NovelToon NovelToon
Suamiku Tak Mau Menyentuhku Lagi

Suamiku Tak Mau Menyentuhku Lagi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:249.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Budy alifah

Rumah tangga Nada Almahira bersama sang suami Pandu Baskara yang harmonis berubah menjadi panas ketika ibu mertua Nada datang.

Semua yang dilakukan Nada selalu salah di mata sang mertua. Pandu selalu tutup mata, dia tidak pernah membela istrinya.

Setelah kelahiran putrinya, rumah tangga mereka semakin memanas. Hingga Nada ingin menyerah.

Akankah rumah tangga mereka langgeng? Atau justru akan berakhir di pengadilan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Budy alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

"Nada!" teriak Pandu dengan terus menggedor pintu.

"Pandu cukup! Jangan mau menjadi pengemis cinta. Sekarang kita pulang!" Wina menyeret Pandu ke dalam mobil miliknya

"Cerai ya cerai saja, begitu kok repot. Kau tidak akan kekurangan wanita." Wina menarik tangan Pandu membawa pergi dari rumah Nada.

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya Wina terus mengoceh. Sampai telinga Pandu rasanya panas. Sesampai di garasi rumahnya. Dia menutup pintu mobil dengan keras.

"Pandu, apa maksud kamu seperti ini?!" kata Wina tidak terima dengan Pandu yang membanting pintu tepat di pandangannya.

"Buk, aku sedang mempertahankan rumah tanggaku. Kenapa ibu terus menggangguku!" teriak Pandu. Saat dia ingin berbaikan dengan Nada, entah magnet apa yang dimiliki ibunya. Sampai-sampai selalu datang dimoment itu.

"Apa yang kau harapkan dari dia?" tanya Wina, seolah keluarga anaknya itu sudah hancur dan tidak bisa diselamatkan.

"Aku punya anak yang harus aku cukupi kebutuhannya. Dia membutuhkan aku buk," Pandu menunjuk-nunjuk dirinya sendiri.

"Nada sudah kaya, kenapa kau harus mencukupinya? " kata Wina dengan entengnya. Mendengar pembicaraan Nada dan Pandu tadi, membuat Wina berpikir kalau anak laki-lakinya tidak perlu lagi menafkahi putrinya.

"Buk, dia anakku." Pandu geregetan karena ibunya tidak mau mengertinya.

"Lupakan mereka, lagipula kau bisa mendapatkan anak lagi dari Vero. Perempuan yang lebih baik dari Nada," tegas Wina.

Dia memang gila harta, tapi tidak berlaku dengan Nada. Kebenciannya sudah mendarah daging. Jadi, sekaya dan sebaik Nada pun tidak akan tergoyah hati Wina.

"Aku tidak mau, lagipula jika aku ingin menikah lagi. Eva yang akan menjadi calon istriku!" seru Pandu lalu berjalan masuk ke rumahnya.

Wina mengejar putranya, dia memastikan apa yang dia dengar tidak salah?

"Pandu, kamu bilang apa?" tanya Wina. "Eva?" memastikan pendengarannya tidak salah.

"Ya, Eva. Dia gadis yang baik." Pandu mempertegasnya.

"Ya ampun Pandu, kau itu seleranya kenapa rendahan sekali. Kemarin Nada, sekarang Eva. Buka matamu!" katanya sambil menggelengkan kepala. Wina capek memberi pengertian putranya. Dia tidak bisa diajak untuk mendapatkan sesuatu yang menunurutnya unggulan.

"Cukup Buk, Eva bukan rendahan!" ucapnya.

"Mas, Buk, bisa tidak berhenti berdebat. Malu, teriak-teriak dari tadi. Jadi tontonan orang kalian tuh." Ayu mencoba melerai perdebatan ibu dan kakaknya.

"Mas, ada surat." Ayu memberikan surat setelah ibu dan kakaknya tenang.

Pandu menerima lalu duduk di sofa untuk membaca isi suratnya. Wina penasaran, tapi karena masih jengkel dengan Pandu tidak mau duduk bersamanya.

Pandu mendengus, ia membanting lembaran-lembaran kertas yang baru saja dia baca. Lalu beranjak pergi ke kamarnya.

"Apa isinya?" Wina dan Ayu bergegas membaca isi surat yang sampai membuat Pandu murka.

Kedua mata Wina berbinar, surat panggilan untuk sidang pertama. Dengan begini, Pandu akan segera lepas dari Nada.

"Ibu, apa tidak masalah Mas Pandu cerai dengan Mbak Nada?" Ayu cemas jika perceraian ini akan mengguncang mental Pandu.

"Tentu saja, sudah lama ibu ingin wanita rendahan itu pergi dari rumah ini," katanya dengan senyuman lebar. Dia memasukan berkas kembali lalu menaruhnya dengan rapi.

"Tapi, Mas Pandu sangat menyayangi Mbak Nada. Masih terlalu kecil juga Shanum untuk ditinggal," Ujar Ayu.

Ayu lebih berperasaan memikirkan keadaan kakak laki-lakinya dan keponakannya. Mereka pasti akan menderita dengan perpisahaan ini.

"Ayu, berhenti membela perempuan sialan itu. Apa kau tidak ingat bagaimana dia mempermalukanmu?" Wina mengingatkan Ayu di pesta ulang tahunnya yang membuat dia menjadi tranding topik di kampusnya.

"Aku ingat buk, mungkin juga yang dikatakan Mbak Nada benar. Semua ini bukan hak kita," katanya mulai terbuka paksa pikirannya dengan makian yang diberikan teman-temannya.

"Ayu, jangan bodoh kamu. Justru Nada yang tidak berhak atas uang kakakmu. Dia itu hanya orang asing di keluarga kita," cerca Wina. Dia meminta Ayu hanya diam menikmati semuanya. Tanpa harus ikut campur urusannya.

...----------------...

Nada tersenyum kecut membaca suratnya, akhirnya tiba juga sidang perceraian itu. Sebentar lagi dia akan resmi berstatus janda.

Berat sekali rasanya, pernikahan yang digadang-gadang akan langgeng sampai maut memisahkan nyatanya pupus seumur jagung.

Penyesalannya, yang terlalu buru-buru menikah. Menikah muda memang tidak terlalu baik menurutnya. Harusnya dia masih senang-senang, berkarir dan menemukan orang yang tepat.

"Minum," Hugo menaruh minuman kemasan di meja. Suaranya yang keras membuyarkan lamunan Nada.

"Makasih." Nada segera meneguk minuman dingin itu.

"Apa tidak ada cara lain?" tanya Hugo, dia masih menyayangkan pernikahan Nada yang harus kandas.

Nada menggelengkan kepala, Pandu sudah tidak bisa diberikan kesempatan lagi.

"Apa kamu sudah memikirkan efek jangka panjangnya?" Hugo berharap Nada tidak mengambil keputusan saat marah. Takutnya menyesal karena terlalu gegabah.

"Aku sudah memikirkan masalah ini matang-matang. Kita memang tidak bisa sejalan lagi," katanya dengan senyum kecut.

Hugo ingin sekali memeluk wanita di sampingnya, wajahnya yang mulai memerah dan kedua mata yang berkaca-kaca membuatnya tidak tega.

Namun, mereka belum muhrim tidak berani menyentuhnya. Hugo hanya bisa memberikan tisu untuk Nada saat ini.

"Sabar ya, dibalik cobaan ini pasti ada hikmah dan kebahagiaan yang tidak terkira untuk kamu dan Shanum," ujarnya dengan senyum untuk menyemangati Nada.

Nada mengangguk, mengusap air matanya yang akhirnya terjatuh ke pipinya.

"Makasih ya, kamu sudah menyemangatiku," katanya dengan membalas senyuman Hugo. "Harusnya kamu tidak boleh melihatku seperti ini."

"Benar, harusnya aku melihatmu bahagia. Seperti dulu ceria, banyak senyum." Hugo membenarkan perkataan Nada.

"Waktu sudah berubah, Nada yang dulu sudah hilang," katanya dengan senyum hambar.

Dia tidak bisa seaktif sebelum menikah, senyumannya saat ini hanya menjadi hiasan saat bertemu orang-orang saja.

Dan saat sendiri, dia akan terus menangis meratapi kehidupannya yang hancur. Tidak seindah pasangan muda-mudi yang berbahagia.

"Bagaimana kalua kita berteman lagi?" tanya Hugo.

Nada mengerutkan keningnya, "Kita kan sudah bereman?"

"Kita hanya teman, belum sahabat kan?" kata Hugo yang tidak jelas.

Hugo mau Nada lebih banyak cerita dan mengadu kepadanya. Dengan begitu mereka bisa menjadi sahabat.

Hugo mau menjadi tempat bersandar Nada saat sedih ketika dia sudah benar-benar cerai dengan Pandu.

Dia ingin orang pertama yang dia cari setelah keluarganya. Dan jika Tuhan menghendaki, dia ingin menjadi teman hidupnya.

Dia akan mengutarakan perasaanya, jika waktu sudah tepat. Meskipun, Nada akan menolaknya pun tidak masalah. Yang terpenting, perasaan yang tertanam dan mengganjal di hatinya tersampaikan.

"Baiklah, kita sekarang sahabatan. Ngomong-ngomong dulu kamu sangat cuek," kata Nada mengingat dulu Hugo sangat dingin.

Hugo mengusap tengkuknya, lantas bergumam dalam hati. "Karena aku mencintaimu."

1
guntur 1609
ceritanya mantap. tapi yg buat kesal tokoh pandu yg muka tembok tingkat dewa. aku tggu ceritamu yg lain ya thor
guntur 1609
baru kalian dapat imbangnya kan.cocok mereka dapat menantu sprti vero
guntur 1609
dih ni sipandu emang muka tembok. tingkat ke pedean sdh tingkat dewa. jadi susah tk menghikangkanya lagi
guntur 1609
hahaha dasar hugo cemen
guntur 1609
hahahah mantap hugo
guntur 1609
hahahahhah radain loe pandu
guntur 1609
lah dasar begok. kau ja kalau sewa pelacur harus bayar. apalagi kau sdh ounya istri dan aanakmu. emangnya biaya hidup murah. dasar peak
guntur 1609
bagus tuh jim. otak sipandu gak akan berubah dan sadar
guntur 1609
makanya jimy jangan mendengarkan omongan sebelah pihak saja
guntur 1609
mamous kakian. tanpa kalian ketahui perusahaan yg ditempat kerja pandu adalah punya nada.
guntur 1609
dasar keluarga toxic gila. pandu gak sadar selama ni biaya rumah tangga banyak dibantu sm nada. biarkan saja tinggalkan mereka nada. keluarga toxic jangan dioertahankan lagi
guntur 1609
dasar suami gila. bisanya dia mengabaikan ank dan istrnya
guntur 1609
aku rasa ayu bukan adik kandung pandu
Enik Heri Purwanti
Terimakasih Author, sangat suka,terus berkarya 👍👍👍🙏😍😍😍
Kadek Bella: terima kasih thoor,,, sangat bagus cerita nya
total 1 replies
Enik Heri Purwanti
lanjut Thor... sangat bagus ceritanya 👍🙏😍
Safa Almira
zyuka
Enik Heri Purwanti
Luar biasa, sangat menarik.Bikin penasaran kelanjutannya 👍😍🙏💪💪
Zahara Arifin
Lumayan
Zahara Arifin
Buruk
Daplun Kiwil
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!