seperti dulu.
"Gue dukung!! Asal jangan omdo, kek tahun lalu mau putus tapi gak jadi, semoga cewek yang lo suka, bisa lo dapetin."
Mengingat tahun lalu dirinya pernah memutuskan Bianca namun tak berhasil, seketika mood nya kembali murung."Gue gak tahu bisa dapetin apa enggak, gue ragu, dia beda sama cewek lainnya, dia cuek sama gue."
"Jadi itu daya tariknya, cewek yang cuek sama lo. Gak usah pesimis gitu, manfaatin aja wajah lo, palingan juga tuh cewek gak akan lama didapetin." Kata Yudhistira menyepelekan wanita yang disukai Azzrafiq.
Azzrafiq menatap sinis Yudhistira, dia tak suka jika wanita yang disukainya diremehkan. "Lo bilang kayak gitu karena lo belum lihat dia."
"Emang kayak gimana sih tuh cewek rupanya?"
"Well, She is pretty, selain itu tatapan matanya yang dingin pas lihat gue, yang entah kenapa gue langsung bertekuk lutut dibuatnya." Ucap Azzrafiq menceritakannya dengan penuh kekaguman, ketika mengingat Magika senyuman kembali hadir di bibirnya.
"Cantik itu relatif ya, siapa tahu menurut lo cantik tapi menurut gue enggak." Kata Yudhistira.
"Sanksi sih gue sama perkataan lo, tipe cewek yang kita suka tuh sama nyet, lo belum lihat dia aja, kalo udah lihat, gue jamin lo juga pasti suka sama dia. Dulu aja lo suka sama Bianca tapi karena dia lebih milih gue, lo jadi benci sama dia." Sahut Azzrafiq.
"Sialan! Bener lagi lo! Gue benci sama Bianca bukan karena dia lebih milih lo, tapi karena sifat tuh anak yang makin kesini makin di luar logika."
"Ngeles aja lo, kayak bajaj."
"Gue heran aja sama lo, betah banget sama dia, gak ngerti gue, ribet." Tukas Yudhistira tak habis pikir.
Yudhistira menatap Azzrafiq ngeri dan penuh dengan kekhawatiran, karena sahabatnya itu tak berhenti tersenyum sejak menceritakan ada wanita lain yang disukainya.
"Bener-bener udah gak waras Lo, Fiq. Jujur ya gue juga lagi kesemsem sama satu cewek, tapi gak se ekstrim lo, sampe senyum-senyum sendiri kayak gitu."
"Terserah lo mau bilang apa. I can't get her face out of my mind." Sahut Azzrafiq tak peduli.
Yudhistira menggelengkan kepalanya, Azzrafiq memang terlihat sangat aneh dari biasanya, yang awalnya murung lalu tiba-tiba tak berhenti tersenyum.
Yudhistira jadi penasaran seperti apa sosok yang dipuja oleh Azzrafiq itu? Tak lama berteduh, hujan akhirnya mereda, langit yang awalnya gelap kelabu berubah menjadi oranye. Azzrafiq dan Yudhistira melanjutkan langkahnya untuk pulang.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Malamnya, Azzrafiq keluar kamar untuk mengerjakan tugas di meja makan, dia membuka laptopnya dan menancapkan flasdhisk yang diberikan Daphnie, seketika muncul nama dari flashdisk itu, dia mengkliknya dan tampak beberapa folder di dalamnya, dia mencari folder bertulisan TUGAS.
Azzrafiq telah menemukannya, namun jiwa usilnya keluar, sebelum mengklik folder TUGAS, dia membuka folder yang berisikan foto-foto, dengan bosan mengklik beberapa foto narsis Daphnie bersama teman-teman satu kelasnya, ketika klik satu foto lagi, tampak ada foto Magika memakai baju ospek Universitas, ternyata Daphnie benar-benar kenal dengan Magika.
Azzrafiq memperbesar foto itu hanya untuk melihat wanita pujaannya yang baru.
"Wih foto siapa tuh? Cantik amat." Seru Yoga yang tiba-tiba ada di samping Azzrafiq.
"Bikin kaget aja lo." Gerutu Azzrafiq seraya menutup foto yang sedang di lihatnya.
"Lo nya aja yang gak sadar, padahal gue udah gerasak-gerusuk, saking terpesonanya kali lo sama foto tuh cewek."
"Apaan sih."
Azzrafiq kembali mengerjakan tugasnya, dia coba fokus dengan makalah yang akan dibuatnya meskipun bayang-bayang Magika terus berkeliaran dalam pikirannya, hingga tak sadar, dirinya selalu tersenyum ketika mengetikkan beberapa kalimat, dan waktu tengah menunjukkan pukul 01.13 dini hari.
"Lo lagi bikin naskah komedi?" Celetuk Adik yang kini duduk di hadapannya.
"Senyum-senyum muluk lo, kayak lagi banyak uang." Seru Kakak yang sedang sibuk makan.
Azzrafiq melirik Adik dan Kakak bergantian, si kembar Sastrawardhana. Si kembar paling gila yang pernah dia temui.
"Kalo ada kalian nampakin tengah malem gini, berarti udah waktunya gue untuk tidur." Ucap Azzrafiq seraya menutup laptopnya dan membereskan beberapa buku yang menjadi bahan makalah yang dibuatnya.
"Dikira kita tuyul, sini dulu napa sih Fiq makan tengah malam gak akan merusak body lo yang proporsional itu." Tukas Adik.
Karena sudah tengah malam juga, Azzrafiq sudah sangat mengantuk, terlebih sudah melewati jam tidurnya, Azzrafiq beranjak meninggalkan meja makan beserta dua penghuninya yang tiba-tiba muncul.
"Udah ngantuk gue, lo berdua pada gak lihat jam apa? Gue juga gak tahu kalian manusia apa setan yang iseng doang menyerupai si kembar." Ucap Azzrafiq datar.
"Gila beneran tuh anak, masa iya wajah ganteng begini dibilang setan?" Gerutu Kakak yang masih sibuk mengunyah.
"Tidur kalian, kalo emang manusia." Ujar Azzrafiq yang sudah berada di depan pintu kamarnya.