Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 ( Cari Ayah )
Arrayan termenung di ruang kerjanya di kegelapan lampu yang sengaja ia matikan. Entahlah hari ini ia tidak tau apa yang harus dilakukannya. Semua terasa malas yang ia inginkan hanya ketenangan jiwa dan raganya yang serasa lelah dengan kejutan di hidupnya yang selalu datang tiada henti.
Cekleek
Seorang pria datang menghampiri Arrayan yang terduduk di kursi kebesarannya lalu tangan pria itu terulur seraya mengusap punggung Arrayan dan menyapanya dengan suara beratnya,”Arrayan, putraku,” sapa pria itu sontak membuat Arrayan langsung menoleh ke arahnya.
“Pa-papah,” lirih Arrayan menatap pria baya yang ia sebut papa dengan kedua matanya nya yang berkaca-kaca.
“Kau harus kuat, kau adalah seorang pewaris keluarga Mahendra apapun yang terjadi di hidupmu selama ini tidak lain untuk melatih mu agar kuat menjalani hidup yang tidak mudah ini, Arrayan,” ujar Lais seraya mengusap lembut wajah putranya yang terlihat kurus.
“Arrayan udah enggak kuat, pah. Aku ingin ikut Papa sama Mama saja di syurga,” ucap Arrayan dengan suara bergetar seraya memegangi erat tangan sang papa.
“Tidak .. belum saatnya,” cetus seorang wanita paru baya yang datang menghampiri sang putra.
Sontak membuat Arrayan histeris dan langsung memeluknya,”Mama … Arrayan rindu. Sangat rindu, hiks.
Nania melepaskan pelukan sang putra dan berkata,”Belum waktunya kau ikut dengan kami karena kau harus tetap hidup untuk seseorang yang akan membuatmu lebih bahagia selain istrimu, Bella,” ujar Nania.
“Maksud Mama?” lirih Arrayan.
Lais menghampiri Nania dan merangkulnya lalu tatapannya beralih pada Arrayan,”Nanti kau juga akan tau, jangan lelah mencarinya. Kami pamit dulu Arrayan jangan menangisi kami lagi hiduplah dengan tenang dan berbahagialah dengan keluarga kecilmu,” pamit Lais dan Nania yang perlahan menghilang dari pandangan Arrayan dan pria itu hanya bisa menangis seraya memanggil orang tuanya.
“Mama … Papa!” teriak Arrayan.
“Arrayan …” pekik William membuat dirinya terbangun dan yang alami hanyalah mimpi.
Arrayan bangkit dengan napas yang tersengal-sengal dengan tubuhnya yang berkeringat membasahi baju yang ia kenakan.”Ternyata hanya mimpi,” gumam Arrayan.
“Kau kenapa, Arrayan?” tanya William memberikan segelas air pada pria itu.
Arrayan langsung menenggak air putih itu hingga tandas lalu meletakkan kembali di atas nakas. Ia menceritakan mimpinya pada sang Paman membuat William menatap sendu keponakannya yang seperti tidak ada semangat hidup hanya rasa lelah yang terlihat pada tubuhnya yang semakin kurus.
“Sudahlah, mungkin Mama dan Papa mu hanya ingin melihat mu lewat mimpi. Sekarang kau makan lah Paman sudah membawa beberapa makanan,” titah William.
Arrayan bangkit dan hanya memakan sedikit karena ia benar-benar tidak nafsu makan,”Aku ingin pergi ke makam Papa dan Mama, sudah lama juga aku tidak ke sana Paman,” ujar Arrayan.
“Apa kau ingin mengajak, Varro?” mendengar itu Arrayan menatap heran pada William karena sudah berapa kali ia katakan jika dirinya tidak ingin menemui anak itu lagi.
“Tidak! Aku sudah menyuruh Stella pergi dan membawa anak itu juga,” balas Arrayan dengan wajahnya yang sangat dingin.
“Tapi, Arrayan. Varro tidak bersalah dalam hal ini apa kau tidak kasihan pada anak itu? Dia habis operasi Arrayan. Kenapa kau tega menyuruh Stella membawanya padahal kau tau Stella tidak pernah menyayanginya,” terang William.
Sreet
“Aku tidak peduli!” seru Arrayan menaikan resleting jaketnya dan mengambil ponsel bergegas keluar.
Saat melewati ruang tengah Varro melihat Arrayan yang pergi dengan cepat anak itu berlari menghampiri sang Daddy membuat Arrayan menghentikan langkahnya,”Daddy, mau kemana? Valo mau ikut,” rengek Varro.
Arrayan menarik napas dalam dan menutup matanya ia mencoba menunduk menatap anak kecil yang sangat polos sedang memegangi kedua kakinya. Ia menggendongnya membuat Varro sangat senang, tetapi Arrayan malah membawa anak itu menuju kamar Stella ia membuka pintu sangat kasar mendapati istrinya yang sedang merenung di kamar.
“Kenapa kau masih di sini!” tekan Arrayan menatap tajam Stella.
Arrayan menurunkan Varro ia menghampiri Stella yang sedang menangis,”Aku tidak akan pergi ke mana pun karena aku ini istrimu, Arrayan,” lirih Stella.
“Ck, istri? Itu hanya status istriku hanya satu yaitu, Bella,” terang Arrayan.
Stella memasang raut wajah marah ia pun menghampiri Arrayan dengan tatapan tajamnya,”Siapa? Bella? Dia sudah tiada, Arrayan! SADARLAH GADIS C4C4T ITU SUDAH TIADA DAN DIA JUGA TIDAK PANTAS UNTUKMU!” teriak Stella.
Ingin rasanya Arrayan menampar keras Stella saat ini, tetapi ada Varro di hadapannya ia pun menggendongnya kembali,”Anaaaa!” panggil Arrayan dengan berteriak membuat maid itu berlari menghampiri Tuannya.
Arrayan memberikan Varro pada Ana lalu dia menyuruh nya untuk membereskan pakaian dan semua barang Varro ke dalam tas,”memangnya kita mau kemana, Tuan,” tanya Ana.
“Jangan banyak tanya! Lakukan saja perintah ku!” tekan Arrayan.
“Ba-baik, Tuan,” jawab Ana sedikit ketakutan karena tatapan Arrayan sangat menyeramkan padanya.
Arrayan masuk kembali ke dalam kamar menuju lemari Stella sontak gadis itu menghampiri Arrayan dan mencoba menghentikan suaminya yang ingin mengemaskan semua pakaian dirinya saat melihat Arrayan mengambil sebuah koper di dalam lemari Stella.
“Aku sudah bilang padamu kalau aku akan di sini karena aku istrimu! Hentikan Arrayan aku mohon maafkan aku jangan mengusirku dari sini!” mohon Stella yang menghentikan Arrayan yang sedang memasukkan semua pakaiannya.
“Tidak ada yang harus aku maaf kan lagi karena kau wanita yang sangat jahat! Kau selalu menyiksa Bella, memusuhinya dan sekarang memanfaatkan situasi saat dia tidak ada!” cerocos Arrayan.
Sreet
resleting tertutup Arrayan segera menutup koper dan mengangkat koper itu seraya menarik tangan Stella menuju keluar tidak lupa dia memanggil Ana untuk ikut dengannya. Semua keluarga melihat apa yang dilakukan Arrayan. Berliana dan Jesicca tidak tega melihat Varro yang menangis karena ingin bersama Arrayan,”Daddy, kasihan varro. Biarkan dia di sini Stella saja yang di usir,” ujar Berliana.
“Biarkan saja, kau tahu kan sifat keponakanmu yang satu itu. Apa yang akan terjadi jika kita menghentikannya,” ujar William yang menarik Berliana ke dalam kamar. Tinggal Jesicca yang hanya bisa pasrah melihat Varro yang hampir menghilang dari pandangannya.
“Di mana bodyguard yang menjaga gerbang!” teriak Arrayan dan dua orang mendatangi Arrayan.
“Ada apa, Tuan,” tanya Bodyguard itu.
“Aku mau pergi! Usir kedua orang ini dari rumah ku!” perintah Arrayan dan bergegas pergi meninggalkan Varro yang ingin menghampirinya, tetapi para bodyguard itu menghalanginya.
Mobil Arrayan melaju melewati Stella yang masih menangis, tetapi Arrayan tidak memperdulikannya.”Aku gak akan berhenti sampai di sini, Arrayan. Sampai kapan pun aku akan selalu berusaha mendapat kan mu sebelum anak angkat itu kembali!” ucap Stella memandangi mobil yang baru saja keluar lalu ia menggendong Varro yang masih menangis seraya menarik koper itu keluar dibantu para bodyguard.
*
*
Sampai di pemakaman Arrayan meletakkan bunga Rose kesukaan sang Mama, lalu ia menyebarkan bunga di seluruh makam kedua orang tuanya. Arrayan berjongkok mengusap batu Nisan sang papa seraya berdoa agar mereka mendapatkan tempat terindah di sisi yang maha kuasa.
“Mama, Papa. Arrayan datang. Maaf jika aku baru sempat ke sini menjenguk kalian,” lirih Arrayan yang menatap lekat hingga akhirnya air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya tumpah juga membasahi pipi pria itu.
Di sisi lain Bella masih mencari sang putri yang sedari pagi menghilang dan kabur dari rumah. Entah apa alasannya sang putri sampai melakukan hal itu. Lucas berusaha membujuk Bella untuk melapor polisi agar mereka membantu dalam mencari putrinya. Akan tetapi, Bella menolak karena merasa sang putri tidak jauh dari rumahnya.
“Bella, ini sudah mulai sore. Apa gak sebaiknya kita lapor polisi?” saran Lucas.
“Tidak, kak. Aku yakin jika Narra hanya bermain di sekitar sini karena dia bosan di rumah. Aku tau kenapa putriku tidak minta izin dulu padaku itu karena aku pasti tidak mengizinkannya,” ujar Bella.
“kenapa kau tidak mengizinkannya? Apa mungkin Narra ingin cari Ayahnya?” perkataan Lucas membuat Bella bertambah khawatir dan ia mempercepat langkahnya untuk mencari kembali sang putri membuat Lucas tertinggal olehnya.
“Bella … tunggu aku!” teriak Lucas, tetapi Bella menulikan pendengarannya karena rasa khawatir yang berlebihan mengenai putrinya. Ia takut jika Narra bertemu dengan Arryan.
Bugh
“Akhhh … Bunda,” pekik Narra saat bertabrakan dengan seseorang saat ia ingin masuk ke dalam mobil.
“Kalau jalan hati-hati dong,” ketus Arrayan.
“Situ yang enggak hati-hati!” pekik Narra seraya tolak pinggang menatap tajam Arrayan..
“Eumm … Baiklah aku minta maaf. Apa kau mau maaf kan om?” tanya Arrayan.
Ya, Arrayan bertabrakan dengan Narra saat anak itu akan mengejar layangan di area dekat pemakan. Narra tidak menjawab gadi kecil itu menatap nanar seorang pria yang sekilas mirip dengannya dan berkata,”Ayah …” panggil Narra seraya memeluk erat tubuh Arrayan.
Degh!
“A-ayah?” lirih Arrayan
*
*
Bersambung.
😅