Mengejar Cinta MAS Ojol

Iwan dan Tia kembali bercinta hingga pagi hari. Bahkan Tia tidak mau menyudahinya. Entah, dalam pikiran Tia saat bercinta dengan Iwan sangat memuaskan.

" Aku heran, kenapa kamu bisa kuat sampai pagi, padahal kami berdua. Winda sudah menyerah tadi malam" Ucap Tia seakan penasaran dengan Iwan yg masih perkasa sampai pagi. Padahal melayani dua wanita sekaligus.

" Jujur aku sengaja, karena Winda minta kalian berdua. Maka aku meminum obat walau hanya sedikit. Tidak mungkin semalaman untuk bercinta bertiga seperti ini tanpa itu. Selain itu aku tidak menggunakan perasaanku. Karena tujuanku adalah memuaskan kalian berdua. Apakah kamu ingin menyudahinya?" Sahut Iwan, namun gelengan kepala diberikan oleh Tia.

" Aku pingin sampai benar benar puas. Karena baru kali ini mendapatkan t*t*t yg besar seperti milikmu. Rasanya sungguh nikmat. Ahhh aku suka. Terserah mau pakai obat atau apa, yg penting aku puas"

" Mau lagi?"

" ho ohhh"

Dan Iwan memulainya kembali, Iwan seperti tidak kehabisan tenaga, sebab ia hanya menerima dibawah. Sementara Tia yg memacu kudanya hingga pagi menjelang.

Tia kewalahan, hingga ia pun terlentang dengan senyuman puas hingga pagi. Ia pun memejamkan mata untuk tidur karena lelah sudah menjalar ditubuhnya. Tulang seperti telah lepas dari sendinya. Namun tidak lama setelah itu, Winda terbangun, membuat gairah Iwan kembali. Dan Winda pun menjadi sasaran Iwan, hingga kembali menyerah.

Keduanya dibuat menyerah oleh Iwan. Dan Iwan pun pamit karena informasi tentang siapa pak Suhendar sudah ia dapat. Dan meninggalkan Tia serta Winda pagi hari. Kini tujuan Iwan adalah ketemu dengan pak Suhendar, agar semua lebih jelas mengenai kakaknya Deswita.

***

Sesampainya di kontrakan, Iwan pun membersihkan diri. Dan melepas semua kulit palsu yg ada di kemaluan dan sebagian tubuhnya. Tia dan Winda tidak tahu, jika yg mereka pakai adalah sebagian barang palsu milik Iwan. Namun terlihat nyata saat dipakainya. Serta bisa mengeluarkan seperti aslinya.

Iwan hanya memakai barang asli miliknya untuk Sheila dan Riska. Dan tidak yg lain, sebab ia ingin melindungi dirinya juga terhadap hal yg tidak di inginkan.

Iwan pun istirahat lebih dahulu, karena sore hari harus menjemput Sheila di tempat Riska. Entah mengapa perasaannya terbelah menjadi dua. Walau sebenarnya tentang Riska hanya untuk bersenang-senang, itu pun hanya untuk meluangkan waktu. Tidak seperti Sheila yg selalu setia berada disisinya.

Lama kelamaan mata Iwan pun terpejam. Lelah yg ia rasakan. Melayani dua wanita yg tidak ada komprominya.

***

Sore harinya Iwan sudah menuju apartemen Riska, dan kebetulan keduanya sudah menunggu. Hingga tak lama kemudian Iwan pun sampai di depan pintu apartemen. Sheila sudah langsung menyambut dengan pelukan hangatnya. Membuat Riska menggerutu kesal.

" Ck, cip*kannya entar apa!, jangan dihadapanku" Ketus Riska, kemudian menuju dapur mengambilkan air minum untuk Iwan.

Sementara Sheila sudah duduk dipangkuan Iwan, bergelayutan manja. Bahkan enggan untuk terlepas.

" Lama banget sih, bete tahu menunggu mas!"

" Tadi ketiduran di kontrakan sayang, cup " Sahut Iwan kemudian mencium kening serta pipi Sheila. Kemudian melumat bibir Sheila yg cemberut. Sheila pun membalasnya antusias.

" Ah elah, masih lanjut teroooosss!!"

Riska datang sambil geleng geleng kepala, melihat pasangan yg sudah selayaknya suami istri sedang bertemu.

" Cemburu lu Ris" ketus Sheila, namun masih tetap berada di pangkuan Iwan.

" Ngapain cemburu, kan milik lu Shell. Gw mah apa coba" Celetuk Riska kemudian meninggalkan pasangan yg sedang memadu rindu. Riska masuk ke kamar bermaksud untuk mandi.

" Dah mandi sono, bau asem. Dari pagi belum mandi juga" Sahut Sheila kemudian merebahkan tubuhnya di dada Iwan. Iwan pun membelai Sheila, walau semalam tenaganya sudah terkuras habis. Namun jika dengan Sheila seakan bangkit kembali.

" Mau pulang atau entar?" Tanya Iwan kepada Sheila.

" Entar dulu mas, Rindu. Yg bawah juga rindu digoyang" Sahut Sheila mengedipkan satu matanya.

" Ayuk mumpung Riska mandi" Ucap Iwan, dan Sheila tersenyum sambil mengangguk.

" Mandinya lama biasanya. Tahu apa yg digosok" Celetuk Sheila. Iwan sudah mengeluarkan tongkat bisbol miliknya, lebih mudah karena pakai celana training.

" Isss, engga pakai celdam" Sheila bergidik, karena kelakuan Iwan.

" kamu juga kan, sengaja?"

" ho ohhh, mau ngerjain Riska, habis dari pagi yg diomongin mesum mulu" sahut Sheila sambil memasang tongkat bisbol Iwan masuk kandang. Sheila mendesaaaahh perlahan. Naik turun tiada henti. beruntung memakai dress yg agak panjang. Sehingga menutupi penyatuannya.

" Begini terus sampai Riska keluar?"

" ho oooh, shittt.." Sahut Sheila tengadah, karena tidak tahan. Hingga mencapai klimaksnya yg pertama.

Diciumnya wajah Sheila berulangkali, rasa rindu Iwan terhadap pasangan ini sungguh sudah menjadi candu dirinya.

" Sialan malah bercinta di sofa. Kalian bener bener emang" Ketus Riska yg keluar dari kamar, sudah memakai pakaian yg rapi. Tidak menggunakan kain tipis dan menantang.

" Kalau kangen gw begini Ris, salahnya sendiri punya pacar di luar negeri. Kalau pingin?, hayo mau pakai botol kecap!" Celetuk Sheila sambil cekikikan. Kemudian bergoyang kembali. Walau tidak begitu terlihat penyatuan antara Iwan dan Sheila, karena tertutup dress milik Sheila.

Namun celana Iwan terlihat tidak terpasang dengan sebenarnya. Riska hanya geleng geleng kepala, melihat kelakuan pasangan didepannya. Hingga Iwan dan Sheila terlihat mengejang, karena sampai ke klimaksnya.

" Bangs*t !!, kalian bener bener ya..!!"

Riska menelan ludahnya kasar, melihat dengan nyata, Sheila dan Iwan didepannya itu. Kemudian Riska mengambil langkah seribu menuju kamarnya kembali

Braaakkk...

Iwan dan Sheila tertawa lepas, melihat Riska berlari menghindarinya. Kemudian Sheila pun turun dan mendekap Iwan. Entah rasa apa yg rasakan oleh Sheila saat ini. Hanya ada perbedaan terlihat dari Iwan, yg tidak seperti biasanya. Namun Sheila tidak menemukan kejanggalan yg ada. Ia engga melepas Iwan sampai kapanpun.

Iwan dan Sheila mendatangi kamar Riska untuk pamit pulang. Namun hanya teriakan Riska terdengar. Yang akhirnya Sheila dan Iwan pun keluar untuk pulang. Sekalian malam Minggu berdua dengan Iwan.

Sementara Riska pun keluar dari kamar, tampak dari pipinya, air mata yg mengalir dipipinya. Ketika melihat Iwan pergi meninggalkan dirinya.

" Aku tak tahu perasaanku saat ini. Entah, aku tidak mau kehilangan, ataupun tidak mau jauh darimu. Tapi dari hatiku yg paling dalam aku menginginkan dirimu. Hanya dirimu seorang. Ini perasaan cinta atau hanya keinginanku selalu bersama. Tapi aku tidak rela jika kau selalu bersama Sheila. Tapi aku bukanlah wanita yg kejam dan merebutmu dari Sheila yg kau cinta"

Riska pun akhirnya menangis tersedu. Untuk meyakinkan perasaannya saat ini. Agar tidak menyakiti Sheila sahabatnya. Walau ia tahu, itu semuanya mungkin terjadi. Dan Riska mencoba menahan diri. Lama kelamaan Riska pun tertidur karena rasa gundah di hatinya.

...****************...