Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Kantor
"Sudah semua, kan?" tanya Gama. Setelah 3 hari tidak berangkat ke kantor karena sakit, sekarang pria itu sudah siap dengan setelan jasnya.
Naomi mengangguk, "Apa tak masalah jika aku ikut? Aku takut menganggu."
Tau kan jika Gama adalah orang yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan? Setelah bujuk rayu yang cukup alot semalam, akhirnya Naomi mau dia ajak ke kantor.
"Aku cuma ada rapat jam 2, paling cuma satu jam. Nanti kamu di ruanganku aja," balas Gama.
Kesepakatan semalam adalah, Gama berangkat ke kantor setelah jam makan siang. Dengan begitu, semua pekerjaan Naomi sudah beres.
Muak tidak muak, tugas Naomi hanya menyiapkan pakaian kerja milik Gama, lalu membersikan 2 kamar tidur dan 2 ruang kerja. Jadi, tidak sampai makan siang pekerjaannya sudah selesai.
Jika kalian penasaran bagaimana pembagian tugas pelayan mari aku jelaskan.
Tugas memasak di pegang oleh Ayu dan Sinta, mereka juga membersihkan dapur serta ruang makan. Membersihkan ruang tamu, teras dan garasi menjadi pekerjaan dari Hana.
Siska bertugas mencuci dan menjemur pakaian dan memilah sampah. Untuk urusan kolam renang, sekarang tugas itu diserahkan kepada tukang kebun.
Itu hanya sebagian kecil dari pekerjaan rumah. Setiap seminggu sekali, semua pelayan akan bergotong royong membersihkan semua area rumah. Dari depan hingga belakang.
Bibi Sarah bertugas menjaga semua pelayan melakukan pekerjaannya dengan baik, mengatur uang belanja bulanan, listrik, dan air. Pokoknya dia memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Seperti itu gambaran singkat pekerjaan dari para pelayan di keluarga Maharaja. Mari kembali kepada dua manusia berlawanan jenis yang sudah sangat dekat tetapi tidak memiliki hubungan pasti.
"Ayo!" ajak Gama.
Naomi melihat kembali penampilannya, lagi-lagi baju yang pernah ia pakai makan malam bersama Gama dia pakai kembali. Dari semua bajunya, hanya itu yang masih cukup sedap di pandang.
Gama sadar jika Naomi sedari tadi selalu melihat penampilannya sendiri, "Nanti pulang dari kantor kita mampir mall," ujarnya dengan lembut.
Pria itu berniat membelikan beberapa potong pakaian dan juga sepatu untuk Naomi, uang bukanlah hal sulit untukknya. Hanya beberapa potong pakaian tidak akan membuatnya miskin.
Kini keduanya sudah berada di dalam mobil menuju kantor Gama. Dia dan tuan Bara mengelola perusahaan yang berbeda, perusahaan yang sekarang di kelola Gama adalah anak perusahaan milik Maharaja. Sekarang perusahaan itu berada di urutan ketiga dari 10 perusahaan terbaik.
Naomi sedari tadi meremas tangannya karena gugup, matanya menatap keluar jendela mobil. Siang ini cuaca begitu terik, dan jalanan tidak terlalu macet untuk ukuran Ibu kota.
"Mas?" panggil Naomi kepada Gama yang fokus menyetir.
Gama menoleh sebentar dan kembali fokus ke arah jalanan. "Ada apa?" tanyanya.
"Nanti di kantor aku ngapain?"
Pertanyaan itu sudah ingin ditanyakan Naomi sebelum mereka berangkat, tapi baru dia ungkapkan sekarang.
"Nemenin aku kerja," balas Gama santai. Memang itu tujuannya membawa Naomi ke kantor, lebih tepatnya agar dia bisa beduaan dengan Naomi.
...****************...
Sejak memasuki area kantor, Naomi dibuat terkagum dengan betapa besarnya perusahaan milik Gama itu. Dulu cita-citanya adalah menjadi karyawan dari salah satu gedung pencakar langit di Ibu Kota.
Dia berjalan di belakang Gama dengan menunduk, banyak karyawan berlalu lalang di lobby kantor. Mereka terus memperhatikannya dengan tatapan menelisik, bahkan ada yang berbisik-bisik satu sama lain.
"Siapa dia?"
"Kenapa dia datang bersama bos?"
"Lihatlah penampilannya!"
"Apakah dia pelayan bos?"
"Tidak biasanya bos membawa wanita seperti itu."
Suara-suara itu ditangkap gendang telinga Naomi dengan sangat jelas. Dia semakin menundukan kepalanya, yang sekarang ia lihat hanya unjung sepatu karetnya serta lantai.
Bruk!
Terlalu fokus ke bawah, dia menabrak dada bidang Gama yang sudah berhenti dari tadi. Bukan hanya Naomi, Gama pun juga mendengar jelas suara-suara itu.
"Kenapa berjalan di belakangku?" tanya sembari mengangkat dagu Naomi agar menatapnya. Jarak mereka bahkan tidak ada satu senti, hal itu membuat suara-suara bisikan semakin menguat.
"Maaf, Mas. Aku kurang fokus," balas Naomi dan langsung mundur 2 langkah. Dia kembali menunduk, seharusnya dia tidak ikut ke kantor.
Tidak ada pergerakan sama sekali, Naomi masih bisa melihat ujung sepatu milik Gama yang berdiri di depannya. Anehnya, keadaan di sekitarnya menjadi hening, tidak ada suara bisikan maupun suara orang berjalan.
Tiba-tiba tangan kanannya di raih dan di genggam, "Ayo!" Tentu saja Gama yang melakukannya.
Tanpa Naomi lihat dan sadari, Gama lah yang membuat para karyawan kantor diam membisu. Hanya dengan tatapan tajam dan juga wajah datar, tidak akan ada yang berani bersuara. Jika ada yang berani, siap-siap saja di pecat dengan tidak hormat.
Naomi hendak melepaskan tangan Gama, tapi lebih dulu di tahan, "Ayo, nanti kamu ketinggalan," alibi pria itu.
Dengan pasrah Naomi berjalan berdampingan dengan Gama menuju ruangan pria itu yang berada di lantai 10.
Setelah menaiki lift khusus Direktur, mereka sudah sampai di lantai 10. Di lantai ini hanya ada ruangan Gama, meja sekretaris yang berada di depan ruangan, serta pantry kecil dan kamar mandi.
Ruangan Gama hampir sama besarnya dengan kamar miliknya di rumah. Sofa dan juga meja yang berada di tengah ruangan, meja serta kursi kebesaran Gama yang dekat dengan jendela kaca besar, serta rak-rak berisi buku dan berkas di sisi kanan kirinya, tak lupa 2 tanaman hijau agar ruangan terlihat lebih hidup.
Gama membawa Noami agar duduk di sofa, begitupun dengannya yang ikut duduk di sampingnya. Masih ada waktu 20 menit sebelum rapat di mulai.
"Nanti kalau aku rapat kamu di sini ya, kalau bosan kamu boleh lihat-lihat kok. Tapi jangan keluar ruangan ini ya?" ujar Gama.
Naomi mengangguk paham, jadi seperti ini ruangan milik Gama? batinnya. Ruangan ini tidak se mewah ruangan Direktur yang biasa dia lihat saat menonton sinetron, tetapi terlihat sangat pas dan cocok dengan kepribadian Gama. Tegas dan memiliki aura yang kuat.
Tok! Tok! Tok!
Ruangan Gama di ketuk dari luar, setelah pemilik kamar menyuruh masuk, seorang wanita dengan balutan kemeja satin berwarna maroon dan rok span sepaha masuk dengan senyum manis. Jangan lupakan lipstik berwarna merah darah yang menghiasi bibirnya.
"Saatnya persiapan ke ruang rapat, Pak!" ucapnya. Dia adalah sekretaris Gama yang saat Naomi masuk bersama Gama tadi sedang sibuk memeriksa berkas.
Gama mengangguk kecil, "Kau keluarlah dulu, aku akan menyusul," perintah Gama.
Sang sekretaris undur diri dan keluar dari ruangan. Tatapan Naomi tidak lepas dari sekretaris Gama, jika tidak salah lihat tadi ia melihat jika wanita itu berkedip manja kepada Gama sebelum keluar.
"Aku rapat dulu, jika tidak ada kendala satu jam selesai," ujar Gama. Pria itu berdiri dari duduknya dan merapikan jasnya.
"Iya, aku tunggu di sini," jawab Naomi di iringi senyum manis.
Gama akhirnya keluar menuju ruang rapat, meninggalkan Naomi sendiri di dalam ruangannya yang sunyi.
Sejak tadi Naomi tertarik untuk melihat gedung-gedung pencakar langit dari jendela besar yang berada di belakang kursi kerja Gama, langit biru dengan awan putih menggumpal menjadi background yang sangat indah.
"Wahh, ternyata seperti ini," gumamnya. Senyumnya perlahan mengembang, saat kecil dia sering bertanya kepada sang ayah, dari gedung setinggi itu dia bisa melihat apa saja. Sekarang dia sudah melihat dan merasakannya sendiri.
Untuk mengusir kebosanan dia melihat rak buku, melihat jika ada salah satu buku yang menarik perhatiannya. Karena ini tempat kerja, semua buku sudah pasti tentang bisnis. Naomi mengambil asal satu buku dan membawanya ke sofa.
Saat tengah asik membolak-balikkan halaman buku, pintu ruangan Gama terbuka dari luar. Naomi lantas mendongak untuk melihat siapa yang masuk, karena Gama baru 10 menit yang lalu keluar.
Tatapan Naomi bertemu dengan sepasang mata elang yang berdiri di depan pintu. "Oh, ada siapa ini?" ujar pria yang baru saja masuk.
Naomi menaruh bukunya di atas meja dan berdiri, "Tuan Gama sedang rapat," ucapnya tak mengindahkan ucapan pria itu.
Mendengar hal itu, pria itu berjalan mendekat dengan senyum miring, "Aku tanya siapa kamu? Kenapa bisa di sini?"
Naomi risih dengan tatapan itu, tatapan merendahkan. Naomi memasang alarm bahaya di otaknya. Jika begini ia menyesal saat Gama ingin membelikannya ponsel tapi ia tolak.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗