Tentang masalalu yang belum selesai, cinta karena terpaksa, rasa yang tak lagi sama, Restu yang tak berpihak, dan penyesalan yang selalu menghantui. terkadang, Kehilangan sering terjadi karena kesalahan kita sendiri. Begitu juga dengan Ares, Dia tidak pernah menganggap Kartina ada selama masalalu nya belum selesai. padahal jelas-jelas Kartina bertekad membantu Ares untuk lepas dari masalalu. Namun setelah berhasil, hubungan mereka terhalang restu, hingga pada akhirnya, keduanya memilih mengakhiri meski keduanya kembali ingin memiliki. akankah mereka kembali bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RESKI OEY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. KEBERSAMAAN ITU KEMBALI.
Bandung.
"Bentar lagi kan kalian mau lulus nih. kalian mau lanjut kemana?"
Seperti biasa, Kantin selalu ramai, dengan para murid -murid yang sedang menikmati istirahatnya. begitu juga dengan. Fahri, Kartina, Lilis, Elisa. yang saat ini sedang duduk di meja kursi yang sama.
"Kalau aku sih balik ke Jakarta, kuliah di sana." Elisa, menjawab sambil menikmati makanannya.
"Kerja sih kalau aku." Lilis, ikut menjawab pertanyaan, Fahri.
Sementara Kartina? cewek itu tampak diam. seperti, sedang memikirkan sesuatu.
"Kalau kamu tin?"
"Gimana nanti aja."
Fahri, yang mendengar jawaban dari. Kartina, hanya menganggu kepala. Fahri, paham bentul. masa-masa terakhir di putih abu memang selalu membingungkan. kadang, Cita-cita tidak sesuai dengan arah hidup mereka masing-masing. dan itu, mengalir seiiring waktu berjalan.
"Lagian, kamu jangan mikirin. Kita-kita aja Ri, Pikirin juga diri Kamu. belajar yang benar dari sekarang. tahun depan juga kan kamu Lulus." Elisa, kembali buka suara.
"Ya itu pasti, Sa."
"Cita-cita gak bakalan terwujud kalau kita gak berusaha dari sekarang. makin dewasa, kadang, makin gak sesuai sama Ekspektasi kita sendiri." celetuk Kartina tiba-tiba.
"Quote of the day ini Hahaha." timpal Fahri. Di barengi dengan tawa menggelegar.
"Emang cita-cita kamu apa. Ri?" tanya Lilis.
"Perlu aku jawab gak?"
Lilis yang mendengar itu memutar bola matanya malas. "Terserah!"
Fahri yang mendengar itu terkekeh pelan. lalu menatap, Kartina, di depannya. "Cita-cita aku sih..pengen nikah sama Kamu tin."
Semuanya terdiam mendengar itu termasuk, Kartina.
"Masih kelas sebelas aja udah mikirin nikah! belajar yang benar." timpal Lilis merasa kesal.
"Cita-cita kan? ya itu cita-cita aku, salah emang?
"Pacaran dulu baru nikah, status aja gak ada kalian." timpal. Elisa, lalu kembali menyantap makanannya.
Sementara. Kartina, cewek itu tampak diam. jujur, jawaban dari. Fahri, membuat nya shock. menurut nya, Fahri sudah terlalu jauh mikirnya.
"Di islam kan di larang buat pacaran. iya kan tin?
•••••
Seperti biasa, Fahri, Selalu mengantarkan, Kartina. Pulang dari sekolah. mereka berdua segera turun dari atas motor. Fahri, merasa heran dengan. Kartina, yang dari tadi selalu diam selama mereka di perjalanan. cewek itu seperti memiliki banyak masalah yang membuatnya menjadi banyak diam seperti sekarang.
"Makasih, Ri, aku masuk duluan ya." Kartina, hendak melangkah masuk ke dalam Rumah.
Dari situ, Fahri. langsung menarik sebelah tangan, Kartina. Membuat nya kembali berhenti berjalan. "Tin, Kamu gapapa?"
Kartina, menarik nafasnya pelan. setelah itu, dia kembali berbicara.
"Ri, ucapan kamu tadi di kantin. kayaknya berlebihan deh. terlalu jauh, buat kamu mikir ke sana." ucap, Kartina. Dengan nada merasa tidak enak.
Fahri yang mendengar itu terkekeh pelan.
"Berlebihan gimana? orang aku cuma bercanda. tapi, kalau kamu meganggap itu serius. ya, gapapa, aku bakalan nikahi kamu nanti." celetuk, Fahri.
Kartina, terdiam mendengar itu, bahkan sampai sekarang. Dia masih belum memiliki Rasa sama sekali terhadap, Fahri. tapi, cowok itu seakan-akan sudah berhasil mengambil hatinya.
"Ri..."
"Em."
"Jujur, Sampai sekarang, Aku masih belum ada perasaan apa-apa sama kamu. takutnya, kalau nanti kita lanjutin. yang ada kita malah saling menyakiti satu sama lain. Stop ya? Stop buat berharap kalau aku bakalan bisa lupain masalalu. karena, sampai sekarang pun aku belum bisa Ri. aku harap kamu ngerti."
"Aku gak masalahin itu. Tin, aku siap buat nanggung Resikonya. termasuk patah hati. aku bakalan nunggu kamu sampai kapan pun itu."
"Tapi Ri, perjalanan kita udah sejauh ini. bahkan sampai sekarang, aku belum bisa lupain masalalu aku. Aku minta, Kamu stop buat nunggu aku ya? Kita Masih bisa temanan."
FahrI, yang mendengar itu sedikit kecewa. Rasa sayang yang terlalu dalam membuatnya tidak bisa membenci nya. Antara cinta dan Benci memang tidak bisa di satukan. bahkan kita, tidak bisa membohongi diri sendiri kalau Rasa sayang itu tidak bisa bohong.
"Makasih, makasih buat semuanya, Ri. Maaf lagi-lagi aku ngecewain kamu."
••••••
Jakarta.
Saat ini, Ares tengah duduk di kantin sendirian. semenjak kehilangan dua orang yang paling dia sayang. Dia selalu menyendiri. Bahkan, menghilang dari keramaian, dan memilih untuk sendirian.
Tatapan cowok itu terlihat kosong. dia sangat merindukan dimana, dia selalu duduk di kursi yang selalu di tempati bersama Aldo. begitu juga bersama Sri.
Bagaimana rasanya, Rasa kehilangan belum usai tapi harus kehilangan lagi? tentunya sangat berat. itu yang di rasakan. Ares, sekarang.
Saat dia tengah asik sendiri, tiba-tiba Rizal duduk di depannya menganggu waktunya sendiri.
"Bengong aja mas, pesan makanan dulu kali. "
Ares, menatap, Rizal. di depannya datar. Bagi Ares, cowok itu so asik, So kenal, So paling tau semua urusannya.
"So asik Lo! Pergi sana, ganggu waktu gue sendiri aja." Ares menatap kesal pada Rizal.
"Sorry -sorry, gimana kalau gue teraktir aja?
"Gak usah! Gue masih punya duit." jawab Ares dengan nada kesal.
"Gue yang nawarin kan? pamali kalau nolak Rezeki." Rizal terlihat berusaha agar dia bisa lebih dekat, dan berteman dengan Ares.
"Gue gak bakalan nyesel kalau nolak Rezeki dari Lo doang, sana pergi Lo." Balas, Ares, tidak mau kalah.
"Ini tempat umum, gak berhak buat Lo ngusir orang."
"Yaudah, gue yang pergi."Ares, beranjak dari kursi. Dia berjalan keluar kantin, meninggalkan. Rizal, sendirian. Ares, masih belum berdamai dengan dirinya, semenjak Sri, Pergi, gara-gara cowok yang bernama Rizal itu.
"Gue tau jadi Lo gak mudah, tapi Lo gak pernah sendirian Res."
••••••
Ares, turun dari atas motor nya, dengan perasaan kesal. Pasalnya, Rizal dari tadi terus-terusan mengikuti nya sampai ke Rumah.
"Lo ngapain sih ngikutin gue terus dari tadi?!"
Rizal tersenyum tipis, lalu dia segera turun dari atas motor. Tak lama, Bu Iis, yang hendak pergi ke warung, mendengar keributan itu langsung segera keluar Rumah.
"Siapa, Res?"
Ares menoleh kebelakang, melihat ibunya yang kini berdiri di depan Rumah. Rizal, yang melihat wanita itu langsung menghampirinya, Lalu bersalaman.
"Saya Rizal Tante, Teman Ares, di sekolah."
"Bohong mah, jangan di percaya, suruh pulang aja dia."
"Eh Ares, jangan gitu, Temannya mau main malah gak di bolehin. Ayo masuk nak Rizal." Rizal mengangguk mendengar itu, mereka berdua pun segera masuk ke dalam Rumah.
Ares berdecak kesal, sebenarnya apa sih maksud dan tujuan cowok itu? Ares pun mulai masuk ke dalam Rumah.
"Kamu udah makan?" Tanya Bu Iis, pada, Fahri.
Fahri menggeleng pelan sambil tersenyum malu-malu.
"Yaudah, kamu makan dulu ya." Bu Iis menatap Ares di belakang pintu." Res, ajak makan sana teman kamu, mamah mau keluar dulu." lanjutnya.
"Enggak ah, enak aja datang ke rumah minta makan doang." ucap Ares, sekaligus menyindir Rizal.
"Udah zal, kamu makan aja, anggap aja rumah sendiri ya. Tante, mau keluar dulu."
"Baik Tante."
Setelah itu, Bu Iis, segera pergi ke luar Rumah.
Sementara Rizal? cowok itu berjalan mencari ruang makan. Tanpa izin kepada penghuni Rumah termasuk, Ares.
"Eh mau ngapain Lo." Ares berjalan mengikutinya dari belakang.
Rizal duduk di kursi meja makan. Mulai mengambil nasi, sekaligus makanan yang ada di atas meja.
"Kan tadi nyokap Lo nyuruh gue makan." jawab Rizal enteng.
Ares merasa kesal, dia duduk di kursi meja makan. berhadapan dengan, Rizal.
"Enak banget ya, datang ke rumah orang main makan aja."
Rizal, tidak mempedulikan, Ares. cowok itu terlihat sibuk mengisi perutnya yang kelaparan.
"Eh, Lo ada masalah apa sih sama gue? Dari kemarin ngikutin gue terus, Risih gue anjir." Ares masih terlihat mengoceh tiada henti.
"Harusnya, Lo bersyukur bisa kedatangan gue Res, bukan malah ngomel-ngomel." Balas. Rizal tidak peduli dengan ucapan, Ares.
"Kenapa harus bersyukur?"
"Karena kedatangan gue ke sini Lo jadi gak kesepian."
"Najis, mending gue kesepian dari pada di temenin sama Lo. so asik Lo!" Balas Ares, masih tidak mau kalah.
Rizal, memberhentikan Aktivitas nya. dia menatap Ares, dalam.
"Gue tau sebenarnya Lo itu rapuh. Res, makanya gue gak bakalan ngebiarin Lo rapuh sendirian. Izinin gue buat jadi teman baik Lo mulai hari ini atau seterusnya. Gue paham, jadi Lo itu gak mudah."
••••••