Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Lama banget sih, ngapain aja. Pacaran dulu sama Angga? Atau kamu lebih senang di suruh-suruh Angga, ketimbang disuruh saya." Celetuk Damar tanpa basa-basi melontarkan pertanyaan yang tidak bisa dipahami Anna.
"Maksudnya apa?" Membatin.
"Maaf mas, tadi saya angkat barang dulu. Tapi saya langsung bikinin kok ini kopi nya udah saya bawakan." Lirih Anna menunduk tanpa berani mengangkat wajahnya saat Damar tegang.
Damar segera mengambil kopinya namun entah bagaimana kopi itu terjatuh dan tumpah di pakaian Damar. Anna panik saat itu juga bagaimana mungkin tidak kopi itu masih panas, Anna segera mengambil tissu diatas Nakas dan segera mengelapnya ke bagian pakaian Damar yang ketumpahan kopi panas.
"Mas kok bisa jatuh sih gelasnya, gimana kalo melepuh itu kan kopi masih panas, ngambilnya harus hati-hati kenapa ceroboh. Nanti pak Suryo pasti marah sama saya kalo tahu mas ketumpahan kopi panas. Saya kasih salep ya," cerocosnya Anna tanpa menghiraukan lagi anggapan Damar. Bahkan damar sendiri hanya terdiam tanpa merasa kesakitan sedikit pun melihat wajah Anna yang panik.
"Mas! Mas Damar malah bengong sih. Anna kompresin pake air dingin ya, sekalian bawa salep biar gak luka. Tunggu ya mas."
"Gak perlu," menarik tangan Anna.
"Tapi, mas."
"Saya gak perlu itu," tubuh atletis nya begitu terekspos, dada bidang dengan perut yang sering dibilang orang roti sobek tidak lekat dari pandangan nya, membuat pria itu terlihat menarik dan menggoda, Seketika Anna tersadar jika matanya kini terpaku pada tubuh Damar.
Glek!
Dengan susah payah Anna menelan Salivanya, tubuh itu semakin mendekat dan semakin jelas.
"Kamu liat apa? Apa saya terlihat begitu menggoda?" Suara serak Mendayu-dayu dibuat Damar untuk menggoda Anna yang masih terpaku padanya.
"Hah ... Eumm... Eh enggak maaf mas, saya harus ke dapur lagi." Siap-siap gegas untuk pergi. Namun dengan cepat Damar mengunci gerakan nya menggunakan kedua tangan kekarnya, di kanan dan kiri. Kini tubuh kecil Anna terkunci oleh kedua tangan Damar yang sudah memojokkan nya ke sudut tembok.
"Mau kemana? Bukanya kamu mau bantu saya? Tolong dibersihkan, luka ini kamu yang kasih maka kamu juga yang harus obatin."desah Damar menggelitik telinga si cantik Anna. Anna sontak mendorong tubuh Damar yang nyaris menghimpit nya, Damar berhasil membuat Anna salah tingkah Anna kelimpungan mencari tissu padahal apa yang dia cari sudah berada tepat di samping nya.
"Kamu cari ini?" Tanya Damar, menyodorkan sebuah kotak tissu.
Wajah Anna memerah padam, ia memalingkan wajahnya membantu melepas kemeja Damar, dan mengganti nya dengan kemeja baru. Satu persatu tissu itu ia ambil tidak lupa juga ia mengusap lembut tubuh Damar yang basah itu menggunakan tissu, tampak terlihat ada bekas kemerahan disana karena kopi panas yang baru saja tumpah ke tubuhnya.
"Su-sudah mas, sa-saya .. mau pergi ke dapur nanti saya bawakan salep buat mas. Ba-baju nya juga sekalian sa-saya cuci dulu biar gak berbekas." Mendadak Anna dibuat gelagapan disaat Damar terus memperhatikan nya sedari tadi. Dengan jarak yang begitu dekat aroma tubuh pria itu begitu tercium nikmat di indra penciuman nya.
"Aduh.. mas Damar jangan liatin saya begitu dong. Tangan saya jadi ikutan Tremor." Membatin Anna ketika Damar masih terus menatap nya. Jantungnya terasa berdegup kencang saat ini bahkan sulit bagi Anna saat ini untuk mengatur nafasnya.
"Su-sudah .. pe-permisi mas." Anna segera lari terbirit-birit dari sana.
"Astaghfirullah.. jantung ku hampir copot diliatin terus mas Damar." Akhirnya Anna bisa menarik nafas lega setelah keluar dari kamar Damar.
Terlihat bibir itu melengkung simpul, damar tersenyum kecil melihat Anna yang dibuat salah tingkah olehnya, rasanya begitu puas wajah Damar sudah menggoda asisten cantik dirumah nya. Namun entah kenapa dia begitu senang jika Anna ada didekatnya. Tapi dia juga tidak mengerti mengapa hatinya tidak suka dia dekat dengan orang lain meskipun itu adiknya sendiri.
Anna terus terbayang akan keindahan tubuh Damar putih, mulus dan kekar dia terlihat begitu menggoda. Logika nya terus memberontak dengan apa yang dipikirkan nya saat ini salah. Namun wajah tampannya begitu melekat tak ada habis-habisnya terus berputar di benak Anna saat ini.
Sementara Angga yang menunggu nya tengah heran melihat kelakuan Anna yang sedang berjalan turun menuruni anak tangga satu persatu namun, ia tidak sadar jika Angga sedang memperhatikan nya yang sedari tadi terus menerus memukul kepalanya dengan jari.
"Anna kenapa ya?" Bertanya-tanya.
.......
"Nduk, kamu udah selesai mandi. Sekarang tolong mbok buat siapin makan malam dan makanan kecilnya ya," pinta si mbok pada Anna.
"Baik, mbok."
Hari pun berganti malam tamu pak Suryo sudah berada diperjalanan, kesibukan satu demi satu sudah selesai bahkan makan malam sudah tersaji rapih diatas meja dengan aroma yang luar biasa nikmat. Bahkan Angga dengan kejahilan nya terus mengambil sedikit demi sedikit makanan itu membuat pak Suryo geleng-geleng kepala dengan tingkah konyolnya.
"Angga laper pa,"nyengir.
Malam ini pak Suryo, Angga dan Damar terlihat begitu berbeda, dari ujung rambut sampai ujung kaki sangat sempurna ntah siapa yang akan datang pada malam ini pak Suryo menyiapkan segalanya dengan sangat istimewa.
Namun jauh beda dengan Damar terlihat raut wajahnya sangat malas menanggapi persiapan yang menurutnya berlebihan bagi Damar. Dia hanya duduk santai membaca majalah dengan bertumpu kaki tidak memperdulikan siapa yang akan datang.
"Anna, sayang kemari sebentar,nak." Panggil pa Suryo.
"Nduk, di panggil tuan besar. Samperin gih," ucap si mbok segera mengambil alih pekerjaan ku.
"Iya mbok," gegas Anna pergi menghampiri pak Suryo yang sudah memanggil nya.
Damar dan Angga melirik Anna secara bersamaan, meskipun tampilan nya sederhana Anna tidak terlihat sangat anggun membuat mereka berdua tidak bisa berhenti memandangnya.
"Iya pak,"
"Nak, kamu udah jadi anggota keluarga saya. Selama ini kamu udah saya anggap sebagai anak saya sendiri, kamu mau ikut serta menyambut tamu bersama bapak, anak cantik." Tawar bpak Suryo penuh harap pada Anna untuk mau menerima tawaran nya. Anna malah sebaliknya bingung apa yang harus ia jawab dia melirik kearah Angga dan Damar yang ikut menunggu jawabannya.
"Gimana?"
"Anna mau pak,"jawab Anna berkaca-kaca.
"Makasih sayang, ini ada baju buat kamu pakai ya, oh iya panggil saya papa jangan panggil bapak, oke." Ungkapan pak Suryo, begitu membuat Anna terharu. Ternyata kebaikan pak Suryo tidak terhingga sampai-sampai dia mau mengakuinya sebagai anak. Padahal dia tahu sendiri jika Anna hanyalah seorang pembantu rumah tangga.
"Wah... Lampu kuning udah nyala tinggal nunggu lampu hijau nih, ehh.." celetuk Angga .
"Papa mau kenalin juga sama temen papa, kalo papa juga punya anak gadis yang cantik banget." Tuturnya pak Suryo berbangga hati karena Anna resmi diangkat anak oleh pak Suryo. "Mbok, tolong Anna dibantu ya," pinta nya.
"Baik tuan besar."
"Ayo cah ayu," ajak si mbok menuju kamar membantu Anna bersiap. "Alhamdulillah toh cah ayu, tuan besar udah sayang banget sama kamu, nduk. Dia mau anggap kamu anak nya sendiri. Nasib kamu sedang diangkat nduk sama Allah mudah-mudahan tuan besar terus sayang sama kamu, nduk."
"Mbok kok aku berasa minder ya, aku kan seorang pembantu mbok sekarang gak ada ujan gak ada angin pa Suryo tiba-tiba angkat Anna jadi anak. Kok aku takut Yo," penuturan Anna enggan untuk bersanding dengan keluarga pak Suryo apalagi menjadi anggota keluarga nya membuat Anna merasa tidak pantas.
"Jangan berpikiran begitu, pak Suryo niatnya baik kok, harusnya kamu bahagia toh, cah ayu."
"Haduh kok aku deg-degan Yo, mbok."
"Cah ayu ini kok seperti orang yang mau menikah saja.. hahaha.."tawa kecil menghiasi wajah wanita paruh baya itu, ia tampak begitu senang mendengar majikannya sudah menganggap Anna sebagai anaknya sendiri.
Beberapa menit berlalu mbok yun mendandani Anna semaksimal mungkin, walaupun tidak terpoles alat makeup Anna sudah memiliki paras yang cantik, apalagi sekarang si mbok sengaja menambah kan pewarna ke wajah Anna agar terlihat lebih cantik, dengan warna tipis balutan gincu yang nude. Si mbok berhasil mengubah Upik abu jadi Cinderella.