Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Malam yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah berminggu-minggu menyusun rencana, tim Red-Eye bersiap untuk menyusup ke dalam pertemuan rahasia yang diadakan oleh sisa-sisa jaringan Bayangan di sebuah hotel besar di pusat kota. Pertemuan ini adalah kesempatan mereka untuk menangkap beberapa anggota penting dan menemukan lebih banyak petunjuk tentang sosok misterius Sang Bayang II.
Bagas, Siti, Armand, dan dua anggota tim lainnya, Fani dan Rian, mengenakan penyamaran yang telah dipersiapkan dengan cermat. Setiap dari mereka dibekali dengan alat komunikasi kecil dan kamera tersembunyi, siap merekam setiap kejadian di dalam pertemuan.
“Semua siap?” tanya Bagas melalui alat komunikasi di telinga mereka.
“Siap, Pak,” jawab Siti dengan nada penuh percaya diri. Armand dan anggota tim lainnya juga mengonfirmasi kesiapan mereka.
Dengan langkah tenang namun penuh kewaspadaan, mereka masuk ke dalam hotel, bergabung dengan tamu-tamu lain yang mengenakan pakaian formal. Mereka menuju lantai yang telah dipesan khusus untuk acara rahasia ini, tempat di mana orang-orang dengan pengaruh gelap berkumpul di balik topeng dan kerahasiaan.
---
Pertemuan Rahasia Dimulai
Begitu mereka tiba di ruangan besar di lantai atas, Bagas dan timnya melihat puluhan orang berkumpul, masing-masing mengenakan topeng hitam yang menutupi sebagian wajah mereka. Setiap orang tampak sibuk berbicara, membentuk kelompok-kelompok kecil, sementara di ujung ruangan terdapat seorang pria berjas rapi yang sepertinya menjadi tuan rumah malam itu.
“Ini seperti pesta topeng, tapi untuk kejahatan,” bisik Fani melalui alat komunikasi, suaranya terdengar takjub dan sedikit gugup.
“Fokus, Fani. Ingat, kita di sini untuk mengamati dan mencari petunjuk tentang Sang Bayang II,” jawab Siti, mencoba menjaga ketenangan timnya.
Saat mereka mengamati sekeliling, Bagas melihat beberapa orang yang sebelumnya mereka curigai sebagai anggota sisa jaringan Bayangan. Mereka berdiri berdekatan, berbicara pelan namun penuh perhatian pada setiap orang di sekitarnya. Bagas tahu, inilah saatnya untuk mendekat dan menguping percakapan mereka.
---
Percakapan Misterius
Bagas dan Siti mendekati kelompok itu, berpura-pura mengobrol di samping mereka. Mereka berhasil mendengar potongan percakapan yang tampak membahas rencana besar Bayangan untuk mengambil alih beberapa sektor penting di kota, termasuk sektor bisnis dan keamanan.
“Fase 2 akan dimulai dalam waktu dekat. Sang Bayang II sudah memberi instruksi, dan kita semua tahu apa yang harus dilakukan,” ucap salah satu pria dengan nada tegas.
“Bagaimana dengan polisi? Bukankah mereka sudah mencium gerakan kita?” tanya seorang wanita yang tampak cemas.
“Tenang. Sang Bayang II punya orang dalam. Semua sudah diatur,” jawab pria itu dengan nada dingin, membuat Bagas semakin waspada.
Bagas merasakan ketegangan meningkat. Jika benar Sang Bayang II memiliki orang dalam di kepolisian, ini bisa menjadi ancaman besar yang tidak mudah mereka atasi.
---
Sinyal Bahaya
Di tengah pengamatan, Siti memperhatikan sesuatu yang mencurigakan. Seorang pria berjas hitam tampak memperhatikan mereka dari kejauhan, wajahnya tanpa ekspresi namun matanya tajam. Ia perlahan mendekat, membuat Siti sadar bahwa identitas mereka mungkin telah tercium.
“Pak, kita mungkin sudah terdeteksi,” bisik Siti pelan melalui alat komunikasi.
Bagas melirik sekilas ke arah pria itu, menyadari bahwa mereka harus bertindak cepat sebelum situasi semakin memburuk. “Armand, Rian, kita perlu segera mundur. Ambil jalan keluar terdekat.”
Namun, sebelum mereka sempat bergerak, pria itu berbicara di depan semua orang dengan suara lantang. “Perhatian semua! Tampaknya kita memiliki tamu tak diundang di sini.”
Seketika ruangan menjadi sunyi, dan semua mata tertuju pada tim Red-Eye yang berdiri di sudut ruangan. Pria itu berjalan mendekat, matanya menatap tajam pada Bagas dan Siti.
“Selamat datang, detektif. Sepertinya kalian sudah lupa bahwa bayangan selalu tahu siapa yang mengintip dari cahaya,” ucapnya dengan nada penuh sinisme.
---
Pertarungan di Ruangan Tertutup
Bagas dan Siti tahu bahwa tak ada jalan keluar kecuali menghadapi mereka langsung. Mereka segera memberi isyarat pada tim untuk bersiap menghadapi serangan. Pria berjas hitam itu melambaikan tangannya, dan beberapa orang langsung mengelilingi mereka, siap menangkap atau bahkan menghabisi mereka.
Bagas memberikan sinyal kepada tim untuk melawan. Dalam sekejap, perkelahian pun pecah di tengah ruangan. Tim Red-Eye berusaha bertahan melawan serangan dari beberapa pria yang tampak terlatih dalam bertarung. Meskipun kalah jumlah, mereka berjuang dengan sekuat tenaga, mencoba membuka jalan keluar.
Siti menendang salah satu pria yang mencoba meraih tas berisi kamera mereka, sementara Armand dan Fani berusaha menahan serangan dari beberapa orang yang membawa tongkat besi. Ruangan itu penuh dengan suara gaduh, dan mereka hanya memiliki sedikit waktu sebelum seluruh jaringan Bayangan datang untuk mengepung mereka.
---
Meloloskan Diri dan Kejutan di Luar
Di tengah pertarungan, Bagas melihat sebuah jalan keluar kecil di belakang panggung. Ia segera memberi isyarat pada tim untuk bergerak ke arah pintu darurat tersebut. Satu per satu, mereka meloloskan diri dari ruangan, meskipun harus menerima beberapa pukulan dan goresan.
Begitu mereka berhasil keluar ke lorong yang sepi, mereka berlari secepat mungkin menuju tangga darurat yang mengarah ke parkiran bawah. Nafas mereka tersengal, dan tubuh mereka dipenuhi bekas pertarungan, tetapi mereka berhasil lolos.
Saat mencapai luar gedung, mereka menemukan bahwa beberapa mobil hitam sudah berjajar, seolah-olah menunggu mereka. Dari salah satu mobil, seorang pria turun—sosok yang selama ini menjadi teka-teki bagi mereka. Ia mengenakan jas gelap, wajahnya tertutup sebagian oleh topeng hitam, namun sorot matanya tajam dan penuh ambisi.
“Sang Bayang II…” bisik Siti, matanya terbelalak saat melihat sosok itu.
Sang Bayang II menatap mereka dengan senyum tipis yang dingin. “Kalian boleh menang malam ini, tapi ingat, ini baru permulaan. Bayangan takkan pernah lenyap, karena di setiap cahaya, ada bayangan yang selalu mengintai.”
Dengan kata-kata itu, Sang Bayang II masuk kembali ke dalam mobil, meninggalkan mereka dengan sebuah ancaman yang akan menghantui mereka.
---
Kesimpulan dari Operasi
Setelah berhasil meloloskan diri, Bagas, Siti, dan tim Red-Eye kembali ke kantor. Meskipun operasi mereka di hotel berakhir dengan identitas mereka terbongkar, mereka tetap berhasil mendapatkan beberapa bukti penting dari percakapan dan pengamatan yang mereka lakukan.
Bagas memandangi semua anggota tim dengan bangga, meskipun mereka tahu ini bukanlah akhir dari ancaman Bayangan baru.
“Kita mungkin tidak bisa menangkap mereka malam ini, tapi kita sudah mengirim pesan bahwa kita tahu mereka masih ada,” ucap Bagas dengan nada tegas. “Dan kita akan melawan mereka, apa pun yang terjadi.”
Armand mengangguk, tekadnya semakin kuat setelah berhadapan langsung dengan jaringan yang begitu berbahaya. “Kami siap, Pak. Bayangan ini tidak akan bisa bersembunyi selamanya.”
Semangat.