Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjelasan
Beberapa notifikasi pesan masuk ke handphonenya. Pesan dari Derio dan Yudha masuk bergantian.
'Sedang apa?'
'Kamu cantik.'
'Mau makan siang bersama, aku yang traktir.'
'Donat, nanti malam kita pergi berdua, ada yang mau aku katakan.'
Fiona menghela napas kasar. Terlalu lelah untuk membalas, pada akhirnya kembali konsentrasi pada tugasnya. Sebentar lagi PKL, akan dilakukan di mana dirinya akan ditempatkan? Itulah yang membuatnya pusing setengah mati.
Ditambah lagi dengan percintaannya yang bagaikan akan kandas. Mengingat Gandi belum menunjukkan ketertarikan padanya.
Entahlah...
"Kapan aku punya pacar..." Fiona menyandarkan kepalanya pada meja. Padahal tipenya tidak muluk-muluk, hanya pria sederhana yang perhatian, dan yang paling penting mencintainya dengan sepenuh hati, harus setia tentunya.
Menyukai Yudha? Itu dulu, perlahan dirinya mengubur perasaannya. Membangun tembok pertemanan setinggi tembok besar Cina. Untuk Derio, Fiona bahkan tidak pernah berfikir untuk menjadikannya pasangan. Dirinya hanya budak, sedangkan Derio bosnya.
Hingga.
"Kamu disini? Kenapa pesanku tidak dibalas? Sudah jam makan siang! Ayo kita makan siang bersama, aku yang traktir." Yudha tersenyum secerah matahari, telah membooking ruangan VIP restauran bernuansa Eropa. Tentunya dilengkapi dengan fasilitas seorang pemain biola ekslusif, serta hidangan bernilai tinggi.
Kali ini tidak akan gagal, sudah ada cincin berlian yang terkubur dalam dessert sebagai kejutan untuk Fiona.
"Aku yang traktir, kita ke kedai bakso depan kampus." Ucap Fiona penuh tekad, kembali mendekati Gandi. Kali ini dirinya akan punya pacar, dan itu adalah seorang pria baik-baik dari keluarga biasa.
"Kita ke tempat lain. Lagipula kamu sudah ditolak." Yudha berusaha tersenyum. Mempertahankan citra baik di hadapan Fiona adalah yang utama. Jika...ini hanya jika semua gagal, maka cara terakhir akan dilakukan olehnya, menggigit pinguin kecil ini, melilit seluruh tubuhnya, agar Fiona hanya menjadi miliknya.
"Cuma sekali, hari ini akan diterima..." Fiona berusaha tertawa, walaupun dirinya tidak yakin. Berjalan cepat meninggalkan Yudha.
Sedangkan Yudha, pemuda itu mengepalkan tangannya. Bibirnya tersenyum, pinguin kecil ini benar-benar tidak dapat ditaklukan dengan cara halus.
*
Predator yang ada di puncak rantai makanan, itulah istilahnya. Menatap ke arah Fiona yang menyapa Gandi.
"Kak Gandi," ucapnya mendekat.
Mata Yudha menelisik, bagaimana Fiona bisa suka pada makhluk ini? Apa kelebihannya?
Gandi hanya terdiam, melangkah meninggalkan Fiona. Kembali membersihkan meja lainnya.
"Kak Gandi, aku putuskan untuk mendekati kak Gandi pelan-pelan. Kalau sudah menyukaiku, katakan ya?" Pinta Fiona penuh senyuman, benar-benar terlihat tidak berdosa.
"Ba..." Kalimat Gandi yang tidak tega terhenti. Matanya menatap ke arah seorang pemuda bernama Ryu Dean.
Siang tadi dirinya sempat mencari di Internet tentang nama Ryu Dean. Hasilnya? Putra tunggal dari konglomerat bernama Willem Alexander Neil Andreas. Tidak hanya itu, buyut orang ini yang sudah meninggal lima tahun lalu merupakan seorang petinggi militer. Walaupun tidak menampilkan foto Ryu Dean, namun informasi tentang Willem Alexander Neil Andreas cukup banyak, dapat dikatakan, seperti salah satu kaisar di dunia bisnis.
Menelan ludah kasar, menghela napas, dirinya harus tega, agar bertahan hidup."Fiona, siapapun namamu. Aku tidak bisa menyukaimu, karena aku masih menyukai mantanku sampai sekarang." Jawabnya jujur.
"Kak Gandi tipikal pria yang setia ya? Aku semakin menyukaimu. Aku akan membuat kak Gandi pelan-pelan melupakan mantan kak Gandi." Ucap Fiona terkesan.
Aura membunuh tidak main-main terlihat dari Ryu Dean. Pemuda itu tersenyum, pertanda kematian dapat mendatangi Gandi kapan saja.
"Aku bukan pria yang setia! Pergi!" Teriak Gandi.
Tapi memang dasar keras kepala, Fiona malah duduk di kursi."Pesan dua bakso dan dua es teh."
"Sialan!" Gandi mengumpat sembari mencatat pesanan, kemudian hendak melangkah pergi.
"Kak Gandi, aku pesan satu lagi..." Ucap Fiona.
"Pesan apa!?" Tanya Gandi.
"Pesan kerinduanmu, semoga hanya untukku." Goda Fiona tersenyum. Tapi seperti rudal yang menghantam tubuh Gandi. Bukan rudal, lebih tepatnya bom atom.
Yudha terlihat meminum air dengan tenang. Tapi tangannya gemetar, tatapan mata tajamnya beralih ke Gandi, seolah-olah berkata."Kenapa kemarin pagi tidak aku bunuh saja..."
Hanya dengan melihat tatapan matanya saja Gandi mengerti apa yang ada di otak seorang Ryu Dean. Benar-benar terlihat, pria ini ingin membunuhnya.
"Fiona, kalian begitu serasi, kenapa tidak pacaran saja." Ucap Gandi tersenyum, menelan ludahnya, mengawasi perubahan ekspresi Ryu Dean.
Benar saja, Yudha tersenyum secerah matahari. Tangan Fiona diraih olehnya."Benar! Kita pacaran saja. Aku menyukaimu, dan kamu menyukaiku."
"Tapi kita kan teman, selama-lamanya adalah teman, Kak security yang mengatakannya." Ucap Fiona, kalimat yang menusuk menikam jantung seorang Ryu Dean.
"Teman hidup! I...itu pasangan suami-istri! Kalian benar-benar serasi!" Seru Gandi ingin lari dari masalah.
Fiona menghela napas kasar."Teman adalah teman, pasangan adalah pasangan. Lagipula larangan terbesar dari ayahku adalah pacaran dengan prinsip yang menolakku mentah-mentah. Tanpa sebab yang jelas, dan tidak mempertimbangkan sama sekali. Karena itu, aku dan kak security memang ditakdirkan menjadi sahabat selamanya."
"Aku menolakmu tanpa sebab!" Teriak Gandi.
"Kak Gandi menolakku karena belum move on, dua tahun lalu juga, menolakku karena ingin menjadi TKI di Taiwan. Aku yakin lambat-laun hati kak Gandi akan berubah." Tersenyum secerah matahari. Benar-benar terlihat manis, menunjukkan pesonanya.
Gandi menghela napas kasar, memijit pelipisnya sendiri, menjadi Mak comblang kali ini."Memangnya apa yang dikatakan, Ryu---"
"Yudha... namaku Yudha." Tegas Yudha.
"Baik, kita ulangi, memang apa yang dikatakan Yudha saat menolakmu, hingga kamu berprinsip menjadi teman selama-lamanya?" Tanya Gandi.
"Aku tidak mungkin menyukaimu! Kamu bahkan tidak pantas untukku! Aku menyukaimu? Itu cuma ada dalam mimpimu! Selamanya kita hanya akan jadi teman! Kamu adalah teman terbaik bagiku! Bahkan aku pernah merendahkan harga diriku, berkata padanya yakin tidak akan menerimaku, mumpung aku jomblo. Jawabannya template, tidak selevel dan teman selama-lamanya. Karena itu ayahku sudah memasukkan nama kak Yudha sebagai orang yang tidak mungkin menjadi pacarku." Jawaban tegas dari anak seorang mantan tentara angkatan laut. Dari kecil dirinya diajarkan untuk memiliki prinsip.
"Wah...kejam juga penolakan nya ya..." Gandi menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Pasalnya setiap menolak Fiona, dirinya selalu berkata dengan sopan, kalau dirinya belum move on.
"Aku menarik kata-kataku. Mau jadi pacarku kan?" Tanya Yudha, memegang jemari tangan Fiona yang duduk di sampingnya.
Sedangkan Gandi menghela napas kasar. Inilah percintaan anak muda, begitu romantis dan---
"Em... kalau begini mungkin kita tidak bisa berteman lagi." Fiona menarik tangannya dari tangan Yudha.
"Kak Security, ada batasan tertentu antara teman dan pacar. Kita tidak bisa melewatinya. Sekali lagi aku minta maaf, mungkin mulai besok aku tidak bisa belajar bersamamu lagi. Sebaiknya kak security menjernihkan fikiran terlebih dahulu. Agar mengetahui batasan antara teman dan pacar." Lanjut Fiona, tersenyum tanpa dosa.
Kalimat yang membuat seorang Ryu Dean bagaikan tidak dapat bergerak. Terdiam terpaku.
"Baksonya bungkus saja. Keduanya untuk kak security, temukan orang yang benar-benar kamu cintai. Karena di hati kak security sebenarnya kita hanya teman. Mungkin karena takut kehilangan teman saja kak security jadi begini." Jelas Fiona, tapi tidak ada jawaban.
Pemuda itu masih terdiam mencerna setiap kata. Tidak menyadari Fiona yang melangkah pergi meninggalkannya di kedai bakso.
Karena itu."Sial, haruskah aku mencoba meyakinkan orang tuanya terlebih dahulu..." Gumam Yudha.
Benar! Orang tua mana yang tidak ingin putrinya menikah dengan pria mapan. Jika ini gagal, mungkin naga ini akan bertindak brutal. Membuka pinguin menetaskan telur untuknya.
"Jangan tegang begitu. Dekati pelan-pelan, kalau masih di tolak, aku punya alamat dukun yang manjur." Gandi tersenyum tanpa dosa.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...