Gadis yang tengah patah hati karena kekasihnya kedapatan tengah bermesraan di dalam kamar dengan adik tiri itu memilih pergi ke sebuah pulau untuk menenangkan hatinya. Ia merasa begitu hancur setelah kematian sang ibu, karena ayahnya menikah lagi. Dan hal tergilanya, adik tirinya tidur dengan kekasihnya sendiri. Dalam kekalutan, ia memilih pergi ke sebuah club malam untuk melampiaskan kemarahannya. Namun kondisinya yang tengah mabuk membuat ia tak sadar dan merayu seorang pria hingga malam itu menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Ia kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama ini. Hidupnya bahkan semakin hancur setelah pria yang telah merenggut kesuciannya itu datang dan terus mengusik kehidupnnya. Sampai pada akhirnya ia positif hamil dan mencoba mengakhiri kehidupannya yang begitu rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Nica
"Pa, besok Dave ada urusan ke luar kota," ucap putra semata wayang Andika yang menemui ayahnya di ruang kerja. "Berapa hari?" tanya Andika yang diam-diam mengetahui tujuan kepergian anaknya, untuk mengejar sang pujaan hati yang tengah berlibur di Pulau Dewata. "Mungkin dua hari."
Andika seakan-akan bisa merasakan perasaan bimbang di hati. Namun, ia pun mengerti keinginan anaknya. "Papa beri izin kamu, tapi bukan berarti ini membuatmu lalai akan tanggung jawabmu di kantor," jawabnya sambil menatap sang anak tajam. "No, Pa. Dave janji ini hanya dua hari," sahut Dave mencoba meyakinkan sang ayah.
"Baiklah, besok Papa yang akan menggantikanmu menghadiri beberapa meeting."
"Thank you, Pa."
"Tentunya ini tidak gratis."
"Maksud Papa?" Tanya Dave bingung dengan jawaban sang ayah. "Segera beri Papa mu cucu," balas Andika seraya bangkit dari duduknya dan meninggalkan Dave yang duduk dengan wajah bodoh tak mengerti. "Oh, shit. Gue baru saja mau mengurus perusahaan sesuai dengan keinginan nya. Tiba tiba sudah meminta cucu.” umpatnya dalam hati, sedikit tidak percaya dengan permintaan Papanya yang mengejutkan itu.
**
Dengan sepeda sewaan dari hotel, Veronica memulai petualangannya sejak fajar menyingsing. Udara pagi yang segar menggiringnya melalui lorong-lorong pedesaan yang belum terjamah peradaban modern. Sesuai dengan cerita yang dibisikkan oleh salah seorang pegawai hotel, kawasan itu masih menampakkan keaslian suasana kampung yang mendalam. Sambil mengayuh lembut, Veronica meresapi ketenangan yang membungkus alam sekitar—sebuah pemandangan langka yang tak bisa dinikmati di kebisingan kota.
Keasrian hijau sawah dan desiran angin pagi seakan berbisik, memberitahu Veronica bahwa ia telah membuat pilihan yang sempurna. Sesekali, ia menghentikan pedal dan terdiam, menyerap semua kedamaian yang ditawarkan alam, menyatu dengan suara gemericik sungai dan kicau burung yang melantun ritmis. Setiap detail pedesaan yang ditangkap mata dan jiwa Veronica, menambah kekaguman pada keindahan sederhana namun magis yang tersembunyi jauh dari keramaian.
Ketika matahari sudah mulai tinggi, Veronica memutuskan untuk kembali pulang ke resort, dia sudah cukup jauh mengayuh sepedanya, sudah lebih dari 4 Banjar dia lewati tanpa dia sadari. Saat perjalanan pulang kembali ke resort itulah Veronica mulai menyadari bahwa dia sudah cukup jauh meninggalkan resort.
**
Seorang laki laki setengah baya melambaikan tangannya kepada Dave yang sedang berjalan sambil menelepon menggunakan telepon genggamnya.
[Saya yang melambaikan tangan] ucap orang di seberang sambungan telepon Dave.
[Iya pak, saya sudah melihatnya] ucap Dave yang kemudian memutuskan sambungan telepon dan terus berjalan mendatangi orang yang sebelumnya melambaikan tangan kepadanya.
"Pak Ketut?" Tanya Dave kepada seorang laki laki separuh baya yang sebelumnya tampak melambaikan tangannya kepada Dave.
"Iya bli, ini bli Dave." ucap pak Ketut kepada Dave
"Dave saja pak, tidak perlu pakai bli." ucap Dave sambil tersenyum kepada pak ketut
"Kalau dalam bahasa Bali, bli itu artinya kakak, atau Abang." jelas pak Ketut kepada Dave
"Oh benar juga, maaf saya lupa pak, saya harus belajar bahasa Bali kalau begitu pak" ucap Dave.
"Mana mobilnya pak?" Tanya Dave kembali
"Ada bli, mari silahkan saya antar." ucap pak ketut sambil berjalan ke arah parkiran mobil
"Bli Dave tidak mau pakai supir saja?" Tanya pak Ketut
"Tidak perlu pak, kalau saya pakai supir kapan saya bisa hafal jalanan di Bali.”ujar Dave sambil tertawa
"Buat apa hafal jalan di Bali, jangan bilang kalau bli Dave juga mau jadi supir seperti saya." canda pak Ketut
"Ide yang bagus itu pak, kenapa saya tidak kepikiran untuk melamar pekerjaan jadi supir saja, dibali ya pak." ucap Dave
Mereka berdua tertawa karena candaan dari Dave, pak Ketut adalah supir dari perusahaan rental mobil yang akan disewa oleh Dave, dia bertugas mengantarkan mobil pesanan Dave.
"Ini mobilnya bli" ucap pak Ketut setelah mereka berdua berada di depan sebuah mobil SUV yang sebelumnya sudah di pesan oleh Dave
"Kita periksa sama sama ya bli" sambung pak Ketut kembali
"Siap pak" jawab Dave mantap.
Pak Ketut masuk kedalam mobil untuk mengambil sebuah kertas dari dalam mobil tersebut, pak Ketut kemudian mengajak Dave untuk mengecek kondisi fisik mobil sambil memberikan tanda di kertas yang sudah di pegangnya, setelah mereka selesai memeriksa kondisi fisik mobilnya, pak Ketut tampak membubuhkan tanda tangannya di atas kertas tersebut dan kemudian memberikannya kepada Dave.
"Ini bli, kerusakan body mobil sesuai sama yang saya kasih tanda disini ya" ucap pak Ketut sambil menunjukkan tanda yang ada di dalam kertas yan. Sebelumnya sudah ditandatangani oleh pak Ketut
"nanti ketika bli Dave sudah tidak memakai mobil ini lagi, nanti akan kembali diperiksa, saya harap lecet yang ada di mobil tidak bertambah lagi" sambung pak Ketut
"Siap pak." jawab Dave
"Kalau sudah sesuai, silahkan bli Dave tanda tangan disini" ucap pak ketut sambil menunjuk kertas yang harus Dave tanda tangani
"Ini sudah ya pak" ucap Dave setelah selesai menandatangani kertas tersebut
Pak Ketut mengambil kembali kertas yang sudah ditandatangani Dave dan kemudian membuka kertas tersebut, kertas salinan yang sudah mereka berdua tanda tangani diserahkan kepada Dave dan kertas aslinya diambil oleh pak Ketut untuk kemudian dibawanya kembali ke kantornya.
"Ini bli kuncinya" ucap pak ketut sambil memeriksa kunci mobil kepada Dave.
"Iya pak" jawab Dave sambil menerima kunci mobil dari pak Ketut
Dave merogoh dompetnya untuk kemudian mengambil uang lima puluh ribuan untuk kemudian diberikan kepada pak Ketut
"Ini buat pak Ketut, terimakasih ya pak" ucap Dave sambil memberikan uang tips kepada pak Ketut
"Wahhh, terima kasih bli" ucap pak Ketut sambil tersenyum senang dan menerima uang dari Dave
Setelah serah terima mobil rentalan yang disewanya, Dave masuk kedalam mobil untuk kemudian pergi meninggalkan kawasan bandara Ngurah Rai untuk kemudian menemui Veronica yang masih berada di Ubud. Meskipun ini baru pertama kalinya Dave akan ke Ubud dengan mengendarai mobil sendiri, semangat Dave terus berkobar karena sebentar lagi akan kembali bertemu dengan Veronica yang sudah beberapa hari ini menghilang. Dave tidak begitu yakin dengan perasaannya saat ini, apakah Dave sedang merasa marah kepada Veronica yang sudah pergi begitu saja dan membuatnya bingung dalam mencari keberadaannya atau dia sedang merasa rindu dengan perempuan yang sudah membuatnya kelabakan seperti ini.
Disepanjang perjalanan menuju Ubud, Dave terus berpikir apa yang akan terjadi dengannya setelah nanti bertemu dengan Veronica, Dave tidak dapat menebak bagaimana reaksi Veronica nanti ketika bertemu dengannya, semalam dia menyuruh Veronica untuk kembali ke Jakarta atau dia sendiri yang akan menjemputnya ke Bali namun Dave sangat yakin kalau Veronica tidak akan menyangka kalau dirinya bener bener akan datang dan menjemput Veronica.
“Wanita itu benar benar menyebalkan, dia bahkan memilih untuk di jemput dari pada musti pulang sendiri.” gumam Dave.
Bukan hal sulit bagi Dave untuk mengetahui di mana keberadaan Veronica, Dave menggunakan salah satu fitur GPS, dan saat menelpon nomor Veronica secara otomatis lokasi tempat Veronica berada pun muncul. Untuk mendapat kan nomor ponsel Veronica sendiri bukan lah hal yang sulit pula untuk nya karena Dave meminta pada asisten kantor nya untuk mencari tau, Dave segera melajukan mobil nya menyusuri jalanan yang asri, jauh dari hiruk pikuk dan bisingnya kota. Tangannya meraih ponsel kemudian menelpon nomor Veronica, Veronica yang tengah menikmati es Degan di sebuah kedai tak menghiraukan panggilan telepon masuk dari Dave, ia acuh dan tetap menikmati es Degan dan beberapa makanan yang di jual di kedai tersebut, Dave tersenyum smirk ke arah ponsel nya.
"Jangan pikir lo bisa lari dari gue Nica, ke ujung dunia pun gue bakal jemput lo dan bawa lo balik ke jakarta!”
Jarak yang Dave tempuh untuk menuju ke lokasi Veronica lumayan jauh, sepanjang perjalanan ia menyumpal telinga nya dengan headset dan menikmati musik.di sepanjang jalan.