Selena Almaheera, mahasiswi lulusan kedokteran dengan prestasinya yang luar biasa. tak sedikit orang memujanya karena kemampuan yang hebat saat beraksi diruang operasi. namun, pada suatu hari takdir buruk menyeret dirinya ke dalam lubang malapetaka.
Diego Ethan Federico, bajingan kelas kakap yang tampan rupawan dan kaya raya. ia meneruskan dunia hitam sang papa juga pewaris utama dari pasangan Matteo Denaro Federico dan Natalia Avila Beltran.
Pertemuan pertama saat dalam keadaan sekarat menjadikan bos mafia itu terobsesi pada dokter cantik yang menanganinya kala itu, hingga satu tahun sudah berlalu keduanya dipertemukan kembali saat dokter cantik itu menangani Sania Ainsley Beltran, yang tak lain adalah adik kandungnya.
Diego sadar obsesinya pada Selena itu bahaya dan ingin menguasai seluruh hidupnya. akan tetapi, ada sang kakak yang justru ikut terlibat dalam perasaan cinta itu.
Lantas siapa diantara dua mafia kakak beradik itu yang berhasil mendapatkan dan meluluhkan hati Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35 - hukuman dari sang janin
Enam bulan kemudian......
Di sebuah bangunan berlantai dua, yang terlihat seperti rumah tetapi itu bukan, melainkan markas utama bos mafia. anak buah Ethan berkumpul disana, berbaris melingkari aula memakai pakaian serba hitam dengan senjata lengkap dibalik jas mereka.
Setelah hari peresmian menjadikan pasukan khusus sebagai salah satu bagiannya, kini mereka semua berkumpul untuk membahas misi rahasia tentang penyelendupan narkotika. mereka terdiri bukan dari sekumpulan orang-orang lemah, tetapi terdiri dari orang- orang kuat yang memiliki kekuatan setara dengan bos mafia.
Ethan berdiri gagah diantara mereka semua, auranya yang sebagai pemegang kekuasaan terbesar di wilayah barat membuatnya menjadi pusat perhatian pertama. pria itu satu persatu menatap anggota inti yang kini menjadi anggota tetap, seringaian tipis menandakan bahwa semua orang siap menjalankan misi berikutnya.
Dua orang masuk membelah barisan sembari membawa peti besar, di dalamnya terdapat banyak obat-obatan terlarang yang akan di kirim ke Meksiko. di balik kacamata hitamnya, Ethan mengawasi setiap pergerakan mereka. kerja sama yang sudah hampir setengah tahun ia jalankan di beri nama Cartel Los Zetas.
Tidak ada hal lain lagi yang dilakukan bos mafia itu setelah gagal membawa kembali pulang wanita kesayangannya. ia menjadi dewa iblis yang membanting tenaga hanya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. hingga sekarang dirinya memiliki semuanya, menjadi mafia terkaya melebihi ayahnya. hampir setiap kota-kota bertekuk lutut padanya dan membangun kerjasama di berbagai bidang. tentu saja ia tak menolak, apapun akan di lakukan demi menempuh waktu ke masa dua tahun yang akan datang, dan tak terasa enam bulan sudah terlewati begitu saja.
"Bos, ada kabar gembira. Cartel De Madellin ingin membangun kerjasama dengan Cartel kita" Gio membungkukkan badan meletakkan map coklat diatas meja.
"Kolombia?" Ethan membuka kacamata, tersenyum tipis karena mendengar kabar bahagia.
"Ya, tuan. dokumen baru saja datang setelah bos mereka mengirimkan email sebanyak sepuluh kali"
"Mereka mau apa?"
"Pencucian uang. ada anggaran besar yang mereka dapatkan setelah berbuat kejahatan di wilayah timur, merampas uang penduduk sipil dan membunuh warga Rusia"
Ethan tersenyum smirk. "Mereka selalu berambisi. aku mendengar kabar tentang Cartel mereka sudah cukup lama, bahkan anggota Cartel De Madellin tak segan-segan mencuci otak para remaja untuk melakukan kejahatan"
"Akan ada sistem bagi hasil, tuan" ujar Gio sedikit berbisik.
"Perjelas" titahnya sembari memasukkan tangan ke dalam saku celana. ekspresi pria itu tak bisa di sembunyikan, tertarik.
"Ada sekitar 100 juta dollar yang akan dilakukan pencucian uang, mereka tahu bahwa hal ini sangat mudah anda lakukan. hasil dari itu, kita akan mendapatkan sepertiganya" jelas Gio membaca poin kesepakatan yang tertera di dalam dokumen.
"Sepertiga?"
"Ya, tuan"
"Aku tidak mau sepertiga. setengah, aku mau setengah bagian" tuntut Ethan. sepertiga tidak ada apa-apanya dari jasa yang sudah ia lakukan. pencucian uang melanggar undang-undang negara, di balik itu semua ada kerja keras anak buahnya yang di pertaruhkan. jelas harus mendapat hasil yang setimpal.
Pria itu mengeluarkan ponsel, pesan masuk ia dapat dari bos besar Cartel De Madellin, tidak tahu nama aslinya karena memakai nama samaran. Ethan pun tidak peduli karena yang ada di otaknya hanyalah pundi-pundi uang. ingatlah pria itu bukan hanya bos mafia di satu wilayah, tetapi dewa iblis mafia yang menguasai banyak negara.
"Sampai mereka setuju dengan permintaanku, lakukan misi berikutnya" perintahnya sembari memasukkan kembali ponselnya.
"Baik, tuan. disana ada sekitar tujuh peti berisikan narkotika, pasukan khusus yang sudah di siapkan akan bertugas hari ini" beritahu Gio, Ethan mengangguk paham.
"Kau tidak perlu turun tangan, ada hal lain yang ingin ku bahas denganmu, termasuk Maxime dan Marvel"
"Apa ini menyangkut tentang miss Selena?"
Tidak ada jawaban, ia diam tak bersuara, tetap berdiri tenang dengan tangan mengepal berada di belakang bawah pinggang. melalui netra pria itu yang penuh kerinduan, Gio bisa mengerti.
Enam bulan sudah berlalu, selama itu pula tak ada tindakan sang bos untuk menemui Selena meskipun sudah tahu tempat tinggalnya. Ethan hanya bermodal mendapatkan kabar dari orang suruhannya yang mengintai aktivitas wanita itu, asalkan Selena sehat dan baik-baik saja, ia senang dan ikut bahagia.
Selena tinggal di kawasan orang-orang elit di bawah pengawasan Matteo Denaro yang tak sembarang orang bisa memasukinya. Ethan menunggu waktu sambil menyibukkan diri fokus terhadap pekerjaan hingga tak sadar dengan kejayaan yang kini ia dapatkan.
"Kalian semua boleh bubar, jalankan masing-masing tugas yang sudah berikan oleh tuan Ethan. kalian paham?" teriak Gio memberi instruksi. tak lama setelah itu, para pasukan khusus membubarkan diri membawa masuk peti ke dalam ruangan, disimpan disana sampai jam pengiriman tiba.
Si kembar mengangguk mendapatkan kode. Gio melangkah ke sebuah lorong mengikuti Ethan dan mereka sama-sama masuk ke dalam sebuah ruangan. di sudut ruangan dekat jendela, foto-foto Selena terpajang rapi dan indah, segala aktivitas wanita itu selama enam bulan berhasil di abadikan oleh orang suruhannya.
Berdiri di dekat railling menghadap ke arah bukit-bukit, pria yang menjelma sebagai dewa iblis kini berubah menjadi pria lemah yang sedang merindukan wanita kesayangannya.
"Apa anda tidak ingin menemuinya, tuan?" Maxime mengajukan pertanyaan.
"Dia tampak menyukai kebebasan, aku tidak ingin mengganggunya"
"Ada pria asal los angeles yang berusaha mendekati miss Selena, mereka bekerja di tempat yang sama, di rumah sakit milik sahabat tuan Matteo" tambah Marvel yang kemudian mendapat pelototan dari mata Maxime dan Gio.
Ethan tersenyum miris. "Aku hanya pembuat luka bagi Selena. bajingan sepertiku tidak pantas mendapatkan kesempatan kedua"
"Tidak seperti itu, tuan. miss Selena mengaku bahwa dia sudah memiliki calon suami. entah siapa yang di maksud, tapi sepertinya anda" lirih Maxime menimpali.
"Tidak mungkin" Ethan kembali tersenyum miris. "Mungkin saja kakakku"
"Anda tidak mendengar kabar kalau tuan Darren berhubungan dengan sahabat adik anda?"
"Carla?" tanyanya. "Itu pasti atas permintaan Sania, dia ingin Carla menjadi bagian dari keluarga Federico"
"Sepertinya, nona Sania perlu di perlihatkan bagaimana sikap busuk sahabatnya itu" ujar Gio berdiri di belakang Ethan.
"Dia perempuan berwajah dua, pintar sekali mengambil alih hati adikku. memberi Carla pelajaran hanya akan membuat Sania membenciku"
"Kita tidak perlu mengotori tangan, biarkan saja wanita itu masuk ke dalam perangkap dan membiarkan kebusukannya terbongkar dengan sendirinya"
"Tidak berminat sekarang, aku juga tidak peduli dengan apa yang akan dia lakukan. selagi Sania aman, dia bebas" sahut Ethan.
Sudah paham bagaimana tingkah laku Carla, ia tak mau ikut campur dan berurusan dengan wanita itu. kejelekan attitudenya hanya tentang memperebutkan seorang pria, sedangkan di perusahaan Carla terkenal akan kepintarannya. untuk saat ini, Ethan masih membutuhkan wanita itu, memanfaatkannya sampai batas waktu yang sudah di tentukan. dengan sendirinya, Carla akan ia hempaskan begitu saja.
Kerinduan dalam hati kian membara, ingin cepat bertemu Selena dan mengeluhkan semua rasa sakit yang ia derita selama ini. mungkinkah, wanita itu juga merasakan apa yang ia rasakan selama ini? ah, rasa-rasanya tidak, karena Selena terlihat bahagia menjalani pekerjaannya menjadi seorang dokter.
"Bos, apa yang anda pikirkan?" tanya Marvel pelan. Maxime menggeleng seolah mengatakan untuk tidak bertanya.
Pria itu mencengkram railling pembatas balkon, memejamkan mata sebelum kemudian membalikkan badan menatap ketiga anak buahnya, terutama Marvel. ia menatap lurus ke arah pria itu.
"Tidak masalah kalau aku hanya melihatnya dari kejauhan, Selena tidak akan tahu aku ada disana"
"Maksudnya, anda ingin terbang ke los angeles menemui wanita itu, tuan?" Marvel hati-hati bertanya.
"Tidak secara langsung, hanya saat dia berada diluar apartemen saja" jawabnya dingin.
"Bagaimana kalau anak buah tuan Matteo mengetahui keberadaan kita disana? itu artinya, waktu akan di perpanjang dan anda akan semakin lama bertemu dengan miss Selena" timpal Gio berpikir rasional.
"Soal itu, aku sudah membuat kesepakatan bersama daddyku. kalau aku berhasil mendapatkan alamat tempat tinggal Selena, aku hanya di izinkan melihatnya dari kejauhan"
"Apa anda sanggup hanya melihatnya dari kejauhan, tuan?" kali ini Maxime yang bersuara. mengerti sekali bahwa sang bos bukan manusia pemilik lapang kesabaran.
Sedikit berpikir dan menimang-nimang, Ethan bisa yakin untuk saat ini, tetapi tidak tahu bila sudah berada disana, di los angeles dan melihat Selena langsung dengan mata kepalanya.
"Tidak tahu, kalian bisa menghentikanku jika sewaktu-waktu aku lepas kendali" ucap pria itu dengan tenang.
Menghentikan Ethan? itu hanya akan membuat peluru bersarang di tubuhnya. "Kita bisa mencobanya, besok malam ada pameran seni di los angeles"
"Kau bercanda denganku, Gio?" erangnya rendah.
"Tidak, tuan. aku sempat memergoki miss Selena melihat-lihat lukisan di mansion belakang, dia menyukai lukisan dan ingin bertemu dengan para maestro. kebetulan banyak pelukis terkenal yang ikut menggelar pelaksanaan pamerannya" jelas Gio sedetail mungkin.
"Selena menyukai lukisan? aku tidak pernah tahu soal ini sebelumnya" gumam pria itu mengusap dagu.
Cukup berpikir, dia memberi keputusan menjentikkan jari ke udara. "Kalau betul, besok pagi kita terbang ke los angeles, gunakan pesawat pribadi karena aku malas berurusan dengan pihak bandara!"
"Baik, tuan. siap!" jawab mereka serentak.
Ia sudah tak sabar untuk sampai di los angeles, melihat sang pujaan hati. sahabat Selena di pindahkan ke los angeles untuk menemani wanita itu, dia akan menggunakan Melia sebagai alat untuk bisa bertemu dengan Selena.
Dengan sedikit ancaman, Ethan bisa membereskan semuanya. Gio bersiap mengatur keberangkatan, Maxime dan Marvel mencari data-data pelukis siapa saja yang akan datang, lalu menghubunginya meminta suatu kerjasama kecil.
Dia akan tetap berpegang teguh pada kesepakatan yang sudah dibuat, berusaha tidak melanggar karena ia merasa belum menjadi pribadi yang lebih baik. untuk janin dalam kandungan Selena, ia akan berusaha menerima meskipun membutuhkan waktu sedikit lama.
Ethan tidak melewatkan pemeriksaan rutin karena sang ayah mendatangkan seorang dokter psikolog khusus dari Jerman. luka demi luka terobati, trauma demi trauma terlupakan. akan tetapi, semua itu tak sekedar ucapan lisan, Ethan masih saja bersikap kejam dan tak punya hati.
"Memang masih enam bulan, bos tentu saja belum berhasil. tapi, sejauh ini ada perubahan kecil. kau tahu?" bisik Maxime.
"Ya, dengan bos mau menerima perawatan itu saja sudah jauh dari kata perubahan" Marvel menjawab pelan.
"Apa demi wanita itu?"
"Kau pikir, tuan Matteo seperti ini demi siapa? demi cucunya, bodoh!" ketusnya kesal.
"Oh astaga, aku melihat bos tersenyum manis" Maxime meraih kepala Marvel, mengarahkannya menatap Ethan yang sedang berada di balkon. keduanya sudah berada di pelataran bersiap untuk pergi.
"Akhir-akhir ini bos sering tersenyum dan melakukan hal-hal yang aneh. apa kau pernah melihat bos mual karena asap timah panas?"
"Baru sekarang" sahut Maxime menatap serius.
"Aku rasa, ini sepertinya hukuman" terka Marvel.
"Hukuman apa?"
Belum sempat menjawab, mobil berhenti di pelataran markas. Gio muncul dari dalam mobil dan berlari ke arah mereka, entah kembali karena apa, padahal Gio sudah berangkat dari dua puluh menit yang lalu. tetapi kini pria itu kembali dengan kotak kecil berada di tangannya.
"Itu apa? kenapa kau kembali?" tanya Maxime heran.
"Bos menyuruhku membawa sisa peluru yang ada di bagasi mobil"
"Untuk apa?"
"Tidak tahu, untuk apa kau bertanya padaku?" semburnya geram.
"Mungkin untuk dibawa ke los angeles karena tentu saja kita membutuhkan banyak perlengkapan senjata, disana juga ada banyak anak buah tuan Matteo dan tuan Darren"
"Sepertinya begitu"
Menyimak pembicaraan yang terdengar cukup serius, Ethan tertarik dengan pembahasan mereka bertiga. dia mengikis jarak semakin dekat, rahang tegas disertai gejolak aneh dalam perut. kedatangan Ethan membuat Gio cepat-cepat membungkuk, menyerahkan kotak peluru yang ia bawa ke hadapan bos nya.
Tetapi, tidak sesuai dengan pikiran mereka. Ethan menyentak kasar hingga peluru berserakan di atas tanah. mereka tampak saling pandang lalu cepat-cepat membereskannya.
"Ada apa, tuan? anda meminta kotak peluru dan aku sudah membawakannya" ujar Gio memungut satu persatu peluru, sepatu Ethan tepat berada di depan matanya. ia pun mengangkat kepala seolah merasa aneh dengan sikap bosnya.
"Buang peluru itu, aku tidak suka ada benda berbahaya di sekitarku" tekan pria itu.
"Tapi, tuan. bukannya kita perlu menyimpan banyak senjata? dan lagi, benda seperti ini adalah aset berharga untuk kita semua" sahut Maxime tidak mengerti dengan sikap bosnya itu.
"Kalau begitu, jauhkan saja dariku. aroma timah itu membuatku ingin muntah. bahkan, aku geli mendengar decitan senjata" akuinya saat merasakan mual mendatangi perutnya.
"Bos, jangan muntah disini. ah, disana...."
Ethan menjatuhkan badan dengan kedua lutut bertumpu pada tanah. ia seperti ingin muntah namun tidak bisa mengeluarkan apapun, kekesalan pun muncul menggelegak karena tak mengerti kenapa tubuhnya bereaksi seperti ini.
Dia mengepalkan tangan, meremas butiran debu karena terus tersiksa dengan perut bergejolak. bahkan, selama enam bulan belakangan ini, ia tidak bisa mendapat jawaban dari gejala yang tiba-tiba muncul. seperti sering tersenyum, mudah marah, tiba-tiba tidak menyukai aroma timah dan sekarang tidak ingin benda berbahaya berada di sekitarnya.
Mereka panik, mencoba membantu menekan tengkuk sang bos agar bisa mengeluarkan sesuatu. "Cepat ambilkan air untuk bos. sepertinya, bos sedang tidak enak badan"
Marvel masuk ke dalam markas, pergi menuju dapur untuk mengambil air mineral. dia berlari secepat mungkin, menyerahkannya pada Gio lalu sang bos meneguknya hampir setengah air dalam botol.
"Cuaca sekarang memang tak bagus untuk kesehatan, banyak begadang juga bisa menimbulkan rasa pusing. aku menyimpulkan kalau anda sakit karena masuk angin, tuan" ucap Maxime menelisik secara intens.
"Aku juga merasa begitu. baiklah, kita kembali ke mansion, katakan juga pada Darius kalau aku ingin makan makanan yang berkuah, terserah apa saja menunya. yang terpenting hangat dan dari bahan berkualitas" pesan Ethan berlalu pergi masuk ke dalam mobil.
Mereka terdiam bersama, sempat mati pikiran beberapa detik namun segera sadar. "Ada apa dengan bos? hal seperti ini pada kejadian waktu itu, mual karena terlalu banyak meminum wine. padahal jelas-jelas bos paling tahan dengan minuman beralkohol"
"Entahlah, kurasa itu hukuman dari calon anaknya" ujar Marvel.
"Mana bisa seperti itu?" sahut Maxime menatap sinis.
"Kau tahu apa soal kehamilan? bersetubuh saja tidak pernah, mana tahu hukum mengidam seperti itu!" dengusnya kesal.
"Cepat masuk mobil, kalian ini berdebat tidak selesai-selesai. kalau saja ada kejadian mulut berbusa karena menggosip, sudah pasti kalian sekarat sejak lama!" geram Gio mendorong mereka supaya cepat masuk.
Di dalam mobil yang melaju kencang, Ethan duduk di ujung paling dekat dengan pintu, perutnya kembali di datangi gejolak hebat. hawa panas dingin mendadak menjalar ke seluruh tubuhnya, ia merasa tidak tenang karena suatu hal yang menekannya, terasa berputar-putar dalam pikiran.
"Hei cepat bius aku, aku sudah tidak tahan dengan rasa aneh yang terus menyerangku!"
"CEPAT!"
"T-tapi, tuan ap-"
"CEPAT, CEPAT LAKUKAN!"
ternyata mereka punya masa lalu gelap 😨
lebih Rumit berurusan dg Mafia Selene ...bisa merasakan skenario Mafia seperti itu😤😔😑