Ling Zhi seorang Ratu kerajaan besar, tiba-tiba terbangun di tubuh seorang wanita yang terbaring di sebuah ruangan bersalin. Dirinya berpindah ke masa depan, sebagai seorang ibu dan istri yang tidak diinginkan bernama Shera.
"Aku tidak pernah menunduk pada siapapun!"
Ikuti perjalanan nya menjadi seorang Ibu dan wanita hebat di masa depan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mertua
"Turunkan tatapan mu, Shera." Ucapnya dengan menggeram kesal.
"Apa yang salah dari tatapan ku? Apa kau tidak suka? Jika tidak, kau bisa menatap yang lainnya." Balas Shera tak kalah berani.
"Sepertinya kau merasa diatas awan setelah melahirkan seorang putra, apa kau pikir perjanjian akan berubah?" Shera menurunkan tatapannya, tapi bukan karena takut, melainkan berpikir perjanjian mana yang dimaksud. Ingatan wanita yang ditempatinya, tidak memberikan penjelasan selain ingatan istri yang tidak diinginkan.
"Aku tidak peduli dengan perjanjian nya."
"Tapi aku peduli! Ingat baik-baik!"
"Minggir! Kecilkan suara mu!" Dengan tangan satunya, Shera mendorong tubuh kekar itu hingga menjauh dari putranya yang terganggu dengan suara keras itu.
"Beraninya kau mendorong ku...."
"Kenapa? Aku bisa melayangkan pisau padamu, aku tidak terima seseorang menganggu putraku! Tidak seorangpun! Kalau kau kesini hanya untuk bicara tidak penting, maka pergilah!" Tatapan pria itu tertuju pada bayi mungil yang tampak terjaga dan gelisah, wajah bayi itu....
"Shera!" Seseorang datang dan membuat keduanya diam bersamaan. Shera melirik sejenak pria yang berusia paruh baya datang dengan wajah gembira.
"Apa ini cucuku?" Ucap pria itu, Shera meliriknya lagi, dan ia merasa pria ini adalah....
"Papa kesini?" Ucap suaminya dengan datar.
"Tentu saja, aku mau melihat menantu dan cucu ku." Balasnya dengan datar.
'Sepertinya hubungan mereka tidak baik, apa ada kaitannya dengan Shera?'
"Shera, boleh Papa gendong?" Pinta laki-laki itu dengan penuh harap. Merasa pria yang merupakan mertua nya berpihak padanya, Shera memberikan putranya.
"Dia baru saja terjaga." Tutur Shera sambil menyerahkan putranya.
"Kenapa? Apa dia masih lapar?" Shera menggeleng cepat.
"Tidak, hanya saja ada suara bising hewan entah dari mana." Tentu ucapan Shera langsung membuat mata tajam itu menatapnya, tapi apa pedulinya.
"Tidak apa, dia sedang mengenali dunia barunya. Astaga, kau sangat tampan cucuku. Dan sangat mirip.... Tapi semoga tidak dengan sifatnya." Shera terkekeh mendengar penuturan mertuanya yang sekarang tatapan itu pindah padanya.
"Apa maksud Papa?" Tanyanya dengan perasaan yang mulai kesal, tidak.... Dia sudah sangat kesal.
"Apa? Memang aku bicara apa? Kenapa kau terlihat tersinggung Abraham?"
"Bagaimana keadaan mu Shera?" Tidak mempedulikan putranya, pria itu menanyakan keadaan menantunya.
"Lumayan, awalnya aku merasa sakit dan nyeri, di bagian sini. Tapi sekarang sudah berkurang." Tutur Shera membuat pria itu mengangguk.
"Papa sudah katakan pada dokter untuk memberikan obat terbaik untukmu, tidak lama, kau akan segera sembuh."
"Terimakasih." Ucap Shera.
"Kau mau kemana Abra?" Langkahnya langsung terhenti sebelum menuju pintu keluar.
"Pekerjaan, aku sudah melihatnya seperti yang Papa minta. Apa aku harus tidur dan berjaga semalaman disini?" Ucapnya dengan sinis, mertuanya melihat ke arah Shera, seolah memastikan sesuatu.
"Abra, kau...."
"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri, lagipula apa yang akan dilakukannya disini? Dia tidak dokter, tidak juga suster. Untuk apa disini? Putraku hanya butuh ibunya, benar kan sayang?" Shera mengambil alih putranya, tampak ada kerutan di kening itu mendengar penuturan menantunya.
"Lagipula siapa yang ingin bersamamu? Dan ya, itu hanya putramu!" Abraham berbalik dan menatap Shera seolah menjelaskan satu persatu kalimat nya.
"Tentu saja, dia lahir dari rahim ku! Tentu saja dia hanya putraku! Kau pikir apa aku akan memohon padamu untuk tinggal disini?" Jawab Shera membuat penghuni disana terkesiap. Dan tentu, itulah nyatanya pemikiran Abraham.
"Memohon adalah salah satu senjata andalan mu, apa kau sekarang berpura-pura tidak ingat?"
"Anggap saja seperti itu.... Dulunya. Tapi sekarang, itu tidak akan ada lagi." Tak perlu menatap lawannya, Shera berujar sambil membelai lembut pipi putranya.
"Mari kita lihat! Aku jamin, kau akan meminta nya pada papaku, seperti yang kau lakukan! Memang apalagi yang bisa dilakukan wanita manja seperti mu! Selain menangis dan memohon!" Setelah mengatakannya, Abraham langsung pergi dari sana.
"Abra!" Teriak papanya, tapi tentu saja tidak didengar. Meksipun dia mendengar nya sekalipun.
"Shera, jangan dipikirkan. Dia sedang...."
"Tidak, aku tidak akan memikirkan nya. Untuk apa aku memikirkan hal yang tidak penting sama sekali. Sekarang, aku hanya memikirkan hari-hari ku bersama putraku saja."
"Shera...."
"Sudah cukup Papa membantuku. Sekarang aku bisa sendiri, apa Papa tidak percaya pada seorang Ibu?" Shera tentu harus bersikap senatural mungkin dalam perubahan nya.
"Ya, Papa percaya padamu. Kau berubah menjadi wanita tangguh sekarang."
"Wanita bisa berubah dengan beberapa alasan."
"Apa kau sudah berikan nama?" Shera tampak berpikir sejenak, dulu dia tidak memiliki seorang putra. Menatap wajah putranya dengan dalam, Shera memejamkan matanya berharap ada ingatan dari tubuh ini. Dia sedikit berbaik hati menyambungkan nama pilihan tubuh ini, tapi sepertinya tidak.
"Leo Ivander. Itu namanya." Senyuman langsung tercetak di wajah mertuanya mendengar nama cucu tampan nya.
"Cucuku Leo! Shera, kau tidak keberatan dengan nama Jonathan dibelakang nya bukan?"
"Meskipun pernikahan kalian tidak berjalan sebagaimana seharusnya, tapi darah Abra mengalir deras pada Leo."
"Tentu saja, kenapa Papa bertanya. Itu nama keluarga, dan nama Papa juga diiringi dengan Jonathan."
"Kau wanita yang cerdas."
'Entah kapan Abraham menyadarinya.' Lanjutnya dalam hati.
"Papa akan bertanya pada dokter, kapan kepulangan mu. Papa tidak sabar, menyambut cucu tampan ku di rumah."
"Iya."
**************
"Ada apa Abra?" Sosok fashionable itu menyambut kedatangan Abra yang terlihat kesal dan sudah memerah seperti direbus.
"Wanita itu ma! Wanita itu membuat ku kesal!" Ucap Abra sambil menendang vas yang dilihat nya.
"Kenapa lagi dengan nya? Apa dia memohon padamu dengan air matanya? Atau ia mengadu pada papa mu?"
"Tidak keduanya!" Jawab Abra.
"Lalu apa Abra?" Tanyanya dengan bingung, maksud ucapan putranya.
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
ternyata tuan josept tau abra pergi dg kekasihnya