Novel ini menceritakan tentang kisah anak Satria dan Dinda, yang bernama Ratu. Jika berkenan bisa baca novel sebelum nya " Suami yang di anggap miskin". Tidak baca juga tidak apa-apa, langsung baca novel ini saja juga bisa.
Ratu adalah anak dari Pemilik perusahaan STR Group, demi mendapatkan pasangan hidup yang tulus, dia menyembunyikan identitasnya. Pada umur 22 tahun dan sudah menyandang S1 nya, dia menikah dengan lelaki yang bernama Arya Herlambang berusia 27 tahun.
Kedua orang ini awalnya sangat harmonis, namun kehidupan pernikahan yang diharapkan Ratu tidak terwujud, hampir semua keluarga suaminya menganggap dia tidak pantas menjadi istri Arya.
Kehidupan yang serba kekurangan membuat Ratu harus menerima tudingan dan keluhan dari keluarga suaminya, namun bagaimana ceritanya jika mereka mengetahui bahwa perusahaan tempat suami dan kakak iparnya bekerja ternyata milik ayah Ratu?
Apakah sikap mereka yang tidak bersahabat akan berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhewy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Garis dua
.
.
.
💕 HAPPY READING 💕
Apa ?
Rani terkejut saat jam pulang di panggil oleh menejer dan diberikan surat pemecatan. Rani benar-benar syok dengan apa yang sudah menjadi keputusan sang menejer.
" Apa maksud ibu memecat saya? Saya ini tidak punya salah apa-apa, kenapa saya dipecat? Apa hanya gara-gara masalah tadi ibu memecat saya? Ibu ini tidak profesional banget sih bu. Lagi pula itu juga cuma kesalahan paham saja." Tanya Rani memprotes keputusan Lisa.
" Cepat keluar dari ruangan saya. Dan ini gajimu bulan ini, meskipun besok jadwal gajian tapi tetap aku berikan sekarang."Ucap Lisa tegas sambil melemparkan amplop cokelat di atas meja.
" Bu, apa salah saya? Saya tidak terima dengan pemecatan secara sepihak seperti ini.Saya juga sudah lama bekerja di butik ini bu, apa tidak ada pilihan lain selain dipecat? "Seru Rani tetap tidak terima dipecat begitu saja oleh Lisa.
Lisa tidak mau berlama-lama lagi menghadapi Rani. Dia juga bersiap-siap untuk segera pulang. Melihat Lisa yang tidak merespon ucapannya, membuat Rani kesal dan terpaksa keluar dari ruangan Lisa dengan hati yang dongkol.
* Ini semua gara-gara Ratu, pasti Ratu yang sudah menghasut Ibu Lisa untuk memecatku. Kurangajar kamu Ratu.*Gumam Rani dengan kesal.
Di depan butik sudah ada Bima yang menunggunya di atas motor. Rani menghampiri Bima dengan wajah yang kusut.
" Kamu kenapa?." Tanya Bima heran melihat wajah Rani yang tidak bersemangat.
" Sudah cepat jalankan motornya, nanti aku ceritakan dirumah saja."Seru Rani sambil menepuk pundak Bima.
Bima tidak banyak bicara lagi, dia memutar kunci motor dan segera menghidupkan mesin motornya. Motor Bima melaju meninggalkan butik dengan pelan, hari sudah semakin sore sehingga jalananan pun sudah padat dengan kendaraan.
* Huhh apa alasan ku sama ibu? Masa iya aku jujur kalau di pecat, malu dong aku. Hemm ibu tidak boleh tahu jika aku ini dipecat, aku akan mencari alasan yang masuk akal. Aku tidak mau ibu berubah tidak menyayangiku lagi.*Gumam Rani mulai memikirkan alasan dia sudah tidak bekerja lagi.
Motor Bima sudah sampai dihalaman rumah, halaman rumah terlihat sangat kotor. Daun jambu yang berguguran membuat halaman itu semakin kotor. Semenjak Ratu pindah dari rumah itu, memang rumah sudah tidak terawat lagi. Halaman rumahpun hanya seminggu sekali di sapu dan itupun menunggu Bima libur kerja.
" Menantu kesayangan ibu sudah pulang. Cepat mandi dan istirahatlah, nanti ibu masakin yang enak-enak untuk makan malam kita."Ucap Ibu Marni menyambut dengan bahagia kepulangan anak dan menantu tersayangnya.
" Ibu dapat uang darimana bisa masak enak?." Tanya Bima penasaran.
" Dari Serli dong, anak ibu yang cantik itu meskipun masih kuliah ternyata dia juga bisa menghasilkan uang. Dia kerja part time di sebuah klinik, katanya sih kliniknya itu punya saudara temannya dan kebetulan Serli kuliah nya kan kesehatan jadi dia bisa kerja disana. Dan hari ini dia sudah gajihan, lumayanlah ibu dapat 1 juta dari Serli."Seru ibu Marni dengan bangga membicarakan Serli.
Bima dan Rani hanya bisa saling pandang, Serli yang bekerja part time saja mau memberikan uang untuk ibunya. Sedangkan mereka? Ada rasa tersentil hati Bima saat tahu adiknya rela bekerja untuk bisa membantu ibununya. Sedangkan dirinya 80 persen gajinya di pegang Rani.
" Wahh bagus dong bu kalau Serli sudah bekerja. Setidaknya dia bisa membantu kebutuhan dapur. Emm kalau aku dan mas Bima kan uangnya sengaja kami tabung untuk beli rumah, jadi maaf kalau kami tidak bantu kebutuhan rumah."Ucap Rani tetap saja berbohong.
" Sudah kalau kamu sama Bima tidak perlu mengeluarkan uang untuk keperluan rumah. Besok kan sudah jadwalnya Arya gajihan, jadi besok ibu mau kerumah Arya untuk meminta uang bulanan ibu. Gaji diakan sekarang besar, paling tidak setengah gajinya untuk ibu. Soal Serli ibu tidak meminta, tapi dia sendiri yang ngasih."Ucap ibu Marni dengan senyum cerah mengembang.
Hooekk Hoooekk Hooeekk
Serli yang saat ini sedang mengambil air minum di dapur tiba-tiba dia merasa mual dan memuntahkan isi perutnya di wastafel yang ada di dapur. Bima, Rani dan ibu Marni yang ada di ruang tamu pun langsung menghampiri Serli. Wajah Serli terlihat pucat, tubuhnya pun lemas. Hampir saja Serli jatuh, beruntung Bima sigap menahannya.
" Kamu kenapa, Serli?."Tanya Bima dengan khawatir.
" Kamu sakit, Ser?."Tanya ibu Marni.
" Lebih baik bawa Serli kekamar saja mas. Kasihan dia, lihat tuh wajahnya pucat sekali."Seru Rani yang kasihan melihat wajah pucat adik iparnya.
Bima menggendong Serli dan membawanya kekamar. Rani dan ibu Marni mengikutinya dari belakang.
" Apa kita bawa ke dokter saja, Bim?."Tanya ibu Marni.
" Emm.. Tidak usah bu. Serli tidak apa-apa, asam lambung Serli saja yang naik. Soalnya semalam Serli lembur dan tadi siang lupa makan. Serli minum obat saja nanti sembuh kok bu."Ucap Serli beralasan agar tidak dibawa ke dokter.
Dia takut seandainya dibawa kedokter dan dia benar-benar hamil. Tentunya akan menjadi bulan-bulanan keluarganya, terutama sang ibu yang selama ini sangat membanggakannya. Serli tidak mau hal itu terjadi, dia berpura-pura asam lambung nya naik.
" Yakin tidak mau ke dokter?." Tanya Bima dengan lembut.
" Iya mas, yakin. Sekarang kalian keluar saja, aku mau istirahat."Ucap Serli dengan lemas.
Ketiga manusia itupun keluar dari kamar Serli, wajah ibu Marni terlihat sedang memikirkan sesuatu yang membuat dia khawatir.
" Rani masuk kamar duluan, capek mau mandi dulu dan istirahat."Seru Rani meninggalkan Bima dan ibu Marni.
" Ibu kenapa?." Tanya Bima.
" Emm tidak apa-apa, ya sudah sana kamu mandi dan istirahat saja. Ibu mau memasak, nanti kalau makan malamnya sudah selesai ibu panggil kamu dan Rani.
Ibu Marni berlalu kedapur dengan fikirannya yang masih terus tertuju kepada Serli.
* Kok Serli seperti sedang hamil ya? Ah tidak mungkin, Serli tidak mungkin hamil. Dia hanya kecapean saja karen beberapa hari ini dia kerja shif malam terus.*Gumam Ibu Marni mencoba berfikir positif.
Didalam kamarnya, Serli mengambil sesuatu dari dalam tasnya yang tadi dia beli saat perjalanan pulang. Serli masuk kamar mandi untuk mencoba alat yang tadi dia beli. Dengan tangan gemetar Serli mulai mencelupkan alat itu kedalam air urine yang sudah dia tampung.
" Aku tidak hamil, ini hanya lambungku saja yang bermasalah."Ucap Serli mencoba menyakinkan dirinya sendiri.
Deggghhhh
Jantung Serli seakan berhenti berdetak, alat tes kehamilannya itu menunjukan dua garis merah yang pertanda dia positif hamil. Tubuh Serli bergetar, keringat dingin bercucuran dan tubuh Serli pun bersimpuh di lantai kamar mandi.
" Aku tidak mungkin hamil, aku tidak mau hamil. Alat ini pasti salah, aku tidak hamil."Seru Serli tidak bisa menerima kenyataan jika dia memang hamil.
Hikss Hiikksss
Serli menangis pilu di kamar mandi. Dia merutuki kesalahan dan kebodohannya sendiri. Serli tidak tahu bagaimana jika ibunya tahu kehamilannya. Tangisan dan penyesalan Serli saat ini sudah tidak berguna lagi, nasi sudah menjadi bubur. Serli harus bisa menerima segala perbuatan yang sudah dia lakukan.
* Aku harus memberitahu om Harsa tentang kehamilanku ini. Aku yakin, bayi ini anak om Harsa sebab selama sebulan ini aku hanya bermain dan melayani om Harsa.*Gumam Serli dalam hati.
********