Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu. Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih.
Alexander Monoarfa jatuh cinta pada Rihana Fazira dan sempat kehilangan jejak gadis itu.
Rihana dibesarkan di panti asuhan oleh Bu Saras setelah mamanya meninggal. Karena itu dia takut menerima cinta dan perhatian Alexander yang anak konglomerat
Rihana sebenarnya adalah cucu dari keluarga Airlangga yang juga konglomerat.
Sesuatu yang buruk dulu terjadi pada orang tuanya yang ngga sengaja tidur bersama.
Terimakasih, ya sudah mampir♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar Rihana
"Aku bingung, apa nanti yang bisa ku jawab kalo mama kamu nanya siapa aku," ucap Rihana setelah tangisannya reda.
Dia menatap Alexamder dengan matanya yang basah.
Alexander mengusap pipi yang masih basah itu dengan lembut.
"Ngga usah dijawab."
Rihana menatap Alexander dengan bingung.
"Kamu, kan, bukan sedang diwawamcara kerja," senyum lembut Alexander membuat Rihana juga menaikkan sesikit sudut bibirnya.
Alexander melirik jam tangannya.
"Kita berangkat ya. Nanti kamu telat."
"Eh, iya," gugup Rihana mulai tersadar.
"Kayaknya aku bakal telat ni," kata Rihana mulai panik. Lupa tadi nangisnya lama banget.
Alexander tampak tenang dengan menahan tawannya sebisa mungkin.
"Tenang, ngga akan telat."
Rihana pumya firasat jelek.
"Alex, antar aku di depan minimarket aja, ya. Ngga enak sama pegawai yang lain," pinta Rihana sebelum Alex menekan pedal gasnya lebih dalam
"Kenapa?" senyum Alex mulai terlihat jalil.
'Ngga enak kelihatan sama yang lain. Kalo Pak Bos lihat, aku bisa langsung dipecat ntar," manyun Rihana.
"Malah bagus, kan. Langsung jadi aspri ku, yah," canda Alexander tapi aslinya serius.
"Ngawur," tawa Rihana terdengar perlahan.
"Aku serius Ziraa."
Rihana terdiam sambil menatap Alexander
"Kerjaan asisten pribadi itu apa?"
"Nanti aja aku jelasin. Kamu mau telat?" Alex mulai menekan gasnya lebih dalam. Mobil pun melesat memasuki pintu tol dan melaju kencang setelahnya
"Alex!" kaget Rihana karena mobil melaju sangat kencang.
"Aku lagi konsentrasi, Zira," larang Alex saat Rihana mau protes. Dia pun mengambil jalur cepat agar bisa ngebut.
Rihana belum pernah naek mobil dengan kecepatan seperti ini. Rihana ngga takut, hatinya percaya saja kalo Alexander akan tetap hati hati dan penuh perhitungan. Hanya saja tadi dia kaget karena Alexander begitu cepat merubah ritme kecepatan mobilnya.
Dan saat menoleh dan menatap Alexander, jantung Rihana berdebar aneh.
Alexander terlihat sangat tampan. Pantas saat dia balapan, banyak perempuan yang memujanya dan jatuh cinta padanya. Karena saat itulah dia terlihat tangguh dan kharismanya keluar semua. Tampannya bagai lukisan yang sempurna yang sering digambarkan para punyair terkenal.
Gimana Rihana ngga jatuh cinta berkali kali dengannya.
Alexander menepati janjinya. Masih ada lima belas menit waktu Rihana untuk berjalan kaki dari minimarket ke perusahaan tempatnya bekerja
"Terimakasih," kata Rihana sambil melepas seatbelt.
"Sama sama," sahut Alexander sambil merapikan rambut Rihana yang agak berantakan karena menangis tadi
"Aku lebih suka mengantar kamu sampai ke depan perusahaan, Zira," kata Alexander agak enggan melihat Zira-nya harus berjalan kaki cukup jauh.
Lagian kenapa harus ditutupi. Lebih cepat Om Dewan dan Aurora tau akan lebih baik.
"Aku ngga enak sama teman teman juga, Alex. Maaf, ya. Nantilah aku janji," balas Rihana sambil membuka pintu mobil dengan wajah merona.
Tiap sentuhan yang dilakukan Aexander selalu membuat aliran darahnya terasa hangat.
"Oke, hati hati," kata Alexander berusaha maklum. Dia pun membalas senyum Zira-nya sebelum gadis itu berjalan dengan langkah cepat memasuki perusahaannya.
Setelah gadis itu menghilang, Alexander pun melarikan mobilnya ke perusahaan papinya.
Nanti setelah jam makan siang dia akan ke perusahaan tempat Rihana bekerja. Ada meeting dengan Om Dewan dan direktur di sana.
Alexander bersyukur, walaupun awalnya enggan bekerja sama dengan perusahaan Om Dewan, dia akhirnya bisa bertemu dengan Zira-nya karena proyek ini. Mungkin jalannya jodoh memang berliku.
Padahal awalnya dia enggan karena tau proyek besar ini bertujuan untuk mendekatkannya dengan putri Om Dewan, Aurora yang sudah dia anggap.sebagai adiknya.
Kini dia lebih bersemangat lagi karena setiap menjejakkan kakinya ke perusahaan Om Dewan, seakan rindunya tersampaikan. Padahal belum tentu saat berada di sana dia akan bertemu Zira-nya.
Setelah Alexander ngga melihat Zira-nya, dia pun melajukan mobilnya ke arah perusahaannya dengan hati penuh warna. Apalagi mengingat nanti malam Zira-nya setuju menemui mami dan papinya.
Perjodohan yang direncanakan keluarganya pun ngga akan pernah bisa dilakukan.
"Itu mobil Alexander, kan?" tanya Dewan Iskandardinata ketika melihat mobil yang barusan melewati mobil mereka.
Aurora merasakan dadanya sesak dan hatinya sakit karena ada luka yang menganga.
Apa Kak Alex mengantar jemput perempuan itu seperti padanya waktu di Inggris?
Gadis itu apakah sangat istimewa di hati Kak Alex?
"Iya, pa."
Dewan Iskandardinata menghembuskan nafas panjang. Dia tau pasti putrinya sangat sedih.
Dalam hati Dewan penasaran, pegawainya yang mana yang sudah berhasil menarik perhatian Alexander. Sampai membuat putra sahabatnya itu terpikat, dan mengacuhkan keberadaan putrinya.
Apa dia dan orang tua Alexander salah paham dengan kedekatan keduanya saat di Inggris?
Kembali Dewan menghembuskan nafas panjang.
Saat melirik putrinya, hatinya serasa di cubit. Wajah putrinya tersaput mendung.