Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kamar bayi
Pram keluar dari ruangannya, ia sudah bersiap siap untuk pulang.
Namun Hesti buru buru berjalan ke arah Pram, seperti biasanya, perempuan itu selalu tampak cantik meski hari sudah sore.
" Bapak mau pulang?" tanya Hesti sembari membawa tasnya,
langkah Pram tentu saja terhenti,
" ada apa hes?" Pram menoleh ke arah Hesti,
" maaf pak, mobil saya masih di bengkel, apa.. Apa saya boleh menumpang bapak?" Hesti mengulas senyum manis.
Pram terlihat berpikir,
" sepertinya tidak bisa hes, aku harus menemani istriku untuk belanja keperluan untuk bayi kami." Jawab Pram dengan suara dan raut datar.
Pram bukanlah orang yang bodoh, meskipun usianya masih tergolong muda, namun ia sudah berkecimpung di dunia bisnis sejak masih sangat remaja.
berbagai sikap dan ekspresi sudah ia pahami,
Apalagi sikap Hesti yang sering kali terlihat jelas mengharapkan sesuatu dari Pram itu.
Mendengar jawaban Pram tentu saja Hesti terlihat kecewa,
" wah, bapak pasti senang sekali menyambut kelahiran anak bapak.." Hesti berbasa basi demi menutupi kekecewaannya.
" tentu saja." jawab Pram pendek dengan senyum tipis.
" baiklah kalau begitu pak, saya akan pulang dengan taksi online saja.." ujar Hesti lagi lagi mengulas senyum manisnya.
Pram tidak menjawab, ia melanjutkan lagi langkahnya ke arah lift.
Setelah Pram pergi, seorang laki laki datang, ia menatap Hesti dengan senyum mengejek.
" Sejak awal kukatakan, kau harus lebih berani, sekarang dia sudah punya anak dan istri, langkahmu akan semakin sulit," ujar laki laki itu.
" ia punya anak dan istri akibat kebodohanmu juga..!
Andai kau tidak menarikku untuk pergi, pasti aku yang akan menjadi istrinya saat ini, bukan bocah yang baru lulus SMA itu..!" Hesti meluapkan kekesalannya.
" Ah, kau saja yang memang terlalu banyak berpikir, masa mengurus pemuda dua puluh empat tahun saja kau tidak bisa?"
" dia bukan anak kuliahan atau pekerja biasa, jangankan denganku, dengan pak Cokro saja ia sungguh waspada,
Dia bukan orang yang bisa ku perlakukan dengan mudah?! Kalau dia menilaiku kurang ajar, aku yakin dia akan melemparku dari perusahaan ini dengan mudah..!" setelah mengatakan itu Hesti berjalan dengan langkah kesal ke arah lift.
" apa yang kau tunggu?! Antarkan aku pulang, aku tidak membawa mobil hari ini!" protes Hesti saat di depan lift.
_____
Saat Pram baru masuk kerumah, semua pembantu terlihat sibuk,
Rupanya mereka sedang menata kardus kardus besar yang entah apa isinya.
Laki laki berkemeja hitam berlengan panjang panjang itu mendekat ke arah para pembantu,
" apa yang ada di kardus kardus ini?" tanya Pram,
" Selamat sore pak, ini semua kebutuhan bayi yang di kirimkan oleh orang tua bapak,
Tadi nyonya datang kemari.." jelas salah satu pembantu termuda.
" mamaku?" Pram mengerutkan dahi,
" betul pak, tadi juga sempat lama disini, berbincang dengan ibu," imbuh pembantu itu, meski usia Pram dan Laras jauh di bawahnya, namun ia mendapat pesan dari Bu Yati untuk memanggil Pram dengan sebutan bapak dan ibu.
" lalu dimana istriku?" raut wajah Pram terlihat resah tiba tiba,
" ibu sedang di kamar bayi.. dengan Bu Yati..".
Pram langsung berjalan ke arah kamar yang sebelumnya kosong itu, yang memang ia rencanakan untuk kedua bayinya ketika sudah lahir.
Pram sedikit terkejut saat masuk ke dalam kamar yang berukuran enam kali enam itu.
Satu sisi dindingnya sudah di tempeli wallpaper wallpaper lucu,
Lalu ada dua box bayi dengan ukuran yang besar,
dua lemari baju bayi warna warni,
Karpet tebal berwarna biru muda, boneka boneka dan tumpukan mainan.
Dan mainan mainan gantung yang di pasang di plavon,
Pram langsung mengarahkan pandangannya pada sosok perempuan berambut sebahu yang sedang sibuk dengan baju baju bayi di depan lemari baru.
Ia memakai daster berwarna kuning muda, dari samping perutnya terlihat besar sekali.
Wajahnya yang cantik dan terlihat masih begitu muda itu tampak di penuhi senyum yang tenang,
Ia melihat menatap baju bayi itu satu persatu, sebelum menata baju baju itu, Laras terlihat memandangi baju baju itu cukup lama,
Terlihat ada sebuah perasaan yang ia tekan dalam dirinya.
Bu Yati yang sedang menata mainan menyadari kehadiran Pram,
dengan langkah pelan Bu Yati berjalan keluar dari kamar bayi itu.
Pram berjalan mendekat,
Menarik kursi dan duduk disamping Laras,
Melihat Pram yang tiba tiba duduk di sampingnya Laras sedikit kaget, namun tidak mampu menghapus kecantikannya yang tampak begitu ranum di mata Pram.
" Jangan membuatku kaget mas, bagaimana kalau aku melahirkan tiba tiba gara gara kaget?" protes Laras dengan suara rendah.
Pram tersenyum,
" maaf.." katanya reflek membelai perut Laras.
" jadi.. Kita tidak jadi belanja?" tanya Pram,
" Tante mengirimkan semua yang di butuhkan, apakah ada yang perlu kita beli lagi?" Laras memandang Pram, dan keduanya sekarang bertukar pandang, begitu dekat.
" Dia mengatakan sesuatu? Kudengar dia lama disini?" tanya Pram tenang,
mendengar itu raut wajah Laras seketika berubah, raut yang sebelumnya tenang dan senang menghilang.
" kenapa? Apa yang mama katakan?" tanya Pram,
" jika kau tidak bicara, aku tidak akan mengerti tentang apa yang kau rasakan,
Kau tau kan, kau tidak boleh stress..
Katakan padaku, mungkin aku bisa mengurangi sedikit beban pikiranmu.." ujar Pram sabar,
terdengar helaan nafas Laras,
" dia hanya memberitahuku bahwa Elang akan pulang dua bulan lagi." jawab Laras tanpa memandang Pram.
Pram terdiam, cukup lama.
" Aku memang marah dengan apa yang terjadi padaku,
Tapi yang di dalam perutku ini adalah darah dagingku..
Ini adalah pilihan yang sulit untukku,
Aku bahkan belum dua puluh tahun,
Sering kali aku bingung,
Bimbang,
Aku tidak tau bagaimana harus bersikap,
awalnya aku begitu tidak terima dan membencimu,
Namun seiring waktu aku menyadari,
Kau juga tidak menginginkan hal ini terjadi,
Kau juga terpaksa harus menjadi ayah di usia yang muda,
Hal itu pasti mempengaruhi pekerjaan dan harapan harapanmu." ujar Laras,
" menurutmu apa harapan ku?" tanya Pram dengan suara tenang,
" Laki laki sepertimu tentu saja pasti mempunyai banyak mimpi,
membangun bisnismu agar lebih besar,
mempunyai pasangan yang setara denganmu.. Mungkin.." jawab Laras menatap Pram.
Pram mengatupkan bibirnya, menahan perasaan pedih di sudut hatinya,
Bagaimana bisa perempuan yang sangat muda ini berkata seperti itu, siapa yang mengajarinya,
Ia bahkan berbicara tentang pasangan yang setara,
Andaikan Laras tau, banyak harapan Pram yang berasal dari dirinya, yang ia simpan dan tumpuk di dasar terdalam hatinya.
" kau bicara seakan akan tau apa yang benar benar ku ingin kan ras..
Padahal selama ini kau tidak pernah menatapku..".
Laras terdiam, ia tampak kaget dengan apa yang Pram ucapkan,
" aku memang anak kecil, tapi aku tidak bodoh mas,
Kau dulu yang bersikap memusuhiku,
Padahal kau dulu adalah orang yang selalu siap membelaku dan selalu berada disampingku..?" protes Laras, dengan baju bayi yang masih di pangkuannya.
" aku tidak pernah memusuhimu ras.." jawab Pram pelan,
" lalu apa maksudmu dengan tiba tiba diam, acuh, dan selalu bersikap seakan akan aku tidak ada di sekitarmu mas?
Apakah aku salah menafsirkan sikapmu yang dingin dan terkesan sinis padaku itu?
Kau bahkan bersikap seperti itu selama bertahun tahun, sejak aku kelas dua SMA?" Laras menatap Pram dengan serius sekarang, tatapannya seakan menuntut sebuah penjelasan.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini