Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
7 tahun kemudian.
Suasana di ballroom istana Scarelion terasa begitu memukau malam itu. Sinar lampu kristal memantul dari cawan-cawan emas yang menghiasi setiap meja, menambah kemewahan yang terpancar dari semua bangsawan Scarelion yang datang dari berbagai pelosok kerajaan. Ballroom dipenuhi dengan aroma harum mawar dan lilin, serta alunan musik lembut dari orkestra yang berada di pojok ruangan, membawa suasana yang semakin syahdu.
“Yang Mulia Raja Dierez, Ratu Valery, Pangeran Mahkota Altair, dan Pangeran ke dua Alaric memasuki ruangan,” Suara menggunakan pengeras suara itu membuat para tamu undangan menoleh pada pintu, di mana para anggota inti kerajaan berjalan beriringan memasuki ballroom yang telah di rias megah.
Menyusuri karpet merah yang terbentang sepanjang ballroom, Raja Dierez dengan Ratu Valery di sebelahnya menuju tengah ruangan, diikuti ke dua putra mereka di belakang.
“Keluarga Duke Ervand De Millard memasuki ruangan,” Suara pemberitahuan datangnya Pemeran Utama Wanita malam ini, Anthea berjalan di tengah dengan Ares dan Duke Ervand di sisinya.
Mengantarkan Anthea ke tengah ruangan tempat Altair menunggu, Ia menjabat tangan Duke Ervand sebelum mengulurkan tangan pada Anthea, yang diterima dengan baik oleh gadis itu.
Hari ini adalah acara pertunangan mereka, di usia Altair yang sudah 17 tahun dan sudah cukup dewasa untuk menjalin hubungan yang serius. Upacara Pertunangan yang telah direncanakan sejak lama itu di selenggarakan di ballroom istana Utama yang begitu luas.
Anthea yang memakai gaun biru dihiasi beberapa kristal kini berdiri di samping Altair yang mengenakan jaz dengan warna seragam, warna request dari Anthea sendiri.
Mereka berdua di instruksikan untuk berhadapan, acara pertukaran cincin pun dimulai. Altair menyematkan cincin dengan berlian kecil di tengahnya pada jari manis Anthea, saat gilirannya Anthea melakukan hal yang sama.
Cup
Setelah selesai, Altair mencium punggung tangan Anthea, menatap gadis itu dengan senyuman tipisnya, bukan senyuman formal seperti dihadapan para bangsawan, melainkan senyuman tulus dari hati laki-laki itu.
“Terimakasih, Anthea,” Ujarnya, senang rasanya bagi Altair hubungan mereka diresmikan seperti ini.
Suara Tepuk tangan terdengar dari para tamu yang menyaksikan. Anthea sendiri menampilkan senyum manisnya, hari ini ia resmi bertunangan dengan Altair setelah menjalin hubungan dekat bertahun-tahun. Walau selama ini semua orang di Kerajaan jelas mengetahui rumor bahwa Raja Dierez memang meminangnya untuk menjadi pasangan Altair.
Dengan pertunangan ini, Anthea resmi mendapat gelar Putri Mahkota, ia telah menjadi bagian dari Kerajaan Scarelion yang sah. Orang-orang tak dapat memanggilnya Lady lagi, melainkan panggilan Putri Kerajaan.
Sebenarnya, 7 tahun bersama Altair tak begitu buruk, pria itu memperlakukannya dengan baik. Mereka rutin bertemu walaupun 2 tahun belakangan Altair mulai sibuk di akademi, laki-laki itu pasti kembali setiap satu bulan sekali.
Tumbuh bersama Altair, membuat Anthea mengerti kenapa di dalam novel Anthea dapat menyimpan rasa pada Altair, sampai berani mengungkapkannya. Altair begitu perhatian bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun, lelaki itu selalu menjaga jarak dengan perempuan lain selama ini, padahal hubungan mereka belum resmi seperti sekarang.
Sikap Altair yang seolah-olah menginginkan Anthea, membuat Anthea harus membuat batasan akan perasaannya. Mungkin di luar ia terlihat biasa saja, menampilkan peran seorang gadis yang bahagia karena bertunangan dengan pewaris kerajaan. Namun, Anthea harus melawan perasaannya sendiri, demi keberlangsungan hidupnya.
Setelah pertukaran cincin, Altair dan Anthea mulai menerima ucapan selamat dari keluarga, kerabat dan teman-teman mereka, diikuti para tamu lain. Lebih tepatnya teman Altair, karena selama ini Anthea jarang keluar mansion bertemu bangsawan lain, sehingga ia tak memiliki teman, walau beberapa ada yang sebatas kenal.
Ratu Valery yang berjalan anggun bersama Raja Dierez mendekat pada pasangan itu,
“Dengan pertunangan ini, aku yakin masa depan kerajaan yang cerah semakin terlihat, kalian berdua adalah simbol dan kekuatan Kerajaan, anak-anak ku,” Ujar Raja Dierez.
Ratu Valery menggenggam tangan Anthea, “Anakku, tak ada kebahagiaan yang lebih besar selain melihat seorang wanita muda tumbuh kuat dan penuh cinta. Kau telah membuat pilihan yang tepat.”
Anthea tersenyum sembari mengangguk, Ratu Valery melanjutkan, “Terimakasih karena mau menuruti keinginan Altair yang terburu-buru,”
Altair yang berdiri di sebelah Anthea menampilkan wajah acuh seolah tak tau apapun. Memang kedua keluarga awalnya ingin mereka bertunangan ketika Anthea sudah berusia 17 tahun, saat gadis itu diusia dewasanya. Namun, Altair merasa itu terlalu lama, jika hubungan mereka tidak segera diresmikan akan banyak laki-laki yang mendekati Anthea-nya.
Selanjutnya Alaric bersama kedua teman dekat Altair menaiki panggung, Draka dan Rainer, keduanya adalah Anak bangsawan Duke di Scarelion.
“Selamat atas pertunanganmu, kakakku tercinta,” Alaric menjabat tangan Altair.
“Anthea..,” Beralih pada Anthea, Alaric membuka tangannya hendak memeluk, yang mana tubuhnya langsung di singkirkan oleh Altair.
“Tak perlu dekat-dekat dengan tunanganku,” Ujar Altair, mungkin saat masih kecil Altair dapat mentoleransi kedekatan mereka, tidak ketika mereka semakin dewasa.
Rainer di sebelahnya terkekeh, “Alaric, kau sudah tau Altair ini pencemburu akut, mungkin jika bisa Altair akan mengurung Anthea untuk dirinya sendiri.”
Anthea ikut tertawa mendengarnya, ia memang dekat dengan mereka sejak kecil, “Tidak akan, Kak Rainer. Kau ada-ada saja.”
“Padahal aku—“
“Jangan banyak bicara, ada banyak orang yang harus ke sini juga, Alaric,” Suara itu dari Draka, teman mereka yang paling bijak, memotong ucapan Alaric.
“Baiklah-baiklah, ya sudah selamat ya kakak iparku,” ujar Alaric, tangannya mengusap rambut Anthea lalu segera turun dari panggung menghindari tatapan tajam Altair, diikuti teman-teman nya.
Menyadari itu, tangan Anthea yang tadinya menggandeng lengan Altair turun menggenggam mengusap-usap tangan laki-laki itu, “Apa-apaan matamu, Altair? Jangan membuat orang-orang takut kesini,” tegur Anthea.
“Ck, anak itu sudah aku larang untuk menyentuhmu, Anthea. Tapi dia benar-benar tidak mendengarkan ku,” Ucap Altair.
Anthea menghela nafas kecil, semakin mereka dewasa Altair semakin membatasi interaksi Anthea dengan lawan jenis, sekalipun itu Alaric sendiri. Yang Anthea lakukan tentu hanya menurut.
“Dia hanya sengaja membuatmu kesal, sekarang tersenyumlah, Ayah dan kakakku menuju kemari,” Altair menurut, sebenarnya pasangan ini cukup saling mengerti satu sama lain.
“Putri ayah sudah besar, kau benar-benar tumbuh cantik, sayang,” Duke Ervand itu langsung memeluk sang Putri tanpa menyapa Altair lebih dulu. Sebenarnya selama ini ia kurang menyukai Pangeran Mahkota itu, Duke Ervand yakin dulu anak itu bersikeras meminta dijodohkan dengan Anthea saat Anthea sudah menentang, bahkan ia menggelar pertunangan dengan terburu-buru.
Ares sendiri menjabat tangan Altair, tanpa mengucapkan apapun. Mereka memang cukup dekat, tapi kepribadian keduanya yang pendiam tentu cukup kaku. Selagi Altair menjaga kepercayaannya menjaga Sang adik, Ares tak mempersalahkan hubungan mereka.
Beralih pada Anthea, barulah Ares menampilkan senyum manis di wajah tampannya, “Jadi, haruskah sekarang aku memanggilmu Tuan Putri Anthea?” tanyanya.
Anthea menyelipkan rambutnya ke telinga dengan wajah sombong, “Tentu, bersikap hormatlah kepada ku, Putra bangsawan Duke,” Ujarnya bercanda, keduanya tertawa bersama, Duke Ervand menatap hangat kedua anaknya.
“Kapan kakak menyusulku? Usia kakak sudah tua tau,” Ujar Anthea. Tahun ini kakaknya itu menginjak usia 20 tahun, di Kerajan Scarelion usia menikah yang standar adalah usia belasan di bawah 20 tahun.
“Aku akan menyusul setelah memastikan kau bahagia,” Jawab Ares.
“Anthea pasti bahagia bersamaku, tenang saja,” Suara Altair menjawab.
Anthea menatap ayahnya, “Apa Kakek dan yang lain tidak datang, ayah?”
“Tidak bisa, Anthea. Kerajaan Crylic tengah di landa wabah, paman mu sedang sangat sibuk sekarang,” Jawab Duke Ervand.
Selama ini, beberapa kali Anthea bertemu keluarga mendiang ibunya. Kakeknya adalah mantan Raja di Kerajaan Crylic, dan kini pamannya yang memimpin kerajaan itu. Mereka adalah orang-orang yang hangat, membuat Anthea dekat walau jarang bertemu.
Secara langsung, Anthea sebenarnya masih bisa di sebut keturunan Putri Kerajaan Crylic.
Setelah meladeni tamu-tamu dari kerabat dekat kerajaan dan beberapa tamu, Altair dapat memperhatikan wajah tunangannya yang terlihat sedikit tak tenang.
“Anthea lelah?” Tanya Altair dengan suara lembutnya, hanya daoat di dengar jika bersama tunangannya ini.
Gadis itu menggeleng pelan, Altair kembali berucap, “jika lelah duduklah lebih dulu, Anthea.”
“Aku tak apa, Altair,” Jawab Anthea meyakinkan. Sebenarnya ia sedikit tidak tenang karena gugup, setelah ini mereka akan berdansa, untuk yang pertama kalinya.
Bagaimana jika Anthea melakukan kesalahan nanti??
***
tbc