Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Monika sudah menunggu Aurel bersama Kasih. Dia begitu bahagia mendengar Dimas memperbolehkannya bertemu dengan putrinya.
"Apa dia marah padaku? Bagaimana kalau dia tidak mau menemui ku?" ujar Monika gelisah.
"Santai saja, Aurel juga merindukanmu,"
"Benarkah? Dia tidak juga rindu padaku?"
"Anak mana sih yang tidak merindukan ibunya."
"Terimakasih," Kasih mengerutkan keningnya.
"Aku lihat kau sangat menyayanginya, kau mengurusnya dengan baik."
Kasih tidak besar kepala mendengar pujian Monika, dia hanya tersenyum sopan saja menanggapinya. Meskipun Kasih terlihat ramah dan sopan pada Monika, tapi Kasih tidak ingin terlalu dekat dengannya. Dia tidak mau memberi ruang pada Monika untuk berteman dengannya.
Bel pulang sudah berbunyi, Monika langsung berdiri menunggu dengan gelisah Aurel keluar dari kelasnya.
Monika berdiri mematung di tempatnya saat Aurel berjalan mendekatinya dan Kasih.
Lama dia dan Aurel saling tatap sebelum akhirnya dia memeluk putrinya yang tidak di lihatnya selama tiga tahun.
"Sayang, Mama sangat merindukanmu," Monika memeluk erat Aurel. Tanpa terasa matanya berair karena terharu akhirnya bisa kembali memeluk anak yang dia lahirkan setelah di pisahkan secara paksa darinya.
Aurel hanya diam dan tidak membalas pelukan Mamanya. wajahnya datar dan kaku, entah apa yang ada di pikirannya.
"Sayang, kau tidak marah pada Mama kan?" Monika melepaskan pelukannya melihat anaknya yang tidak bereaksi apapun padanya.
Aurel menggeleng, dia menarik tipis sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Monika kembali memeluknya erat, rasanya tidak akan cukup memeluknya seharian untuk melepaskan rasa rindunya.
"Ayo, Mama traktir makanan yang lezat." ajak Monika. Aurel melirik Kasih, ibu sambungnya itu mengangguk memberi tanda kalau mereka sudah di ijinkan bertemu.
Senyum Aurel kembali terukir di wajahnya. Mungkin dia merasa senang bisa bertemu dan di peluk oleh ibu yang dia rindukan, dia hanya tidak bisa mengekspresikan perasaannya.
Kasih tentu ikut bersama mereka, tapi dia tidak bicara jika tidak di ajak bicara. Dia membiarkan Monika bicara pada Aurel sepuasnya karena Kasih tahu mereka saling merindukan.
Hari sudah sore, Kasih sudah beberapa kali di telepon Dimas untuk membawa Aurel pulang tapi dia masih memberikan waktu pada Monika yang sepertinya enggan berpisah dengan anaknya.
"Pulang yuk," ajak Kasih pada Aurel saat langit sudah hampir berubah jingga. Aurel mengangguk.
"Kapan lagi aku bisa bertemu dengannya?" tanya Monika. Tentu pertemuan hari ini tidak akan cukup baginya.
"Kau bisa datang setiap hari menemuinya di sekolah."
Monika tersenyum senang, dia ingin memeluk Kasih sebagai ucapan terimakasih, tapi Kasih menolak dengan halus dan hanya tersenyum pada Monika.
"Terimakasih." ujar Monika sekali lagi sebelum Kasih masuk kedalam mobil. Aurel membuka jendela dan melambaikan tangannya pada Monika. Monika pun melambaikan tangannya pada anaknya.
Monika sudah tidak terlihat, Aurel pun menutup jendela mobil.
"Terimakasih, Mama." ujar Aurel.
"Terimakasih kenapa?" tanya Kasih.
"Aku tahu kalau Mama yang membujuk papa agar aku dan Mama Monika bisa bertemu. Iya kan?" Kasih tersenyum.
"Kamu senang?" Aurel mengangguk.
"Tapi papa mu membatasi, hanya bisa bertemu di sekolah saja dan Mama tidak boleh meninggalkan kamu. Tidak apa-apakan?"
"Tidak apa-apa, asalkan aku tahu Mama Monika baik-baik saja aku juga sudah senang."
Iya, Aurel hanya ingin melihat Mamanya saja, mengetahui kabarnya. Tidak ada niat ya untuk ikut bersama Mamanya. Jika di tanya siapa yang paling dia sayang saat ini, itu adalah Kasih. Ibu sambungnya yang sangat dia sayangi melebihi orang tua kandungnya.
Kasih membuatnya melihat dunia ini sangat berbeda. Nikmati dan nikmati, hidup harus selalu di nikmati dengan ceria. Tidak perlu terlalu memikirkan apa yang sudah atau yang belum terjadi.
Sebelumnya Aurel hanya selalu memendam rasa sedihnya, dia jadi pendiam dan tidak mau bergaul. Hingga Kasih mengubahnya menjadi lebih hidup dan ceria.
Sementara itu Monika yang pulang kembali ke rumahnya sudah di tunggu oleh orang tuanya.
"Ada apa, pa, ma?" Monika menyandarkan punggungnya di sofa.
"Kau bertemu dengannya kan?" Monika mengabari orang tuanya kalau hari ini dia akan bertemu kembali dengan anaknya. Orang tuanya pun ikut senang mendengarnya.
Monika mengangguk dengan senyum di wajahnya mengingat anaknya yang juga merindukannya.
"Apa dia mau ikut denganmu?" tanya Sarina Ibu Monika.
"Maksud Mama?" Tanya Monika balik.
"Dia adalah keturunan kamu, calon penerus perusahaan Papa. Papa mau kamu mengambilnya dari Dimas."
Monika terdiam sesaat. Mengambilnya dari Dimas? Monika pernah memikirkannya, tapi melihat Dimas yang sekarang sepertinya tidak akan mudah.
"Kenapa? Kau tidak menginginkan anakmu?" ujar Gunawan melihat Monika yang hanya diam saja.
"Sudahlah, pa. Dimas sudah berbaik hati mengijinkan aku bertemu Aurel. Aku tidak mau buat masalah lagi dengannya."
Monika pasti takut jika Dimas marah dan kembali menghalanginya bertemu Aurel.
"Sejak kapan kau jadi penakut begini, Monika? Kau lupa kau dulu bisa melakukan apapun demi mendapatkan apa yang kau inginkan. Kenapa sekarang kau jadi lembek begini?" Ujar Gunawan.
"Papa mu benar Monika, apa yang membuatmu takut pada Dimas," Sarina ikut menambahkan.
"Dimas yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Dimas yang dulu. Sekarang dia bukan pemuda miskin lagi yang gampang di atur dan di ancam. Sekarang dia juga sudah punya kekuatan dan bisa melawan kita. Aku tidak mau mengorbankan Aurel hanya karena keegoisanku. Cukup sekali aku melakukan kesalahan, aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Memisahkan Dimas dari seseorang yang di cintainya."
"Dia anakmu, darah dagingmu. Kau yang sudah melahirkannya, kau yang berhak membesarkannya." Sarina dan Gunawan sangat ngotot ingin mengambil Aurel dari Dimas.
Tentu bukan karena mereka benar-benar menginginkan anak itu. Mereka hanya ingin membalas perbuatan Dimas yang sudah menghancurkan perusahaan mereka.
"Sudahlah, Pa. Jangan membuat aku kembali jadi orang jahat. Aku sedang menebus kesalahan ku di masa lalu, aku tidak keberatan sekalipun aku hanya bisa bertemu dengan anakku sebentar saja. itu sudah cukup bagiku."
"Otakmu mungkin terbentur benda keras selama kau menghilang hingga kau menjadi sangat bodoh. Mana ada ibu yang rela hanya melihat anaknya saja. Bukankah kau juga ingin mengajaknya jalan berdua saja, kau juga ingin membelikannya baju baru, kau ingin tidur memeluknya. Apa kau tidak menginginkan itu."
Sarina dan Gunawan masih terus meracuni pikiran Monika untuk mengambil hak asuh Aurel dari Dimas. Mereka mengingatkan siapa Monika dulu sebelum menikahi Dimas
Dia adalah wanita angkuh yang akan melakukan apapun sesuka hatinya karena orang tuanya yang kaya raya. Jika orang tua yang lain sangat bersyukur anaknya yang angkuh bisa berubah menjadi baik, Sarina dan Gunawan justru berbeda. Mereka ingin Monika kembali menjadi Monika yang dulu.
Diracuni oleh orang tuanya terus menerus apakah akan membuat Monika berubah pikiran? Apakah dia akhirnya mengikuti keinginan orang tuanya untuk merebut hak asuh atas Aurel?
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....