Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Visual tokoh utama
Darmendra Henderson.seorang CEO, sekaligus hot Daddy si kembar.
Divya Dewi Aurora. seorang ibu tunggal, tapi perawan. Mommy si kembar.
Rayden Henderson. Anak pertama sikap nya dingin dan jenius.
Rendra Henderson Anak kedua. juga jenius.
Rasya Henderson Anak ke tiga. juga jenius.
Rakha Henderson Anak ke empat. juga jenius.
Raffa Henderson Anak ke lima. juga jenius.
Roy Henderson Anak ke enam. juga jenius.
Ramendra Henderson Anak ke tujuh, paling cerewet di antara saudara saudara nya. juga jenius.
Semoga suka dengan visual nya ya.
soalnya untuk mencari yang benar benar cocok rasanya susah sekali.
.
.
Mereka makan malam bersama dengan penuh kebahagiaan. terutama si kembar, karena mereka sudah bertemu dengan Daddy mereka.
Walau bagaimanapun mereka tetap masih anak anak yang masih butuh kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Setelah selesai makan mereka berkumpul di ruang keluarga.
"Mom, Kita nginap disini aja ya," Rengek Ram.
"Iya Mom," Roy menimpali.
"Baiklah, kita menginap disini. kalian rindu Daddy?" tanya Diva.
"Yee, yeye." Bukan nya menjawab si kembar malah bersorak kegirangan.
"Kita mau tidur sama Daddy," Kata si kembar lagi.
Diva tersenyum, walau hati nya terasa teriris bila membayangkan harus berpisah dengan si kembar.
"Apa aku harus terima lamaran Darmendra? Di sisi lain aku tidak sanggup berpisah dengan si kembar, di sisi lain pula aku belum mencintai Darmendra." monolog Diva dalam hati.
"Mom, mengapa Mommy melamun?" tanya Ram.
Darmendra spontan menoleh ke Diva. ternyata benar Diva sedang melamun.
"Kalian masuk ke kamar dulu ya, Daddy mau bicara sama Mommy." ucap Darmendra.
"Mari Opa antar ke kamar Daddy kalian."Jordan.
"Oma juga mau ikut,"Vera.
Si kembar pun mengikuti Oma dan Opa nya masuk ke kamar. Kini hanya tinggal Diva dan Darmendra di ruang keluarga.
"Bagaimana dengan tawaran ku?" tanya Darmendra to the point.
"Beri aku waktu, rasanya ini terlalu mendadak." jawab Diva.
"Aku tidak akan memaksa mu, tapi pikir kan juga si kembar. apa kamu tidak lihat kebahagiaan mereka bila kita bersama?" Darmendra.
"Aku tau, dan aku juga tidak mau egois, aku cuma minta waktu." Diva.
"Baiklah, tapi bila dekat kamu aku merasa kan kamu tidak asing bagiku, tapi entahlah. rasanya kita pernah dekat." Darmendra.
"Mungkin perasaan mu saja."Diva.
"Iya, mungkin saja." Darmendra.
Untuk sesaat keduanya terdiam dengan pikiran mereka masing masing.
"Bagaimana perasaan mu?" tanya Darmendra.
"Maksud mu?" Diva balik bertanya.
"Aku tahu kamu begitu menyayangi si kembar." Darmendra.
"Memang aku sangat menyayangi mereka, tapi aku sadar diri, walau bagaimanapun aku bukan ibu kandung mereka. Aku tidak tahu gimana nanti seandainya mereka tahu bahwa ibu kandung mereka sudah meninggal?" Diva.
"Biarlah ini menjadi rahasia kita, biarlah mereka tetap menganggap kamu adalah ibu kandung nya." Darmendra.
"Aku kekamar dulu ya, mau istirahat." Diva.
"Baiklah, selamat malam Mommy nya anak anak." Darmendra.
Diva hanya mencebikkan bibir nya, membuat Darmendra merasa gemas.
"Cantik sekali, ah jantung ku selalu deg degan bila dekat dengan nya." gumam Darmendra.
Vera dan suami nya yang sudah keluar dari kamar setelah si kembar tertidur. Langsung menghampiri putranya.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Vera.
"Hanya ngobrol tentang si kembar," jawab Darmendra santai.
"Apa perasaan mu saat dekat dengan Diva?" tanya Vera to the point.
"Biasa aja," jawab Darmendra singkat.
"Benarkah, apa tidak merasa deg degan atau jantung berdetak lebih cepat?" tanya Vera semakin kepo.
"Kok Mommy tau?" Darmendra balik bertanya.
"Mommy cuma menduga saja." Vera.
"Ada yang ingin Mommy jelas kan?" tanya Darmendra.
"Bukan kah kamu sangat suka menggendong bayi perempuan sewaktu kamu baru berusia 8 tahun?" bukan nya menjawab Vera malah balik bertanya.
"Maksud Mommy?" tanya Darmendra.
"Kau tau? Diva adalah bayi itu." Vera.
Darmendra terkejut mendengar nya.
"Mommy masih ingat kata kata mu waktu itu, bahwa kau hanya akan menikahi bayi perempuan itu bila besar nanti." Vera.
"Dari mana Mommy tau kalau Diva orang nya?" tanya Darmendra.
"Mommy tau saat dia mengatakan anak dari teman Mommy," kata Vera.
"Apakah ini yang di katakan takdir, Mom?" tanya Darmendra.
"Bisa jadi, kita tidak tahu rencana Tuhan." jawab Vera.
"Aku mengajak Diva menikah, tapi dia belum memberi jawaban, katanya dia minta waktu." Darmendra menjelaskan.
"Pelan pelan, jangan terlalu di desak. biarkan dia berpikir sebelum dia mengambil keputusan." Pesan Vera.
"Aku kekamar dulu ya Mom, Dad."
"Baiklah, si kembar sudah tidur sekarang kamu istirahat lah."
Darmendra pun berjalan menaiki anak tangga menuju kamar nya. Saat masuk kekamar, di lihat nya si kembar sedang tidur berjejer. Untung saja ranjang nya king size jadi muat untuk mereka. Darmendra tersenyum melihat pemandangan itu. Air matanya menetes karena terlalu bahagia.
"Aku tidak menduga hingga ketahap ini, kupikir aku tidak lagi bertemu kalian semua. Terimakasih Ya Tuhan karena mengirimkan seorang bidadari untuk menjaga anak anak ku." gumam Darmendra.
Kemudian ia merebahkan diri di samping si kembar. Tak lama kemudian iapun menyusul si kembar ke alam mimpi.
Pagi pagi sekali, Diva sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Hal itu sudah biasa ia lakukan, terkecuali kalau ia tidak sempat baru lah menyuruh pembantu.
"Hari ini aku akan masak kesukaan si kembar." gumam Diva.
Pembantu yang ada di mansion ini terkejut mendapati Diva sudah berkutat di dapur.
"Eh nona Diva, kok pagi pagi sudah ada di dapur?" tanya Bibik.
"Iya bik, aku mau masak kesukaan si kembar." jawab Diva.
"Biar bibik saja, Non."
"Tidak apa-apa bik, aku sudah biasa melakukan semua ini."
Diva melanjutkan memasak nya. setelah satu jam akhirnya masakan nya sudah siap semua.
"Bik, tolong ditata di meja makan ya, aku mau bangunkan si kembar."
"Baik Non!"
Diva pun naik keatas menuju kamar Darmendra. Ia mengetuk pintu kamar itu.
Tok..
Tok..
Tok..
Namun tidak ada yang membuka pintu, Diva pun memberanikan diri memutar handle pintu ternyata tidak terkunci.
Ceklek... pintu pun terbuka, perlahan lahan Diva masuk. Diva mengedarkan pandangannya pada ranjang yang di tempati oleh si kembar dan Darmendra. Diva tertawa cekikikan melihat gaya tidur si kembar dan Darmendra. Diam diam Diva merekam momen langka juga lucu itu.
"Memang ayah dan anak, gaya tidur nya juga sama," gumam Diva masih tertawa cekikikan tapi pelan.
Diva duduk di sofa, matanya masih memperhatikan si kembar.
"Melihat mereka bahagia, aku juga turut bahagia." monolog Diva dalam hati.
Darmendra perlahan membuka matanya, ia belum menyadari kalau Diva ada di dalam kamar nya. Darmendra perlahan duduk di ranjang, ia menoleh ke kiri dan ke kanan melihat si kembar yang masih tertidur.
"Sudah bangun?" tanya Diva.
Hal itu sontak membuat Darmendra terkejut.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇