Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Setelah hari itu hubungan Dea dan Bella semakin dekat, mereka sudah selayaknya sahabat karib. Usia Dea dan Bella yang juga tidak berbeda jauh membuat keduanya bisa dengan cepat akrab satu sama lain.
Dan Athar memperhatikan semua itu, dia melihat Dea dan Bella yang saat ini sedang membuat kue, diam- diam athar memandang dari jauh dengan bersandar di tepian tembok, sudut bibir pria itu tertarik membentuk senyum simpul.
Malamnya saat athar membuka pintu berniat masuk ke dalam kamar, tak sengaja matanya langsung menangkap Dea yang sedang menatap ke cermin rias, rambut panjang wanita itu basah dan nampak dia sedang mengeringkannya dengan handuk kecil.
"Mas?!" sama seperti dirinya Dea juga terkejut ketika menyadari keberadaan athar melalui kaca cermin. "Harusnya kamu mengetuk pintu dulu sebelum masuk. "
"Memangnya kenapa?" athar justru bertanya ngawur, Diam-diam dia menengguk ludah. Setelah Dea setuju untuk satu kamar kembali dengan nya waktu itu Athar merasa sangat senang. Entahlah kehadiran seorang wanita yang dulunya selalu dia abaikan kini menjadi salah satu hal yang selalu dia perhatikan.
Selama tinggal di satu kamar tak pernah athar saksikan pemandangan seperti ini karena memang dulu dia merasa harus menjaga jarak dengan Dea, hingga tak pernah lama- lama berada dalam satu ruangan dengan Dea, mereka tidur di satu ranjang pun harus di buatkan sekat dengan guling dan bantal begitu setiap harinya selama tujuh bulan ini.
bodohnya Athar yang dulu selalu mendengarkan hasutan ibunya agar setia pada Ranty dan menganggap pernikahannya dengan Dea tak berarti sama sekali. Kini dia mulai menyesal dengan semua pikiran bodohnya itu.
Dea menunduk malu terlihat dari mata athar, pipi gadis itu yang diam- diam bersemai merah membuat nya menarik sudut bibir ke atas.
"Apa yang sedang kau lakukan? " Ck, athar bodoh! gerutunya dalam hati padahal sudah bisa melihat sendiri apa yang sedang di lakukan istrinya itu.
"Habis keramas, " jawab Dea pendek. Jujur dia merasa malu ke geep seperti ini meskipun tidak melakukan hal yang memalukan tapi bagi dia yang sebelumnya terbiasa tanpa kehadiran athar di kamar jadi merasa tak bisa bergerak dengan bebas.
Sebelumnya Dea pun sebenarnya terpaksa setuju untuk tinggal bersama lagi dengan athar di satu kamar hanya kerana tidak ingin berdebat dengan kakaknya. Entahlah dia pun sendiri bingung kenapa Ranty dengan mudah merelakan begitu saja agar dia bisa satu kamar kembali dengan athar? apa wanita itu tidak cemburu?
"Mas mau ngapain? "
Dea mendadak waspada ketika melihat Athar yang mendekat ke arahnya.
"Aku juga ingin mandi, kenapa? "
Ternyata athar mengambil handuk yang tergeletak di dekat Dea.
Dea pun menghela nafas lega, hal itu di tangkap oleh athar yang membuat pria berbadan atletis ity terkekeh geli.
"Apa kau pikir aku akan melakukan sesuatu padamu? "
Athar tiba-tiba kembali mendekat membuat mata Dea bergerak liar, langkah athar yang semakin maju dan Dea yang perlahan mundur dengan wajah gugup hingga kini tubuh Dea terpojokkan di tembok.
"Mas mau apa? "
Suara Dea tetap sama. Masih lembut dan begitu halus masuk ke telinga athar.
Athar diam. Matanya kemudian mengarah pada kalung yang di kenakan di leher Dea.
Dulu waktu pernikahan mereka neneknya masih ada, di antara dua keluarga yang sebenarnya terpaksa untuk menikahkan mereka ada neneknya yang justru senang dengan pernikahan itu.
Neneknya bilang beliau sangat menyukai Dea dan meminta athar agar tidak mendengarkan keluarganya untuk berpisah dengan Dea jikalau Ranty kembali suatu hari nanti.
"Athar, Dea adalah wanita yang sangat terjaga, dia baik dan tutur katanya lembut, mungkin ini memang rencana Tuhan di balik pernikahan mu dan Ranty yang gagal, Tuhan justru membuat rencana indah yang jauh lebih dari rencana mu.
Terkadang manusia hanya bisa berencana tapi tetap Tuhan lah yang menentukan semuanya. Bisa jadi istri mu sekarang sebenarnya adalah jodoh yang sudah Tuhan siapkan untuk mu."
Sekilas terngiang ucapan neneknya waktu itu, athar baru menyadari kenapa dia tidak mendengarkan nasihat neneknya dari awal dan malah termakan ucapan ibunya.
Jika dari awal athar mengikuti kata neneknya mungkin Dea tidak akan berubah sikap padanya hingga sejauh ini.
" Mas sebaiknya berhenti aku tidak suka di dekati seperti ini! " dengan lantang Dea berkata demikian, dia mendongak di tatapnya athar dengan tatapan tajam.
Namun athar bukannya sakit hati malah justru tersenyum namun sejurus kemudian matanya menatap sendu.
"Kenapa apa kau masih marah padaku? "
"Ini bukan soal marah atau tidak mas! sudah ku jelaskan kemarin, aku sudah lelah jadi mari kita hidup masing-masing saja seperti permintaan mu dulu."
"Tapi aku menarik kata- kata ku itu. "
Dea terkejut matanya menatap bersungut-sungut. "Terserah apa katamu, aku sudah lelah menjalani kepura-puraan ini mas. Sekarang kak Ranty sudah kembali jika kau mau berpisah dengan ku detik ini pun aku sudah siap! "
"Tidak akan pernah! " kini baru athar menaikkan oktaf suaranya.
Dea tertegun. "Apa maksud mas?"
"Kau mengerti kan? aku tidak akan pernah berpisah dengan mu. "
Dea menggeleng, tak mengerti. "Sebenarnya mau kamu ini apa, mas?! "
"Memulai dari awal Dea. Aku menyesal dan ingin menjalani pernikahan ini dengan serius. "
Dea berdecak dia membuang muka, teringat perlakuan athar selama ini padanya membuat dia tak bisa mempercayai kata- kata pria itu.
"Aku tidak mengerti apa yang mas katakan? bukankah mas bilang hanya kak Ranty yang pantas menjadi istri mu dan aku hanya pengganti sementara! "
"Aku memang berkata seperti itu, tapi itu dulu sekarang aku menyesalinya. Aku ingin belajar untuk mencintai mu. "
"Ck bullsh*it! " Dea kali ini berani membentak pria itu, kedua matanya sudah mulai memerah dan ada genangan air di sana.
Athar seolah dapat merasakan apa selama ini istrinya itu rasakan dan itu membuat penyesalannya semakin menumpuk- numpuk.
"Kenapa baru sekarang? setelah semua rasa sakit yang sudah ku lalui mas dan kau baru berubah setelah aku memilih menyerah! "
Athar menatap sendu hatinya ikut merasakan sakit.
"Maaf." hanya itu yang dapat ia katakan, meski hanya satu kata tapi semua itu berasal dari hatinya yang paling terdalam.
Tapi terlambat untuk mendapatkan Dea kembali ke sisinya gadis itu sudah sangat sakit hati dengan semua perlakuannya.
"Maaf mu sudah terlambat mas!"
Dea pergi meninggalkan athar yang kini merenung seorang diri.
*
*
*
bersambung
semua hal2 baiknya..