Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUKA PUASA DI MANSION HERMAN
Khasya sudah menyusun rencana. Hari ini adalah hari buka puasa di mansionnya. Walau ragu terus membayangi, namun ketika melihat wajah Lusy yang sendu menatap meja Leon membuatnya tak ingin menunggu lagi.
"Aku harus mengatakan nya sekarang, harus!" ujarnya bermonolog.
Wanita itu kini mulai berbelanja di sebuah mall besar bersama dua maidnya. Tiga troli penuh dengan barang belanjaannya.
"Anak-anak minta dibuatkan sup daging dan ayam goreng mentega," gumamnya ketika memilih beberapa ekor ayam.
Usai berbelanja, tiga troli itu ia bawa ke meja kasir dan membayar semuanya. Tak ada wajah keberatan walau semua harga melambung tinggi. Orang akan iri melihat ia berbelanja minyak goreng lima jirigen sekaligus tanpa pikir berapa harganya.
Usai membayar dengan bantuan salah satu staf mall, mereka berjalan menuju lapangan parkir di mana mobil berada.
Khasya memberi tips pada karyawan mall setelah meletakkan belanjaannya di bagasi mobil.
Dengan supir, Khasya dan dua maid pulang ke mansion dan menyiapkan semuanya.
Sudah satu jam Khasya berkutat di dapur. Seruni datang ikut membantu.
"Sayang, biarkan saja, tidak apa-apa!" larang Khasya.
"Nggak apa-apa juga bunda," sahut wanita itu.
"Oh ya, Seruni bawa kue almont delapan loyang belum dipotongin," ujarnya lagi.
Maid membawa kue yang dimaksud Seruni. Khasya mengeluarkannya dari plastik lalu memotongnya.
"Ini letakkan dan dibagi di beberapa piring ya," titahnya pada maid.
"Iya nyonya!"
Khasya membawa Seruni ke luar dapur dan membiarkan para maid mengerjakan semuanya.
"Mana Azha?" tanya Khasya.
"Udah Seruni taro di kamar, lagi bobo tadi," jawab Seruni.
Khasya meneguk air putih.
"Bunda masih dapat siklus?" tanya Seruni tak percaya.
Khasya mengangguk. Ia juga heran di usianya menginjak lima puluh lima tahun itu masih mendapatkan siklusnya rutin.
"Wah, kalo bunda lepas steril, bisa langsung hamil nih," kelakar Seruni.
"Duh ... nggak lagi deh ... sudah lima anak cukup!' elak Khasya hingga membuat Seruni terkekeh mendengarnya.
"Hueek!" tiba-tiba Seruni merasa pusing dan mual secara bersamaan.
"Ah ... sekarang sepertinya kamu yang tengah mengandung Seruni!" sahut Khasya meledek wanita beranak satu itu.
"Ah ... bunda ... Azha belum setahun!" rengeknya.
"Apa masih menyusui?" Seruni menggeleng.
"Sudah tidak apa-apa, jika memang Allah memberimu kepercayaan langsung setelah Azha."
Seruni hanya menghela napas panjang. Ia mengusap perutnya. Ia yakin jika di dalam sudah ada isinya, karena sudah tiga minggu ia tak mendapatkan siklusnya.
Khasya kembali ke dapur untuk mengecek semua pekerjaan para maid. Hari ini ia akan sedikit masuk siang dan telah menyerahkan semua pekerjaan pada Lusy dan Najwa.
'Sebaiknya aku siap-siap dulu," gumamnya ketika melihat jam.
Wanita itu pun pergi ke kamar, Seruni sudah tidak ada di ruang tengah. Ia yakin jika wanita itu sedang berada di kamar lain bersama bayinya.
Usai bersiap. Ia pun mengunjungi kamar di mana Seruni berada.
"Sayang, bunda pergi kerja dulu ya !' pamitnya.
"Ah ... iya bunda!"
Khasya mencium gemas pipi gembul bayi berusia satu tahun lebih itu. Tepat lebaran usia Azha dua tahun. Di susul buah hati Terra dan Haidar di bulan Agustus.
"Perusuh!" ujarnya gemas.
"Bunda pergi ya, assalamualaikum!"
"Wa'alaikumussalam Bun, maaf nggak bisa nemenin sampai luar," ujar Seruni tak enak.
"Tidak apa-apa sayang," sahut Khasya.
Wanita itu bergegas keluar mansion. Supir dan satu pengawal telah bersiap di sana.
Pengawal membuka pintu, lalu Khasya masuk mobil. Tak lama kendaraan mewah itu pun meluncur ke lokasi di mana Khasya bekerja.
Sampai kantor, wanita itu sudah dihadapkan tumpukan berkas. Ada beberapa meeting penting di berbagai divisi untuk menangani semua kasus salah input data. Berbagai macam klaim dan ketidakpuasan membuatnya sedikit lelah. beruntung Terra dan Puspita membantunya, juga peranan Najwa dan Lusy.
Karena puasa, mereka melewatkan makan siang. Begitu juga Khasya, ia tadi sempat makan jadi tak perlu repot makan secara sembunyi-sembunyi pada karyawanya yang berpuasa.
Hingga tak terasa waktu pulang tiba. Mereka semua menyimpan data dan menandai file. Semua bergegas pulang. Terra dan Puspita memilih satu mobil.
"Oh ya, setelah berbuka atau setidaknya setelah sholat tarawih kalian tak langsung pulang," pinta wanita itu.
"Ada apa bun?" tanya Puspita penasaran.
"Nanti juga kamu tau kok," jawab wanita itu.
Mereka pun pulang ke mansion Herman. Semua sudah berkumpul di sana. Tentu saja yang jadi pusat perhatian adalah para perusuh yang makin rusuh.
"Ata' Bomesh janan seunenat bedithu don!" teriak Bariana protes.
"Woh ... spasa yan seupenatna Baby Baliana. Ata' syudah meulatutan yan halus Ata' larutan!' sergah Bomesh tak mau kalah.
"Pati tan peustina Baliana yan peubih bulu!"
Perdebatan tak tentu arah tujuan percakapan dibiarkan begitu saja oleh para orang dewasa, bahkan menjadi tontonan menarik bagi Lidya, Saf, Jac juga Putri. Demian sibuk mengganggu dan memprovokasi bayi-bayi itu.
"Jangan mau kalah baby ... kan Baby Bariana mestinya nggak minta mobilmu kalau ingin merusaknya!"
"Dem!" peringat Herman.
Demian mengerucut. Akhirnya Darren menengahi pertengkaran kakak beradik itu.
"Kalian kan puasa, jadi nggak boleh marah, nanti bisa apa?"
"Pisa bantal!" teriak para bayi kompak.
Darren tertawa mendengar jawaban para bayi itu. Saf mencium gemas mereka sedang Lidya menggelitik mereka.
"Mommy ... apa waktu buka masih lama?" tanya Harun tak sabaran.
"Belum baby ... masih dua jam lagi," jawab Puspita.
"Apa baby mau buka dulu?" tawar Saf.
"Janan beunoda tuh uma ... atuh pidat bawu bantal!" ujar bayi itu sambil membuang muka.
"Astaga ... yang minum susu tadi siapa ya?" tanya Saf dengan nada gemas.
Harun acuh tak acuh akan perkataan wanita itu. Bayi itu kembali duduk dengan lesu bersama saudaranya.
Arion, Harun, Azha, Arraya, Bomesh, Sky dan Bariana duduk dengan sabar di sofa. Padahal Bomesh dan Bariana tidak berpuasa, tapi dua bayi itu ikut merasa berpuasa.
Sky melihat es kelapa muda yang dituang di mangkuk besar. Balita itu merasakan betapa dahaganya akan hilang jika air kelapa itu membasahi tenggorokannya yang kering.
Perlahan Sky bergeser ke arah mangkuk itu. Ia pun menyentuh luar mangkuk yang mengembun karena es. Perlahan ia menarik tangannya dan menghisap jemari yang tadi menyentuh mangkuk itu.
"Eundat peulasa," gumamnya lirih.
Saf tak tega melihat betapa Sky yang tengah berusaha menghilangkan dahaganya.
Rupanya bukan hanya Saf yang memperhatikan kelakuan Sky, tapi semua saudaranya. Mereka mendekati balita itu dan bertanya.
"Ata' Spy batain?" tanya Arion berbisik.
"Syuma beuntuh imi ... dinin woh!' jawabnya.
"Bausna ilan?" tanya Bomesh penasaran.
Ia mengikuti perbuatan Sky dengan menyentuh ujung jarinya ke luar mangkuk dan langsung menghisapnya.
"Eundat lasa pa'a-pa'a?" ujarnya berpendapat.
"Yan pilan peulasa spasa?" tanya Sky mencebik.
Bomesh diam. Ia memang tak mendengar jika hal yang ia lakukan itu berasa. Ia pun menggeleng.
"Kalian boleh kok buka duluan," sahut Saf yang sudah tak tega.
"Bemanan pudah buta Uma?" tanya Bariana dengan mata bulat dan jernih.
"Kalo untuk orang dewasa sih belum. Tapi, buat kalian boleh deh buka duluan," jawab Safitri.
"Telus buasana babat palala eundat?"
Saf mengerutkan kening. Ia mencerna apa perkataan Arraya barusan. Lama, ia berpikir tapi tak jua menemukan jawabannya.
"Sudah, tidak apa-apa kalo kalian mau buka duluan. Spasa yan mawu?!"
"Payah!" teriak para bayi kompak.
bersambung.
ah ... Arraya ngomong apa yaa?
next?