Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 30 Permintaan Maaf
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (30)
" Ayah dan Bunda sedang menyiapkan hadiah yang spesial untuk Ical." Bu Marisa tersenyum. Sudah pasti menantunya itu lupa kebiasaannya menelpon Ical karena Rama sedang menguasainya malam ini.
" Benarkah?"
Bu Marisa hanya mengangguk dan tersenyum.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Rencananya, setelah pulang dari hotel, Rama akan mengantarkan Salma pulang agar bisa mempersiapkan untuk nanti malam dan dia akan pergi ke restoran seperti biasanya.
Hari Minggu, biasanya restoran lebih ramai dari hari biasanya. Namun, karena ada telpon dari sang ibu, ia membelokkan mobilnya ke arah lain.
" Mas,tadi telpon dari Mama? apa ada sesuatu dengan Ical?," tanya Salma penasaran sekaligus khawatir.
Setelah mendapatkan telpon dari ibu mertuanya, raut muka sang suami berubah.
" Iya. Ical tidak apa-apa. Dia baik-baik saja. Tapi, disana ada kedua pamanku dan keluarganya."
Entah ada angin apa mereka mendatangi sang ibu. Dalam benak Rama, ia yakin ini ada sangkut pautnya dengan kekacauan yang kemarin ia buat.
" Sebenarnya, kemarin apa saja yang mas katakan? Mungkin ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin." Pemikiran Salma sama persis dengan Rama.
Akhirnya, Rama menceritakan semuanya. Tentang sikap Tante indah pada ibunya juga tentang ancamannya pada Dewi.
Ada perasaan iba membayangkan bagaimana kehidupan Suami dan mertuanya. Namun, ia sangat salut pada keduanya. Sikap sang suami yang menunjukkan rasa cintanya pada ibu mertuanya pun membuat Salma semakin mencintai suaminya.
Namun, ada yang mengganjal tentang rahasia mengenai Faisal.
" Apa maksud mas tentang rahasia Ical?,"
Rama melihat ke arah Salma. Sudah saatnya istrinya itu tahu kebenarannya.
" Nanti aku jelaskan ya. Sekarang kita ke rumah mama dulu. Aku khawatir. Entah apa tujuan mereka kesana."
Salma mengangguk dan tersenyum. Ia tidak ingin memaksakan kehendak sekalipun ia sangat penasaran. Ia bisa merasakan perasaan khawatir yang sedang di rasakan oleh Rama.
Rama sendiri tidak bisa menebak apa tujuan sebenarnya dari kedatangan keluarga kedua pamannya. Permintaan maaf atau entahlah.
Sekalipun ia akui kedua pamannya tidak mungkin melakukan hal yang buruk pada ibunya. Terkecuali keluarga dari keduanya. Karena ia bisa merasakan kebencian dari para Tantenya.
Rama akui itu tidak lepas dari kekayaan yang mereka miliki. Padahal mereka juga tidak terlalu kaya . Hanya jika di bandingkan dengan keadaan ekonomi ia dan ibunya dulu, memang mereka ada di atas.
" Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Rama dan Salma masuk ke dalam rumah dimana disana benar-benar ada keluarga besar kedua pamannya. Serta anak mereka.
Tidak hanya para sepupunya. Namun, pasangan mereka pun ada.
Sebagai sopan santun, keduanya menyalami yang hadir disana tanpa terkecuali. Sekalipun masih ada yang melihatnya tak suka. Rama tak peduli.
Rama pun duduk di samping Bu Marisa.
" Jadi, ada keperluan apa paman- paman sekeluarga datang kemari?," tanya Rama to the point.
Tak perlu basa-basi bertanya kabar. Kemarin mereka baru saja bertemu. Bahkan mungkin keadaan mereka tidak jauh lebih baik dari Rama ketika semua rahasia yang di sembunyikan terbongkar.
Setidaknya, hati Rama sudah tidak seburuk kemarin. Itu semua berkat istrinya pula.
" Kami hanya ingin meminta maaf." Om Bagas mewakili semua yang datang ke rumah ibunya.
" Untuk apa?" tanya Rama.
" Atas semua sikap Tante dan anak Om pada kalian. Kami benar-benar minta maaf." Om Bagus menimpali.
Rasa bersalahnya sungguh besar. Kakak satu-satunya yang sangat ia hormati justru tidak di hargai sama sekali oleh istrinya.
Rama diam. Begitu pula Salma yang memang tidak ingin ikut campur masalah ini. Apalagi ia sendiri jarang berinteraksi dengan keluarga mertuanya ini.
" Yang lalu biarlah berlalu. Aku sudah melupakannya. Maaf, jika kemarin Rama mengungkitnya." Bu Marisa menjawab permintaan maaf sang adik.
Sebenarnya, Bu Marisa tak pernah berniat membongkar semuanya. Bisa melihat kehidupan keluarga kedua adiknya baik-baik saja sudah lebih dari cukup. Ia tak menghiraukan bagaimana sikap kedua iparnya.
"Rama, bicaralah." pinta Bu Marisa karena anaknya itu hanya diam saja.
Rama menghela nafas. Memafkan tidak semudah itu.
" Karena Mamaku memafkan kalian, aku pun akan memaafkan kalian. Tapi, dari lubuk hatiku yang paling dalam aku belum bisa. Hatiku tidak selapang Mamaku." jawab Rama yang angguki kedua pamannya.
Keduanya pun merasa sakit hati atas perlakuan istri-istri mereka. Selain Tante indah, Tante Tari pun sama.
Flashback on
" Katakan padaku apa maksud perkataan Rama tadi ?," tany Bagas pada istrinya yang hanya tertunduk.
Mereka menunda pembicaraan tadi pagi karena acara yang akan segera dimulai. Acara memang berjalan dengan lancar namun, suasana terasa berbeda. Apalagi perasaan kedua adik Bu Marisa yang buruk.
" Jawab pertanyaanku!," Bentak Om Bagas.
Semua terlonjak kaget. Rumah memang sudah mulai sepi. Menyisakan keluarga inti Om Bagas dan Om Bagus saja. Mereka tinggal bersebelahan jadi tidak terlalu canggung karena sudah biasa berkumpul seperti ini. Namun, dengan keadaan yang berbeda.
" Maafkan aku." lirih Tante Indah.
Perkataan maaf cukup mewakili bahwa apa yang di katakan oleh Rama benar adanya.
" Bagaimana dengan uang yang aku minta padamu untuk kamu berikan pada Kak Ica?," Tanya Om Bagas memanggil kakaknya dengan panggilan Kak Ica.
Tante Indah hanya menggeleng. " Maaf."
" Sejak kapan kamu tidak memberikannya?," tanya Om Bagas. Nadanya meninggi.
" Dari awal, aku tidak memberikannya."
Jeduarrrr
Jika dari awal, itu artinya sangatlah lama. Raut muka Om Bagas sudah merah padam.
" Kamu kemanakan uangnya?,"
" Aku memakainya untuk berbelanja." jawabnya sambil tertunduk lesu.
Semua yang ada di sana merasa terkejut. Selama ini Tante Indah selalu koar-koar bahwa ia membiayai kebutuhan hidup kakak iparnya juga biaya kuliah keponakannya. Namun, nyatanya semua omong kosong.
" Bagaimana bisa kamu melakukan itu, Hahh?? Aku tak pernah mengurangi uang nafkahku padamu. Untuk kebutuhanmu dan anak-anak sudah aku penuhi. Bahkan lebih dari cukup.
Apa yang ada di dalam pikiranmu sampai kamu ambil juga uang yang aku kirimkan untuk kak Ica?,'
Om Bagas tidak habis pikir kenapa istrinya seperti itu. Gajinya yang bekerja di pelayaran cukup besar. Sehingga, ia bisa memberi pada sang kakak.
Ia yang jarang pulang meminta bantuan istrinya untuk memberikan uang pada kakak satu-satunya. Bahkan meminta istrinya itu untuk memberi tahu keadaan kakaknya itu.
" Kamu tahu, bagiku Kak Ica sudah seperti pengganti ibuku. Kamu pikir aku bisa seperti sekarang karena siapa kalau bukan Kak Ica. Setelah menikah bahkan Kak Hadi yang membiayai kami." Hadi adalah almarhum suaminya Bu Marisa.
Tak terasa air mata Om Bagas mengalir. Ia selama ini berpikir kakak dan keponakannya tidak kekurangan karena ia selalu mengirimkan uang juga untuk keduanya.
Om Bagus pun diam. Ia harap istrinya tidak bersikap seperti kakak iparnya.
" Bagaimana denganmu, Tari?," tanya Om Bagus pada istrinya. " Jangan sampai kamu melakukan hal yang sama seperti Kak Indah." Om Bagus menatap tajam istrinya.
" Aku memberikan uang yang kamu minta aku kirimkan pada Kak Ica." Jawabnya. " Tapi...." Ucapannya menggantung.
" Tapi, apa?,"
TBC
anak di bohongi jg,.
berikutnya siapa, Ram 😬😑😠