Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Dari Sang Tunangan
Setelah jam makan siang Damar kembali ke perusahaan. Banyak yang harus ia kerjakan.
"Apa yang terjadi Dam ?" suara Awan mengalihkan Damar dari pekerjaaan yang sedang ia lakukan.
Awan mengambil tempat duduk di sofa yang ada di ruangan Damar sebagai wakil direktur.
"Polisi masih menyelidiki penyebab ledakan, pa." jawab Damar sambil memijit keningnya.
"Lalu bagai mana dengan korbannya ?" tanya papa Awan lagi.
Sebagai pemilik perusahaan Awan memang sudah mendapatkan laporan tentang kejadian di pabrik. Tapi dia tetap ingin bertanya kepada Damar karena putranya itu berada di tempat kejadian dan menyaksikan itu secara langsung.
"Seorang pengawas dari pabrik mengalami patah tulang kaki sebelah kiri dan Naya yang kemungkinan mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya." jawab Damar sesuai apa yang dokter katakan kepadanya.
"Ya Tuhan. Papa tidak menyangka bisa separah itu." Awan mengusap wajahnya kasar.
Naya salah satu karyawannya yang begitu disiplin dan ulet dalam bekerja. Sayangnya harus mengalami nasib buruk.
"Secepatnya kau urus santunan untuk mereka dan berikan perawatan yang terbaik." perintah Awan sebelum keluar dari ruangan Damar.
Sebagian besar urusan perusahaan memang Awan menyerahkan kepada putra sulungnya karena nanti pun ia akan menyerahkan perusahaan ini kepada Damar. Sedangkan Revan, putra keduanya lebih tertarik menjadi dosen seperti ibunya dari pada mengurus perusahaan dan Aulia putrinya yang paling bungsu itu masih sekolah SMA dan bercita-cita untuk menjadi dokter.
*
Di rumah sakit.
Menjelang sore Naya mulai mengerjabkan mata setelah hampir lima jam tertidur akibat efek bius saat operasi.
"Naya." suara pak Budiman memanggil putrinya.
Pria tua merasa lega karena putri satu-satunya akhirnya sudah sadar.
"Ayah." lirih Naya menoleh ke arah Pak Budiman yang duduk di samping tempat tidur.
"Syukurlah kau sudah sadar. Jangan banyak bergerak dulu." kata Pak Budiman ketika melihat Naya yang berusaha untuk bangun.
"Sakit, ayah." rengek Naya yang merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
Wanita yang berusia dua puluh lima tahun itu sampai mengeluarkan air mata karena rasa sakit yang mendera tubuhnya. Naya memang cengeng dan manja pada sang ayah di saat sakit meskipun sudah se dewasa ini.
"Iya. Ayah tau. Naya sabar ya, ayah akan panggilkan perawat." Pak Budiman mengusap kepala Naya dengan sayang untuk menenangkannya layaknya menenangkan anak kecil.
Beberapa saat kemudian dua orang perawat datang memeriksa Naya dan memberikan suntikan obat pada infusnya untuk mengurangi rasa sakit.
Pukul lima sore, Candra yang baru pulang kerja langsung datang ke rumah sakit.
"Mas Candra." Naya tersenyum melihat pria yang ia cintai datang dengan membawa sebuket bunga.
Pak Budiman langsung berdiri untuk memberikan Candra duduk di samping Naya.
"Om sebaiknya om pulang dulu istirahat. Biar saya yang menjaga Naya." kata Candra karena tahu calon ayah mertuanya itu sejak pukul sepuluh pagi tadi menjaga Naya.
"Tidak apa-apa. Om akan istirahat di sini saja." tolak Pak Budiman yang masih sangat mengkhawatirkan putrinya.
"Makan ya. Aku suapi." pujuk Candra dengan lembut.
Makanan di meja ujung tempat tidur masih utuh itu artinya Naya belum makan. Candra kemudian menggeser meja itu mendekat. Pria itu mulai membuka makanan.
"Mau makan ini atau makanan yang lain ? aku akan carikan." tanya Candra lagi. Takutnya Naya tidak mau makan makanan dari rumah sakit.
Candra memang begitu mencintai dan sangat perhatian kepada Naya.
"Tidak usah. Yang ini saja. Mas pasti capek baru pulang kerja." kata Naya yang tidak mau menyusahkan kekasihnya.
Candra lalu mengambil makanan itu dan mulai menyuapkan pada mulut Naya sambil tersenyum. Selain cantik, Naya juga sangat pengertian dan penuh kasih sayang. Candra sangat beruntung karena akan memiliki istri seperti Naya.
Di tengah kehangatan Candra yang sedang menyuapi Naya tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar rawat Naya. Sontak saja mereka berdua mengalihkan pandangan ke arah pintu.