NovelToon NovelToon
Payungmu Di Hujan Terakhir

Payungmu Di Hujan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aolia

Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketakutan yang tak terucap

Aile berbaring di atas kasurnya, matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamar. Malam sudah larut, namun pikirannya terus berputar, tidak memberinya ruang untuk tenang. Dalam keheningan itu, satu nama terus muncul di benaknya: Nuka.

Dia memikirkan segala hal yang telah terjadi di antara mereka. Nuka yang dulunya terasa begitu jauh dan misterius, kini hadir sebagai sosok yang dekat dan selalu ada di sisinya. Nuka yang secara perlahan berhasil membuatnya membuka diri, sesuatu yang Aile pikir tidak akan pernah ia lakukan terhadap siapapun. Bahkan, selama hampir tiga tahun di SMA, Aile hampir tak punya teman dekat—sampai Nuka datang.

Namun, di balik perasaan hangat yang menyelimutinya saat memikirkan Nuka, ada ketakutan yang menghantui Aile. Ketakutan yang datang setiap kali ia melihat orang tuanya, Gina dan Dedi. Hubungan mereka yang berantakan, pertengkaran yang seolah tak pernah berhenti, telah menanamkan rasa takut dalam diri Aile.

"Apa hubungan itu selalu menyakitkan?" gumamnya pelan. Ia takut membiarkan dirinya jatuh terlalu dalam pada perasaan terhadap Nuka, khawatir jika akhirnya semua akan berakhir sama—dengan luka yang lebih dalam dari yang bisa dia bayangkan.

Aile menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang kacau. Ia mencoba memejamkan mata, berharap tidur bisa membantunya melupakan semua kekhawatirannya, setidaknya untuk malam ini.

Tapi baru beberapa menit matanya terpejam, suara sirine polisi yang meraung-raung dari luar rumah membuatnya terjaga lagi. Aile membuka matanya dengan cepat, duduk di ranjang, dan mendengarkan suara itu semakin mendekat.

"Polisi?" gumamnya dengan kening berkerut. Dengan perasaan cemas, ia bangkit dan mendekati jendela kamarnya. Dari balik tirai, Aile mengintip ke luar. Beberapa polisi terlihat berdiri di depan rumahnya. Salah satu dari mereka mengetuk pintu, sementara yang lainnya tampak berjaga.

Jantung Aile berdegup kencang. "Apa yang mereka lakuin di sini?" pikirnya.

Tak lama kemudian, ibunya terdengar membuka pintu depan dengan suara panik. Aile tak bisa mendengar dengan jelas percakapan antara ibunya dan polisi, namun satu nama yang disebutkan polisi terdengar jelas: Dedi, ayahnya.

Aile merasa tubuhnya melemas. "Ayah?" Pikirannya langsung melayang pada semua masalah yang pernah ia dengar tentang ayahnya. Masalah utang, penipuan, dan segala hal buruk yang selalu ibunya keluhkan. Tapi dia tak pernah menyangka polisi akan datang mencari ayahnya.

Setelah beberapa saat, polisi pergi, dan ibunya menutup pintu dengan keras. Aile hanya bisa berdiri terpaku di dekat jendela, merasakan campuran antara ketakutan dan kebingungan yang membuncah di dadanya.

***

Keesokan harinya, berita tentang penipuan besar yang diduga dilakukan ayah Aile menyebar cepat di seluruh sekolah. Di setiap sudut, Aile bisa mendengar bisikan-bisikan tentang keluarganya. Matanya terus menunduk saat berjalan di koridor sekolah, berharap bisa menghindari tatapan-tatapan penasaran dan penuh gosip dari teman-temannya.

Namun, tak semuanya hanya bicara di belakang. Di depan kelasnya, Aile bertemu dengan geng pembully yang selalu membuatnya kesal: Lisa, Kevin, Cia, dan Bara. Mereka sudah menunggu.

"Oh, lihat siapa yang datang! Anak penipu!" ejek Lisa dengan senyum sinis.

Aile berhenti, napasnya berat, tapi dia berusaha tetap tenang. "Aku nggak mau ribut," katanya, suaranya gemetar.

"Tapi kita mau," Bara menambahkan dengan nada mengejek. "Dengar-dengar ayah kamu terlibat penipuan besar, ya? Apa kamu ikut bantu?"

Aile merasa tubuhnya mulai gemetar karena marah. "Jangan ngomong sembarangan!" serunya, mencoba melawan.

Kevin dan Cia tertawa kecil, sementara Lisa mendekat, menatap Aile dengan pandangan merendahkan. "Kamu sama aja kayak keluargamu. Nggak heran kamu selalu sendirian."

Aile menggertakkan giginya, tapi dia tahu melawan mereka hanya akan membuat situasinya makin buruk. Tapi yang dia nggak duga, geng itu nggak hanya menyerang dengan kata-kata. Bara tiba-tiba mendorong bahunya, membuat Aile terhuyung ke belakang. Tubuhnya terhentak ke dinding, dan sebelum dia sempat bereaksi, Cia ikut menambah tekanan dengan mendorongnya lagi.

Aile berusaha melawan, tapi empat orang terlalu banyak untuk dihadapi sendirian. Tubuhnya lemas, dan tenaga yang dia punya nggak cukup untuk menandingi mereka.

Tapi kali ini, Nuka nggak ada di sekolah. Dia nggak masuk hari itu, dan Aile harus menghadapi semuanya sendirian. Setelah beberapa saat, geng itu akhirnya bosan dan pergi, meninggalkan Aile yang terjatuh di lantai. Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya terasa sakit, tapi yang lebih menyakitkan adalah rasa malu dan marah yang dia rasakan.

***

Keesokan harinya, Nuka kembali ke sekolah. Saat mendengar tentang apa yang terjadi pada Aile dari beberapa teman, dia langsung mencari geng pembully itu. Matanya dipenuhi amarah saat menemui mereka di belakang sekolah.

Tanpa banyak bicara, Nuka langsung mendekati Kevin dan Bara, dua orang yang menurutnya paling terlibat. "Apa masalah kalian?" bentaknya.

Kevin menatap Nuka dengan senyum sinis. "Kita cuma bercanda sama anak penipu itu."

Nuka tak bisa menahan amarahnya lagi. Dia mendorong Kevin dengan keras, membuatnya terhuyung ke belakang. "Kalian nggak punya hak buat gangguin dia!" teriak Nuka, suaranya penuh kemarahan.

Pertengkaran itu menarik perhatian banyak siswa, tapi Nuka tak peduli. Yang ada di pikirannya hanya satu: membela Aile. Setelah beberapa menit, guru akhirnya datang dan melerai mereka, namun kejadian itu sudah cukup untuk membuat geng pembully itu kapok.

Setelah insiden itu, Nuka langsung mencari Aile. Dia menemukannya di pojok perpustakaan, duduk sendiri dengan tatapan kosong.

"Aile..." Nuka memanggil pelan, menghampirinya.

Aile menoleh, wajahnya terlihat lelah. Nuka langsung duduk di sampingnya, tanpa berkata apa-apa, hanya memberikan kehangatan melalui kehadirannya.

Setelah beberapa saat hening, Aile berkata pelan, "Kenapa semuanya selalu berantakan?"

Nuka menghela napas panjang, menatap Aile dengan penuh simpati. "Aku nggak tahu. Tapi aku di sini, Aile. Kamu nggak sendirian."

Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi dari sekolah lebih awal hari itu. Berdua, mereka menuju pantai—tempat yang selalu membuat mereka merasa lebih tenang. Di tepi pantai, suara deburan ombak dan angin laut yang lembut membantu mereka melepas beban.

Di sana, tanpa banyak bicara, mereka saling mendengarkan, saling memahami, dan untuk sesaat, dunia yang berantakan terasa jauh lebih mudah dihadapi.

1
Shion Fujino
Karya bagus yang tak bisa dilewatkan, love it!
cøøkie
Baper abis!
_senpai_kim
Penulisnya jenius!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!