Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjauh sementara
Malam mulai merayap pelan, tuan Bram yang belum juga beranjak dari depan kamar rawat istrinya sedang sibuk menghubungi bawahannya untuk mencari kedua anaknya dan juga Amira. Saat itu tiba-tiba saja seseorang melayangkan pukulan padanya karena sedang fokus dengan pembicaraan telponnya ia tak sempat menghindar. Bugh...bugh...tak cuma sekali namun berkali-kali ia menerima pukulan yang menyebabkan ponselnya terjatuh begitu pun dengan tubuhnya.
"Dasar laki-laki tidak berguna...bagaimana bisa kamu kecolongan seperti ini!!" hardik orang yang baru saja memukulinya.
"Kak Sam...."ucapnya terbata sambil memegangi bibirnya yang luka.
Samudra adalah kakak kandung dari nyonya Sarah yang selama ini tinggal di London. Ia segera datang setelah mendapat kabar dari anak buahnya yang selama ini ditugaskannya untuk mengawasi adiknya dari jauh.
"Maaf kak aku juga tidak menduga pengasuh itu akan berbuat sekeji ini, sebab selama dua tahun ini tidak terlihat gelagatnya yang mencurigakan ... bahkan Sarah sangat dekat dengannya..." terang tuan Bram tak ingin dirinya disalahkan.
"Lalu bagaimana keadaan Sarah?" tanyanya setelah emosinya mereda.
"Masih sama... stabil namun masih koma..." ungkap tuan Bram.
Akhirnya tuan Sam pun masuk menjenguk adiknya setelah berkonsultasi dengan dokter yang merawatnya. Melihat keadaan adiknya yang tak berdaya membuatnya sangat geram apalagi tak ada kabar tentang keadaan kedua keponakannya. Sesaat ia termenung didepan tubuh adiknya itu,
"Kenapa kamu mudah sekali percaya pada orang lain Sarah..." ucapnya lirih.
Digenggamnya tangan adiknya itu lalu diusapnya wajah pucat dengan alat bantu pernapasan yang menempel dihidung dan mulutnya...miris sekali. Setelah puas menjenguk nyonya Sarah, ia pun pergi ke apartemen pribadinya walau sudah ditawari oleh tuan Bram agar menginap dirumahnya saja namun ditolak. Sesampainya di apartemen anak buahnya sudah menyiapkan laporan tentang data pribadi Amira.
"Sepertinya tidak ada yang aneh tentang pengasuh itu Tuan..." terang Lukas yang merupakan asisten pribadinya.
"Kau yakin?"
"Ya Tuan.... malah saya berfikir kalau gadis itu dijebak." ungkapnya.
"Lalu bagaimana dengan bukti yang dikumpulkan oleh polisi?"
"Seperti yang tuan lihat, tak banyak yang mereka dapatkan karena kamera cctv yang ada disana mati karena kabelnya diputus dengan sengaja"
Terdengar ******* dari tuan Sam.
"Kalau begitu aku ingin memeriksanya sendiri, antar aku kesana sekarang..." titahnya.
"Baik Tuan..." jawab Lukas.
Sementara itu Amira dan kedua anak itu sedang makan malam setelah bus yang mereka tumpangi berhenti sebentar di rest area. Tak lupa Amira menyempatkan diri untuk beribadah dan mendo'akan kesembuhan nyonya Sarah. Selesai makan mereka langsung masuk kembali kedalam bus, ketiganya yang sudah kelelahan akhirnya tertidur.
Tengah malam tuan Sam beserta anak buahnya pun sampai di villa. Tampak garis polisi masih melintang didepan villa. Dengan sigap mereka masuk kedalam tanpa merusak garis polisi itu. Sesampainya didalam mereka pun menyebar untuk memeriksa villa.
"Dimana Sarah pertama kali ditemukan?" tanya tuan Sam.
"Di kamarnya Tuan, tapi melihat jejak darah sepertinya dia merangkak dari dari kamar sebelah" tunjuk Lukas.
Mereka pun langsung masuk ke kamar tersebut. Terlihat ada dua tempat tidur anak disana sedang di depan pintu masuk masih terlihat jelas noda darah yang banyak karena belum dibersihkan.
"Coba kita periksa ruangan ini sekali lagi, mungkin saja ada yang terlewat..." ucap tuan Sam.
Dengan cepat Lukas dan yang lainnya meriksa tempat itu dengan teliti.
"Tuan coba lihat.." tunjuk Lukas.
"Bukankah benda ini ..." ucapnya menggantung.
"Ya ini kamera pengintai yang menggunakan USB jadi tidak tersambung dengan cctv" sambung tuan Sam sambil memeriksa pajangan berbentuk pinguin.
Saat benda itu dibalikkan terlihatlah tempat penyimpanan kamera juga USB.
"Cepat bawa laptop dan periksa USB ini sekarang" perintahnya.
Tak lama merekapun sudah menyaksikan isi rekaman pada USB tersebut. Tampak adegan saat benda itu dinyalakan.
"Percepat kameranya.."
"Baik Tuan...'' Lukas pun mempercepat ke waktu saat peristiwa penyerangan itu terjadi.
Tampak di layar terlihat adegan saat Amira yang sedang membuka mukena nya dan saat lampu yang tiba-tiba padam. Untung saja kamera yang digunakan juga kamera yang dapat merekam dalam gelap. Lalu terlihat pula adegan saat nyonya Sarah masuk dalam keadaan terluka dan diberi pertolongan pertama oleh Amira. Tuan Sam yang melihat bagaimana adik kesayangannya terluka dan masih berusaha untuk menyelamatkan nyawa kedua buah hatinya membuat tuan Sam bertambah geram.
"Sial ...kenapa kamera ini juga tidak dapat merekam suara.." umpatnya.
Adegan demi adegan yang terjadi tak luput dari pengamatan mereka. Namun mereka belum juga mendapat petunjuk siapa penyerang nyonya Sarah karena mereka menggunakan topeng dan tak ada petunjuk yang ditinggalkan para pelaku. Karena tak ada yang dapat mereka lakukan lagi akhirnya rombongan tuan Sam pun pergi meninggalkan villa.
"Apa sebenarnya motif mereka melakukan ini? Dan siapa dalangnya? karena tidak mungkin mereka melakukan sendiri..." segala pertanyaan berputar dalam pikiran tuan Sam.
"Lukas kita kembali ke rumah sakit..." putusnya.
"Baik tuan..." jawab Lukas patuh.
Suara azan mulai bersahutan saat Amira merasa ada yang menepuk pundaknya.
"Mbak ...semua penumpang sudah turun dan kami mau kembali ke pool, apa mbak mau turun di sini atau di terminal ?" tanya kondektur bus.
Ini dimana pak ?" tanya Amira sambil mengerjapkan matanya.
"Kita sudah sampai di kota P mbak...kalo mbak turun disini kami tidak perlu ke terminal lagi." sambungnya.
"Bisa turunkan kami di depan masjid pak?" ucap Amira.
Baik mbak di depan ada sebuah masjid kami akan menurunkan mbaknya disana..."
"Terima kasih pak..."
Segera Amira membangunkan Anna yang masih tertidur, tak lama bocah itu pun terbangun walau masih terkantuk - kantuk. Amira pun menggendong Adit yang juga masih terlelap, lalu menyelempangkan tas berisi pakaian mereka di pundaknya dan menggandeng Anna hati-hati untuk turun dari bus. Dengan bantuan kondektur bus mereka turun dengan aman, kemudian Amira membawa kedua bocah itu kedalam masjid ... toh sudah waktu sholat subuh.
Diletakkannya Adit dan barang bawaannya di teras masjid dan menyuruh Anna untuk berjaga setelah itu ia pun melaksanakan sholat. Selesai dengan sholatnya ia langsung menghampiri Anna dan Adit. Tampak Anna terkantuk duduk di samping adiknya. Di dekatinya bocah itu lalu disuruhnya untuk tidur di samping adiknya, sedang dia sendiri berjaga. Tak lama ada seorang pria paruh baya
yang menghampirinya sepertinya ia pengurus masjid itu.
"Assalamualaikum..." ucapnya.
"Waalaikumsalam..." jawab Amira.
"Maaf nak ...apa kamu dari luar kota?" tanyanya hati-hati.
"Iya pak...maaf saya numpang istirahat sebentar kalau sudah agak terang saya akan pergi" ucap Amira setengah memohon.
"Iya nak ga pa-pa... kalau nanti mau cari sarapan didepan masjid ini sebentar lagi akan ada banyak penjual makanan yang buka..." terangnya.
"Terima kasih pak infonya"
"Sama-sama..."
Sekitar pukul 6 pagi Amira membangunkan Anna dan memakaikan hijab padanya, tampak bocah itu senang karena ia memakai pakaian yang sama dengan Amira. Bukan tanpa alasan Amira memakaikan hijab pada Anna, ia ingin bocah itu semakin mirip dengan penampilannya agar tak ada orang yang curiga kalau kedua bocah itu bukanlah anak kandungnya. Setelah selesai ia pun mengajak kedua bocah itu ke warung penjual makanan yang ada di depan masjid. Ia bermaksud untuk sarapan sekaligus mencari informasi tentang kontrakan di sekitar situ.
"Wah..kamu dari luar kota ya..."ucap ibu penjual warung.
"Iya bu..."jawab Amira sambil menyuapi Adit yang juga sudah terbangun.
"Rencananya mau menetap disini?".
"Iya bu..karena itu saya lagi cari kosan yang murah." jawab Amira.
"O..gitu ya...eh temen saya punya kosan tapi tempatnya agak kecil kamu mau ?" ucapnya menawarkan.
"Coba saya liat dulu bu...kalau cocok saya ambil..." jawab Amira.
"Baiklah ... tunggu dulu disini... sebentar lagi anak saya datang, setelah itu saya akan antarkan ke sana.."
"Maaf bu.. sudah merepotkan..." ucap Amira tak enak.
"Ndak pa-pa kita manusia emang harus saling tolong menolong .... oh ya... kamu keliatannya masih muda namamu siapa?"
"Amira bu..."
"O... kalau saya Sri ... panggil saja bu Sri atau bu de juga boleh..."
"Baik bu..."
Setelah anaknya datang untuk menggantikannya berjualan bu Sri pun mengantar Amira ke tempat temannya yang ternyata tak jauh dari tempat ia berjualan. Sesampainya di tempat kosan Amira langsung merasa cocok dan menyetujui harga yang diminta pemiliknya. Namun saat pemilik kontrakan menanyakan surat identitas terpaksa Amira berbohong dengan mengatakan bahwa ia kehilangan tasnya yang berisi surat berharga saat di perjalanan. Pemilik kontrakan pun mempercayainya apalagi ia mau membayar dua bulan dimuka. Setelah mendapatkan kunci kosan iapun membawa kedua anak yang bersamanya itu kedalam sedang bu Sri dan pemilik kosan pun pamit pulang. Amira memandangi kamar kosnya...tempat itu lumayan dapat menampung mereka bertiga. Sekarang ia harus menjauh sementara sambil mencari kabar tentang nyonya Sarah. Sesuai pesan nyonyanya, ia tak dapat mempercayai siapapun demi keselamatan mereka. Amira harus kuat kini ia juga harus berperan sebagai ibu sekaligus ayah bagi kedua anak dari majikannya itu.