Queena remaja berusia 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA, Ia di buang oleh keluarga nya karna dianggap membawa sial setelah kematian kedua orang tuanya....Namun tiba tiba setelah 11 tahun di telantarkan, tiba tiba keluarga nya memaksa dia menikah karna alasan wasiat dari alm.Orang tua nya....
Vincent pria dewasa berusia 26 tahun, yang memiliki trauma pada kegelapan, tapi dia juga tak bisa tidur nyenyak dengan lampu terang. dia hanya bisa mengandalkan obat tidur setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Surga Dunia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Mala sudah tiba, ia pun segera melatih majikan kecil nya itu secara langsung di hadapan Vincent.
Mala sedikit gugup karna Vincent berada Disana, ia takut melakukan sedikit kesalahan karna terlihat dari raut wajah Vincent yang menahan kekesalan.
"om kenapa sih? Asem banget muka nya" batin queena, namun ia tak berani mengucap kan nya karna ia harus tetap fokus agar tak menambah rusaknya mood suaminya itu.
Sudah 2 jam queena berlatih, ini waktunya dia beristirahat. Vincent pun membawa sebotol air mineral dan memberikan nya pada queena.
"terimakasih om" kata queena meraih botol dan mulai meminum nya, Vincent melihat begitu banyak keringat yang keluar, ia pun membantu queena menyeka keringat yang ada di dahi nya.
*UHUK UHUK
Queena terkejut mendapat perlakuan itu, entah kenapa jantung nya itu berdegup sangat kencang.
"pelan pelan" Vincent mengusap lembut punggung queena.
"ayo kak, berlatih lagi" kata queena menjauh dari Vincent untuk menutupi wajah nya yang mulai memerah.
"Apa anda tidak lelah nona?"
"tidak, ayo" queena pun kembali berlatih.
****
"Aku bersumpah akan menghabisi mu, aku lah yang pantas menjadi ketua mafia selanjut ny" gumam pria yang tadi membuka topeng Vincent, dia bernama Aron.
"Ada apa tuan?" tanya anak buah Aron.
"Intai kediaman Vincent" kata Aron.
"T...tapi kita tidak ada masalah dengan pak Vincent"
"Kau berani mengaturku?!! lakukan saja perintah ku b*d*h!!!" bentak Aron geram.
"B...baikk tuan" pria itu langsung lari terbirit-birit, ia takut jika Aron akan semakin marah jika ia menunda nunda perintah nya.
Pria itu bernama Dion, dia anak buah Aron paling setia dan memang orang kepercayaan Aron. Sebenarnya Dion lelah tapi apa daya, Aron lah yang sudah membayar biaya operasi nenek nya, mau tak mau ia pun harus membalas Budi
Dion langsung bergegas menuju ke kediaman Vincent, ia mulai mengintai keadaan dan langsung melaporkan apapun yang ia lihat pada Aron.
Disaat bersamaan, Queena mengantar mala sampai ke depan gerbang, itu juga terlihat oleh Dion yang sedang mengawasi menggunakan teropong dari kejauhan.
"Tuan, aku melihat dua wanita keluar dari kediaman pak Vincent, namun salah satu dari wanita itu masuk kembali ke dalam rumah sedangkan wanita yang lain pergi menggunakan mobil"
"Diam disitu, awasi dan pastikan. Apakah wanita tinggal di sana atau tidak"
"Berarti aku tidak usah mengikuti wanita yang pergi menggunakan mobil?"
"tidak, tetap disitu dan awasi sekitar"
***
Malam pun tiba, queena sudah selesai memasak, bertepatan dengan flora yang baru saja tiba Disana
"kakak" peluk queena menghampiri sang kakak yang baru saja tiba.
"hei, aku belum mandi" kata flora mencoba mengendurkan pelukan flora.
"yasudah, kakak mandi dulu sana. aku sama om menunggu disini untuk makan malam" kata queena.
"makan saja lebih dulu, jangan buat pak Vincent menunggu"
"ya udah, nanti aku akan temani kakak makan setelah aku menemani om makan. Oke?" kata queena, ia pun merasa tak enak jika sampai Vincent menunda makan malam nya karna kakak nya yang baru saja pulang
"iya, sana temani suami mu makan...pak saya permisi ke kamar" kata flora tak lupa menyapa adik ipar nya itu.
"cepat, kami akan menunggu mu untuk makan malam" kata vincent dingin.
"B...baik" flora pun bergegas ke kamar dan buru buru membersihkan dirinya sendiri. Ia tak ingin atasan sekaligus adik ipar nya itu menunggu terlalu lama.
Flora pun langsung menyusul queena dan Vincent yang sedari tadi menunggu nya. Makan malam pun berlangsung dengan suasana sepi tak ada yang membuka pembicaraan diantara ketiga nya.
Selesai makan, Vincent langsung bergegas masuk ke dalam kamar nya karna ada pekerjaan mendadak yang mengharuskan nya menyelesaikan malam ini juga
"oh iya, btw kak. Aku seneng banget kakak mau tinggal disini" kata queena sembari merapihkan piring piring bekas itu.
"jika bukan karna pak Vincent yang sedikit mengancam aku juga sebenarnya tak enak hati jika harus menumpang disini terus" kata flora, tangan nya sibuk mencuci piring yang queena oper pada nya.
"Memang om bilang apa aja kak?" tanya queena penasaran.
"Ya, jika kakak tidak menuruti nya. Kakak akan kehilangan pekerjaan, aku tidak ingin itu terjadi. Tapi aku juga senang karna bisa setiap hari bertemu dengan mu" kata flora tersenyum melirik ke arah queena.
"nah gitu dong"
***
*TOK TOK TOK
*CEKLEK
Queena masuk ke dalam kamar, tampak Vincent yang masih sibuk mengotak Atik laptop nya itu, wajah nya nampak serius dan tidak terlihat ramah.
Queena pun duduk di sofa karna takut mengganggu Vincent yang duduk di ujung ranjang nya.
"kenapa disitu, ayo naik dan tidurlah" kata Vincent tanpa menoleh.
"om kan lagi sibuk"
"lalu? Apa masalahnya? apa kamu ingin aku berolahraga malam denganmu?"
"ish bukan itu maksud ku om, aku cuma takut om keganggu aja. Karna dengkuran aku cukup keras"
"Sudah ayo jangan banyak bicara, naik dan tidurlah. Jangan sampai aku mengulang ke tiga kali nya" kata Vincent lagi lagi tanpa menoleh, tangan nya masih sibuk menari nari diatas keyboard itu.
Queena yang tak ingin berdebat pun langsung naik dan berbaring di samping Vincent, dengan posisi membelakangi.
"kenapa aku di beri pntt?"
"hushh om, mesum" sontak queena langsung berbalik menghadap Vincent.
"kamu seperti memancing ku saja dengan menggunakan piyama tipis lalu membelakangi ku, apa kamu ingin di paksa?" kata Vincent yang tiba tiba menutup laptop dan memandangi queena dari atas sampai bawah.
"om!" teriak queena yang sadar tatapan Vincent berubah.
"apa? Aku suami mu" kata Vincent mulai mendekati queena.
"jangan mendekat" queena menyilangkan kedua tangannya di depan dada guna menutupi gunung nya itu.
Namun Vincent ternyata hanya mematikan lampu di dekat queena, yang membuat queena sedikit malu.
"aku hanya mematikan lampu, apa kamu berharap aku akan menciummu?" lagi lagi Vincent mencondongkan tubuh nya.
"om, menjauh sedikit" queena mendorong tubuh Vincent perlahan
"aku akan menunggu saat kamu sudah siap" kata Vincent mulai memejam kan mata nya.
Pagi Hari
Queena melakukan rutinitas seperti biasa. Mandi, menyiapkan baju untuk Vincent, lalu memasak untuk sarapan.
"mau di antar supir atau bareng bersama ku?" tanya Vincent saat sudah selesai sarapan.
"aku sama kakak aja om" kata queena.
"Baiklah" kata Vincent
______________________________________________
"kenapa kemarin kamu membatalkan begitu saja" Reina langsung menodong queena dengan pertanyaan dan wajah masam nya.
"maaf rei, om tiba tiba pingsan dan aku harus merawat nya" kata queena dengan wajah memelas agar sahabat nya itu tak jadi marah padanya