Mentari merupakan seorang perempuan yang baik hati, lembut, dan penuh perhatian. Ia juga begitu mencintai sang suami yang telah mendampinginya selama 5 tahun ini. Biarpun kerap mendapatkan perlakuan kasar dan semena-mena dari mertua maupun iparnya , Mentari tetap bersikap baik dan tak pernah membalas setiap perlakuan buruk mereka.
Mertuanya juga menganggap dirinya tak lebih dari benalu yang hanya bisa menempel dan mengambil keuntungan dari anak lelakinya. Tapi Mentari tetap bersabar. Berharap kesabarannya berbuah manis dan keluarga sang suami perlahan menerimanya dengan tangan terbuka.
Hingga satu kejadian membuka matanya bahwa baik suami maupun mertuanya dan iparnya sama saja. Sang suami kedapatan selingkuh di belakangnya. Hanya karena pendidikannya tak tinggi dan belum juga dikaruniai seorang anak, mereka pun menusuknya dari belakang.
Tak terima perlakuan mereka, Mentari pun bertindak. Ia pun membungkam mulut mereka semua dan menunjukkan siapakah benalu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH
Shandi tampak terpengkur seorang diri. Ia duduk di sudut ruangan dengan mata tak henti terarah pada satu sosok yang tampak sedang tertawa bahagia dengan beberapa petinggi perusahaan tempatnya bekerja. Ia benar-benar tak menyangka kalau pemilik perusahaan tempatnya bekerja adalah Mentari, mantan istrinya sendiri.
Shandi merasa bodoh sendiri sebab tidak tahu menahu mengenai sang istri. Ia benar-benar bodoh sampai tak menyadari dari mana uang yang digunakan Mentari untuk membeli barang-barang yang harganya malah dari rumah, kendaraan, perabot baik di rumahnya maupun rumah ibunya, memenuhi seluruh kebutuhan dirinya dan orang tua serta adik-adiknya.
Bahkan ia menuding Mentari jalaaang karena mengira ia menjual diri dengan pria hidung belang. Shandi terkekeh seorang diri, merutuki nasibnya yang seolah ditipu mentah-mentah oleh mantan istrinya itu. Mengapa Mentari sampai menipu dirinya sedemikian rupa? Mengapa ia tidak jujur sejak awal? Segitu tidak percayanya kah Mentari pada dirinya di kala itu? Atau ... Mentari takut ia menguasai harta mantan istrinya itu?
"Kau sungguh picik, Tari. Kau menipuku mentah-mentah dan membuatku seperti orang bodoh karena tidak mengetahui rahasiamu. Padahal kita telah bersama lebih dari 5 tahun lamanya, tapi tak sedikit pun kau membuka rahasia ini. Kau menyembunyikan jati dirimu. Lalu kau mempekerjakan aku di perusahaanmu sendiri. Kemudian kau menurunkan jabatan ku sesuka hatimu karena marah padaku? Kau benar-benar tega, Tari. Aku benar-benar kecewa padamu," lirih Shandi dengan muka kusut.
Karena hari ini digunakan khusus untuk menyambut kedatangan Mentari di perusahaan itu, jadi hari ini semua karyawan dibebastugaskan dari pekerjaan. Mereka justru dijamu dengan berbagai hidangan mewah dan istimewa. Namun, hal tersebut tidak menarik minat Shandi sedikit pun. Ia kehilangan napsu makannya. Padahal perutnya saat ini sedang benar-benar perih. Bukannya memilih mengambil makanan, Shandi justru memilih mengambil kopi yang membuat perutnya makin perih. Pikirannya sedang benar-benar kacau hari ini.
Seperti kata yang Mentari ucapkan tadi, 'surprise', ya ini benar-benar surprise untuk Shandi. Shandi tak pernah menyangka akan mendapatkan kejutan seperti ini. Benar-benar kejutan luar biasa. Padahal hari ini bukan ulang tahunnya, tapi nyatanya kejutan ini mampu memporak-porandakan otak dan hatinya.
"Kenapa Lo, bro? Loe nggak makan? Bukannya loe dari tadi laper?" Salah seorang rekan kerja Shandi yang sempat berbincang dengannya sebelumnya menghampiri. Ia merasa heran padahal sejak tadi ia tahu Shandi lapar, tapi bukannya mengambil makanan, Shandi justru memilih mengambil kopi.
Shandi menggeleng, "nggak selera gue." Shandi menjawab dengan lemah. Ia menghela nafas panjang dengan ekor mata terpaku melihat sosok mantan istrinya yang kian memesona.
"Kalau nggak kenapa-napa, kenapa wajah loe kusut banget? Eh, jangan bilang loe jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Bu bos, Shan? Sebagai teman gue kasih saran, mending buang jauh-jauh perasaan loe itu. Satu, loe udah punya istri dan dua, dia beda kelas, bro. Level kita mah jauh, mana sampe. Daripada loe makin patah hati, mending loe kubur perasaan loe itu sebelum makin berkembang dan melukai perasaan loe sendiri," tukas rekan kerja Shandi memberikan nasihat.
Memang tak pernah ada yang tahu sosok mantan istri dari Shandi sebab tak pernah sekalipun Mentari mencoba menginjakkan kakinya di sana. Jadi sangat wajar tak ada yang menyadari kalau Shandi dan Mentari merupakan mantan suami-istri. Hanya Galih saja yang tahu. Tapi Shandi pun tak pernah tahu hubungan antara Galih dan Mentari.
'Loe nggak akan pernah menyangka, wanita yang loe sanjung- sanjung itu pernah jadi teman hidup gue lebih dari 5 tahun lamanya. Ah, andai gue kasi tau, apa mungkin loe percaya? Pasti loe bakal bilang gue udah gila, iya kan! Halu loe ketinggian, bro! Pasti itu akan loe ucapkan juga. Bahkan gue aja nggak nyangka, pemilik perusahaan ini merupakan mantan istri gue sendiri. Wanita yang gue cerai karena ngatain keluarga gue benalu, padahal selama ini dia sering dikatain itu dan berusaha sabar. Tapi gue ... barujuga dibilangin begitu udah langsung emosi dan menalak dia. Kalau dipikir-pikir, memang apa yang diucapkan Mentari ada benarnya. Keluarga gue nggak lebih dari benalu yang suka menggerogoti dia tanpa pernah gue sadari,' batin Shandi bermonolog.
Seketika Shandi mengingat ucapannya malam tadi yang sepertinya berhasil membuat Mentari murka dan melontarkan kata-kata pedas dan tajam padanya.
'Dan kau, dengarkan aku baik-baik, aku tidak ridho atas setiap perbuatan yang telah kalian lakukan. Aku pastikan, kalian semua akan menyesal karena telah memperlakukan aku seperti ini. Aku harap, suatu hari kau akan mendapatkan pembalasan yang lebih menyakitkan dari apa yang telah aku rasakan.'
'Mungkinkah ini salah satu pembalasanmu pada ku, Tari?'
Saat sedang melamun, tiba-tiba ponselnya berdering dengan nyaring. Shandi pun segera mengambil ponselnya. Ia tidak mengenali nomor sang pemanggil. Shandi tidak berniat mengangkatnya. Namun, karena ponselnya berdering hingga berulang kali, Shandi pun terpaksa mengangkatnya dan penuturan dari sang penelepon ternyata mampu membuatnya terlonjak kaget dan gegas berlari dari ruangan dimana rekan-rekan sesama karyawan MTR Furniture sedang menikmati hidangan.
Shandi melajukan mobilnya secepat mungkin agar segera tiba di rumah. Shandi benar-benar tak menyangka, Mentari akan bertindak sampai sejauh ini. Mengapa Mentari benar-benar kejam padanya? Padahal selama ini ia sudah berusaha bersikap baik padanya.
Ya, kau memang berusaha bersikap baik pada Mentari, tapi bagaimana dengan keluargamu? Kau bahkan tak mampu membela saat ibumu mencemooh istrimu dan melontarkan kata-kata kasar serta tajam padanya. Bukan hanya itu, kau bahkan dengan tega-teganya menduakan istrimu dan menghamili serta menikahi perempuan yang dikenalkan ibumu itu secara diam-diam.
Sisi lain hatinya mengingatkan Shandi. Shandi masih kebingungan saat ini. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu 30 menit itu menjadi lebih singkat karena Shandi melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. 20 menit kemudian, ia telah tiba di rumahnya. Sekeliling ruangnya tampak begitu ramai. Ibunya, Septi, Erna, bahkan Septian telah ada di sana.
"Ini ada apa, Shan? Kenapa ramai-ramai di sekitar rumah ini? Dan ... mengapa ada mobil-mobil aneh itu di depan rumah ini?" tanya Rohani kebingungan. Begitu pula Erna dan Septi.
"Benar mas, sebenarnya ini ada apa? Untuk apa mobil-mobil itu ada di sini?" tanya Erna panik.
Bagaimana tidak panik, selain ada beberapa mobil pick up pengangkut barang, ada juga buldozer dan crane di sana membuat para warga jadi antusias mendatangi rumah mereka untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku juga nggak tahu, ma."
"Permisi, apa Anda yang bernama bapak Shandi?" tanya seorang pria berjaket hitam pada Shandi.
"Iya, benar, saya sendiri. Ini ada apa ya? Ada keperluan apa Anda datang ke rumah saya?" tanya Shandi.
"Begini pak, pemilik rumah ini ingin Anda segera meninggalkan rumah ini. Kami akan memberi Anda waktu 1 jam untuk beres-beres. Ambil barang pribadi Anda sendiri. Anda dilarang mengambil satupun perabot di rumah ini karena barang-barang tersebut akan dilelang dan atas instruksi pemiliknya, rumah ini akan segera kami hancurkan dalam beberapa jam ke depan. Jadi mohon kerjasamanya untuk segera berbenah sebab kami tidak akan menambah waktu lagi," jelas pria itu yang sukses membuat shock Shandi dan keluarganya.
"Apa?" seru mereka kompak dengan mata terbelalak.
...***...
Shock nggak? Shock nggak? Hahahaha ....
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...
nyirih tu era 80an deh.. entahlah klo emak2 suku pedalaman
atau bnyk novel istri tua diusir malam² trus hujan deras ditengah jln diseruduk banteng eh mobil, bukannya berteduh dl di teras atau numpang rmh ttangga yg paliing dekat dg dia atau mushola.. malah jln hujan deras basah2an, bikin nyengir drama..
atau pas istri pergi tak bw perhiasan dan tabungan yg mmg hak pribadi pemberian nafkah suami..mau2nya merugikan diri..lagi2 template ah elap 😅
Tq athur,ceritanya bagus/Good//Good//Good/