NovelToon NovelToon
Mean

Mean

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: WILONAIRISH

SEASON 2 NOT CONSIDERED

Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.

Morgan, dia adalah luka bagi Elina.

Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 2

Morgan menghela nafasnya mendengar jawaban Bianca. Ternyata mengharapkan bantuan dari kedua sahabat Elina tak membuahkan hasil. Dirinya pun sadar kalau keduanya juga pasti merasa benci padanya.

Morgan bangkit dari posisi duduknya, ia berniat pergi untuk kembali ke ruangan Elina. Siapa tahu hanya tinggal Papa Elina yang ada di sana, sehingga dirinya memiliki kesempatan untuk menemui Elina.

Namun saat ia hendak melangkahkan kaki, suara dari salah satu dari dua wanita itu menghentikan langkahnya.

"Gue bakal bantuin, lo" ujar Viola dengan mantap.

Sontak perkataan Viola membuat Morgan menaikkan alisnya, tak percaya saja jika Viola mau membantunya. Sementara Bianca terkejut, tak mengerti apa yang sedang Viola rencanakan.

"Vi, lo gila?" marah Bianca, tak bisa menahan rasa kesalnya pada Viola.

Viola mengabaikan kebingungan Bianca, dan kembali fokus pada Morgan. "Gue harap, El bisa cepet bangun kalau ngerasa ada lo di samping dia." Ujar Viola menjelaskan maksudnya, mengapa dirinya bersedia membantu Morgan.

Besar harapan Viola untuk membuat sahabatnya terbangun dari tidur panjangnya. Dan Viola pikir, Morgan adalah alasan terkuat yang membuat Elina merasa nyaman dalam keadaan komanya.

Bianca ternganga mendengar perkataan Viola. Tak mengerti dengan jalan pikiran Viola, Bianca merasa Viola tak masuk akal. Tapi kembali mengingat bagaimana Elina yang begitu mencintai Morgan.

Bianca kembali berpikir, mungkin kali ini pemikiran Viola ada benarnya. Baiklah, jika begitu ia pun akan selalu mendukung apapun yang bisa membantu kesembuhan Elina.

Setelah itu, mereka menuju ruang rawat Elina. Baik Viola maupun Bianca dapat melihat ada kedua orangtua Elina di sana. Tentu hal itu membuat mereka mengerti, kalau Morgan memang membutuhkan bantuan mereka saat ini.

"Bi, lo ajak Tante Reta keluar sebentar cari makan. Gue yang akan minta izin buat bawa Morgan masuk nemuin Elina." Jelas Viola kemudian meminta Morgan untuk jangan menampakkan diri, karena Tante Reta pasti akan kembali murka.

Bianca terlihat mulai membujuk Mama Elina untuk pergi keluar mencari makan. Sementara, Viola mendekati Om Agam untuk mengatakan niatnya.

"Tentu saja, Om juga kasihan melihat Morgan yang ditolak terus terusan sama Mamanya El. Om juga gak bisa banyak membantu, karena Mama El gak pernah mau ninggalin ruangan El." Jawab Om Agam setelah mendengar rencana Viola dan Bianca.

Setelahnya, Viola memanggil Morgan untuk masuk ke ruangan Elina. "Om Agam udah izinin, gue harap lo gak macam-macam yang bakal buat El makin gak mau bangun." Ucap Viola dengan tegas, berniat memperingati.

Morgan mengangguk mantap. "Hm" hanya gumaman yang Morgan berikan atas respon perkataan Viola.

Saat sudah berada di depan ruang rawat El, Morgan menyapa Papa Elina dengan sopan. Tak lupa ia mengucapkan terima kasihnya karena sudah memberikan kesempatan menemui Elina.

"Temui El, Gan. Om percaya sama kamu" ujar Papa Elina.

Morgan tersenyum, sebelum akhirnya masuk ke dalam ruang rawat Elina. Morgan mengulas senyumannya, meski terlihat getir di sana. Akhirnya ia bisa melihat wajah cantik yang begitu ia rindukan itu.

Dengan netra yang mulai berkaca-kaca, Morgan berjalan mendekat ke arah Elina terbaring lemah. "El, gue dateng" lirihnya menatap lekat wajah cantik namun pucat itu.

Morgan mendudukkan dirinya di kursi dekat ranjang pasien. Masih menatap lekat wajah Elina, Morgan mengulurkan tangannya untuk membawa jemari tangan Elina dalam genggamannya.

Ia usap dengan lembut, tangan pucat Elina. Penuh kehangatan ia melakukannya. Melihat bagaimana kondisi Elina yang sama sekali belum ia temui hingga detik ini. Morgan kembali meneteskan air dari matanya.

Tak peduli jika orang mengatakan dirinya cengeng, karena memang kenyataan yang ia hadapi saat ini benar-benar membuatnya terluka. Hatinya seolah tak sanggup melihat kekasihnya dalam keadaan seperti sekarang.

"El, maafin gue. Karena gue keadaan lo jadi seperti ini" lirih Morgan terdengar pilu.

Lama Morgan mengutarakan rasa bersalahnya, penyesalan dan perasaan cintanya yang ia sadari dengan terlambat. Hingga kalimat terakhir yang diucapkannya, membuat perubahan nyata yang tak terduga.

Morgan mendekatkan bibirnya pada telinga Elina. Kemudian berbisik pelan, "El, gue cinta sama lo. Kalau lo tetep gak bangun, jangan salahin gue. Kalau waktu lo bangun, lo gak akan pernah temuin gue di dunia ini." Bisik Morgan dengan tegas dan penuh penekanan.

Setelah sedetik ucapan itu selesai Morgan ucapkan. Morgan mendengar bunyi alat detak jantung yang menunjukkan perubahan. Hingga tangannya yang masih menggenggam tangan Elina sebelah kanan, merasakan sebuah gerakan meskipun begitu lemah.

Morgan tersentak, terkejut bukan main dengan apa yang terjadi saat ini. Inikah keajaiban. Tak ingin membuang waktu, Morgan segera memencet tombol untuk memberi tahu tenaga medis bahwa membutuhkan penanganan.

"El, bangun El gue di sini" ucapnya tersenyum haru masih terus menggenggam tangan Elina.

Tangannya yang bebas kemudian terulur untuk menyentuh pipi tirus Elina dengan lembut. Dan dengan jelas, Morgan melihat netra indah itu terbuka secara perlahan. Menyorot dirinya dengan tatapan sayu dan lemah.

"El .." lirihnya.

Elina tampak berusaha beradaptasi dengan cahaya yang menyinari ruangan itu. Selanjutnya ia memandang sekitarnya, menatap sekeliling di mana ia berada. Sampai pada tangannya yang terasa ditimpa, membuatnya menatap ke tangan kanannya.

Menyadari ada genggaman ditangannya, ia menoleh menatap siapa gerangan yang melakukannya. Hingga netranya menangkap jelas wajah pria yang tampak asing dalam pandangannya.

"Siapa?" tanyanya dengan suara lemah, sembari melepaskan genggaman tangan pria itu.

Morgan mengerutkan dahi, apa maksud dari pertanyaan Elina. Apa kekasihnya itu membencinya hingga berlagak seolah tak mengenal dirinya.

"El, maafin gue" ujar Morgan akhirnya, ia pikir Elina masih begitu marah kepadanya.

Dengan gerakan lemas, Elina memalingkan wajahnya dari Morgan. Entah mengapa menatap wajah Morgan membuat desiran sakit dalam dadanya. Ia merasa tak nyaman berdekatan dengan Morgan.

"Pergi" ujar Elina dengan suara lemah.

Deg

Morgan terkejut mendengar suara lembut namun sarkas itu. "El .." belum sempat menyelesaikan kalimatnya, perkataan terpotong oleh kedatangan para tenaga medis dan kerabat yang menjaga Elina.

"Kamu? Ngapain kamu di sini?" tanya Mama Reta dengan nada emosi.

"Ma, jangan buat keributan. El bisa terganggu sama suara Mama." Ujar Papa tak mau istrinya memperkeruh suasana.

Pada akhirnya mereka semua berusaha untuk tenang. Sampai tenaga medis memeriksa keadaan Elina, rupanya kondisi Elina sudah membaik. Sungguh keajaiban yang benar-benar terjadi.

Setelah kepergian para tenaga medis, mereka satu persatu mendekati Elina. Begitupun Morgan yang masih berada di ruangan itu.

Morgan tersenyum lega melihat kekasihnya akhirnya terbangun, setelah sebulan berlalu. Melihat bagaimana keluarga dan sahabat Elina tampak bahagia dengan kondisi Elina yang sudah sadar. Membuat Morgan ikut bahagia.

Namun saat netra indah itu menatap ke arahnya. Ia merasakan pandangan tak nyaman dalam netra milik kekasihnya. Hingga suara Elina memecah pemikirannya yang sedang menerka.

"Suruh dia pergi, aku tak mengenalnya"

Deg

Next .......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!