Awalnya hidup Matilda utuh dengan keluarga yang harmonis, setelah kejadian tidak mengenakkan yang menimpa Matilda di sekolahnya. membuat kedua orang tua Matilda bercerai, disitulah Matilda berubah menjadi gadis nakal yang selalu buat onar disekolah.
Pindah ke sekolah baru bertemu dengan Apit, seorang mantan sekaligus orang yang membuat orang tua nya bercerai.
bagaimana jadinya kalau mereka bertemu dan menjalin hubungan percintaan nya lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 - Masih Di Rumah Sakit.
Apit mengejar gadis itu saat hendak pergi ke salah satu ruangan kamar pasien. Penasaran nya tinggi kemana ruangan yang akan di tuju oleh nya, sampai dia rela naik tangga sambil mengecek posisi lift yang berhenti di setiap lantai.
Hingga membawanya ke lantai tiga, satu tingkat dari kamar Matilda yang berada di lantai empat.
Apit berjalan cepat untuk menghampiri Dea, langkah kaki Apit terhenti setelah melihat kemunculan Singgit dari ruangan anjungan nomor tiga.
"Makan dulu mas" Kata Dea memberi sebungkus makanan yang di belinya. "Gimana kondisi papah lu sekarang?" Sambungnya.
"Papah masih drop, minta doa nya buat kesembuhan papah ya" Jawab Singgit.
Apit menguping di salah satu tempat duduk — Melindungi wajahnya pakai kupluk hodie, lalu mendengarkan secara detail apa yang mereka bicarakan.
"Sakit nya kumat lagi ya?" Tanya Dea.
"Iya dia kembali drop setelah niat perjodohan gue dengan orang yang papah inginkan mendadak di batalkan" Jawab Singgit. "Dia milih rencana lain, buat memecat orang tua Matilda dari perusahaan nya" Sambungnya.
"Sudah jangan dibahas lagi, lu ga salah tentang pilihan lu git, makasih sudah mau melakukan apapun untuk mempertahankan gue" Kata Dea.
"Andai saja kalau Matilda tidak menyelamatkan hidup papah gue waktu di Surabaya, papah enggak bakal terobsesi sampai mau jodohin gue" Kata Singgit kembali membahas masa lalu.
Dea mendadak tersenyum, melangkah maju lalu menyenderkan kepala di bahu Singgit.
"Gue yakin papah lu bakal nerima gue sebagai menantu nya nanti" Rayu Dea.
"Hm..."
"Salahnya gue waktu pesta di hari ulang tahun lu, gue malah reflek membentak papah lu, sampai saat ini kejadian itu sudah gua anggap sebagai penyesalan dalam hidup gue"
"Sudah tau papah gue mau calon istri buat gue yang good attitude, lu mah malah ngumbar kejelekan lu" Keluh Singgit.
"Maaf — " Jawab Dea.
"Kalau papah bangun, lu mau apa nanti?" Kata Singgit.
"Sudah jelas kan, buat rayu um Samsul, biar gue di terima sebagai pendamping hidup lu sebagai gantinya Matilda" Jawab Dea.
"Yakin?" Kata Singgit.
Dea menatap wajah Singgit dengan penuh serius, seakan matanya berkata kalau dia sedang bersungguh-sungguh.
"Oke lah, semoga papah gue nerima lu ya" Kata Singgit dengan senyuman.
"Amin..." Jawab Dea.
Krekkk!!
Suara kursi yang sedikit keropos berasal dari arah Apit, niatnya Apit ingin berdiri lalu pergi.
Sialnya kursi yang di duduki Apit bermasalah. Membuatnya mendadak menjadi patung sambil merapatkan bibir panik.
"Eh dia kan orang yang tadi di lantai bawah" Kata Dea.
Singgit memicing mata karena tidak paham maksud dari ucapan pacarnya.
Dea mencegah Apit yang ingin berjalan melangkah "Lu menguntit gue dari belakang ya!" Kata Dea.
Apit menggeleng kepala lemah.
"Bohong!" Kata Dea.
Singgit menghampiri Apit untuk membuka kupluk nya. "Lah elu kan?... ngapain lu disini?" Tanya Singgit.
"Lu kenal siapa dia beb?" Kata Dea.
"Kamu satu sekolah dengan nya masa tidak kenal sih, saya aja yang beda sekolah kenal kok" Jawab Singgit.
"Dia siapa?" Tanya Dea
"Ini pacarnya Matilda" Jawab Singgit.
Apit menggeleng kepala lagi "Bukan"
"Lah kok bukan, bohong ini cowok yang kemarin saya omongin itu loh beb" Kata Singgit.
"Saya tunangan nya Matilda" Tukas Apit.
"Lah Serius!?" Kata Singgit.
"Ngapain gue bohong" Jawab Apit.
Singgit menoleh ke arah Dea, menghela nafas lega nya. Dengan begitu niat ayahnya untuk menjodohkan dirinya sama Matilda sudah di pastikan tidak akan terjadi.
"Beb jadi artinya kita...." Ini kata Dea yang menggantung kata karena senang.
Singgit paham dan mengangguk dengan senyuman. Langsung dipeluk Dea karena mereka di kenal dengan kebucinan nya.
"Akhirnya hubungan kita tidak ada lagi dinding pemisah" Kata Dea
Singgit melerai pelukan lalu menghampiri Apit — memegang salah satu pundak Apit untuk merestui nya.
"Selamat bro, langgeng terus sampai maut memisahkan kalian" Kata Singgit.
"Kalian juga ya, mohon maaf kalau Matilda sudah jadi perusak hubungan kalian" Jawab Apit dengan senyuman.
Singgit terkekeh "Tenang saja, kemarin tuh niat gue bukan mau nyulik cewek lu, tapi buat bantu gue untuk menolak halus ke papah gue, sekaligus merayu untuk izinin gue buat nikah sama pilihan gue" Kata Singgit.
Apit tersenyum kembali "Oh ya untuk papah lu, semoga cepat sembuh ya" Kata Apit.
"Amin... Terima kasih doa nya" Jawab Singgit.
"Oh ya lu ngapain disini?!" Tanya Singgit.
"Matilda kena tipes, pingsan sampai dua kali" Kata Apit.
"HAH, Dia pingsan dua kali?" Dea menimpali.
"Iya waktu gue bawa pulang dari sekolah ke Apartemen, dia pingsan lagi disana" Kata Apit.
"Maksudnya apa beb pingsan dua kali?" Tanya Singgit mengerut kening.
"Waktu upacara tadi dia pingsan, Gue yang angkat Matilda ke tandu lipat" Kata Dea.
"Gimana kalau kita sekalian jenguk dia, mumpung dirawat di satu rumah sakit" Ajak Singgit.
Dea menggeleng kepala "Gak boleh, papah lu gak ada yang jaga nanti!"
"Bro, Matilda untuk sekarang butuh istirahat, dia juga tadi habis di jenguk teman-teman sekolah barusan" Cegah Apit.
Setelah panjang lebar mereka berbicara, Dea memutuskan membawa Singgit masuk ke kamar orang tuanya, sedangkan Apit sendiri kembali ke ruangan nya Matilda.
Setelah di ruangan matilda..
"Dari mana saja kamu?" Tanya Matilda berwajah bete.
Apit celingukan dengan wajah bego nya "Habis dari kantin rumah sakit beli makan siang" Kata Apit.
"Terus mana makanan nya?" Kata Matilda.
"Habis lah, kan makan disana" Jawab Apit.
"Pit, Bu Riana lagi kemana?" Tukas Pak Burhan.
"Lagi pulang dulu ke apartemen buat mandi, makan sore, terus ganti baju tidur" Jawab Apit.
"Oh ya, tadi papah kamu nitip sesuatu ke um" Kata Pak Burhan sembari memberikan surat untuk Apit.
Apit membaca surat itu setelah dia keluar dari kamar nya Matilda.
Surat itu bertuliskan bahwa pernikahan nya dengan Matilda di majukan satu bulan setelah ujian nasional berlangsung.
"Dih papah, apa ini tidak kecepatan?" Gumam Apit pada dirinya sendiri. Terus menatap surat itu — mendalami dengan lamunan nya.
JADE ( Who Stole My Virginity )