tidak salahkan aku mencintai papa angkatku? aku rasa tidak, walaupun kami terpaut umur belasan Tahuh, tapi aku rasa kami sangat serasi.
tak masalah dia hanya menganggapku anak, tapi aku pastikan dia hanya akan melihat aku. dan akan aku singkirkan wanita yang berniat mendekat pada ayah angkatku sekaligus lelaki yang aku cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ikhlas
Dengan tangan gemetar, Alena mengambil surat itu dari tangan sang ayah. "Bacalah, Daddy akan pergi ke kamar dulu."
Selepas Jayden keluar dari kamarnya, Alena tidak langsung membaca surat itu, wanita itu menyimpan suratnya di bawah kemudian dia menekuk kakinya lalu menyembunyikan kepalanya dan menangis sejadi-jadinya, dia belum sempat meminta maaf ada sang ayah, dia belum sempat memperbaiki hubungan mereka, tapi Darius sudah pergi selamanya.
"Papa ... Papa." Alena memanggil Ayah angkatnya dengan suara yang sangat pelan, terdengar jelas kepahitan di dalam nada suara wanita itu.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 malam, Alena sedari tadi terus melihat surat yang diberikan oleh ayahnya, tapi Alena hanya menatap surat itu tanpa berani membacanya, dia takut membaca surat tersebut.
Hingga tak lama, tangan Alena bergerak untuk meraih kertas itu yang tidak jauh dari tubuhnya, kemudian dia membuka kertas tersebut.
"Hai anak papa yang cantik, bagaimana kabarmu sayang? Mungkin jika kau membaca surat ini, papa sudah tiada. Alena, entah bagaimana cara papa meminta maaf padamu, Yang pastinya nyawa papa saja tidak akan cukup untuk menembus semuanya. Maaf, papa mengambil keputusan ini, kehadiran Papa pasti membuatmu semakin tertekan, jadi Papa mengambil keputusan ini. Jangan merasa bersalah Alena, kau tidak bertanggung jawab dengan keadaan papa, setidaknya Papa sudah mengabulkan keinginanmu yang tidak ingin melihat Papa lagi, hiduplah dengan baik Alena, papa akan selalu melihatmu di atas sana. Papa akan sangat berterima kasih dan bahagia jika kau juga bahagia dengan Cia. Ini keinginan terakhir papa, melihatmu terus bahagia tanpa melihat ke belakang."
Seketika tangis Alena mengencang ketika membaca surat dari Darius, "Darius kau bodoh ... Kau bodoh!" Alena berteriak memaki Darius, ternyata Darius mengikuti ucapannya yang menyuruh lelaki itu untuk mati.
"Papah maafkan aku .... Ampuni aku ...." Setelah memaki Darius Alena berbicara dengan suara pelan, wanita itu kembali merebahkan tubuhnya dengan tatapan menatap kosong ke depan, ternyata hidup dengan Darius memang susah tapi jauh susah ketika lelaki itu sudah tidak ada lagi di bumi ini.
Satu minggu kemudian
Alena turun dari mobil, tak lupa dia membawa bunga yang sudah dia beli. Ini sudah seminggu berlalu semenjak kematian Darius, selama seminggu ini, Alena menghabiskan waktunya di kamar dan menangis, dia meratapi penyesalan demi penyesalan yang dia lakukan.
Dan setelah satu minggu berlalu, akhirnya Alena sadar bahwa dia tidak bisa seperti ini terus menerus, dia takut kembali pada masa lalu di mana dia menjadi gila, apalagi sekarang ada Cia yang harus dia besarkan. Dan walaupun susah, Alena berusaha berdamai dengan dirinya sendiri, pada akhirnya setelah satu minggu berlalu Alena memutuskan untuk datang ke makam Darius.
Alena menyimpan bunga yang dia pegang di pusara lelaki itu, dia tidak bergerak dan hanya menatap makam Darius dengan mata yang berkaca-kaca.
"Papa, apa Papa sudah bertemu anak kita?" Tanya Alena bulir bening terjatuh tanpa bisa ditahan, Hingga pada akhirnya Alena terjatuh ke tanah, kemudian dia memegang nisan Darius lalu menangis sesegukan.
Entah berapa lama Alena menangis, hingga seseorang menepuk pundak Alena, dan Alena pun menoleh dan ternyata yang menepuk pundaknya adalah Austin kakak pertamanya.
"Sudah 2 jam kau di sini, ayo pulang."
"Kaka mengikutiku?" Tanya Alena.
"Hmm, bisa-bisa kau berada semalaman jika kakak tidak mengikutimu, ayo pulang." Autin mengulurkan tangannya pada sang adik, hingga Alena tangan Austin kemudian bangkit dari tanah dan mereka pun keluar dari area pemakaman.