Penyesalan memang selalu datang terlambat, itulah yang dialami gadis cantik bernama Clara.
Efek mabuk dan ketampanan seorang pria bernama Dean, ia sampai kehilangan kesuciannya di malam itu dan mengandung.
Ia tak punya pilihan lain selain harus menikah kontrak dengan Dean.
Saat Clara berharap akan cinta Dean, masa lalu Dean terus mengganggunya.
Apakah ia bisa menggantikan posisi wanita pengisi hati Dean pada akhirnya?
Atau semuanya akan berakhir sesuai tanggal batas akhir kontrak pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xoxo_lloovvee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Dekorasi acara pernikahan Verona hampir rampung. Verona dan Gilang memilih pernikahan outdoor, dan esok pagi mereka akan memulai acaranya. Tenda dan kursi sudah terpasang. Tempat acara juga di vila itu.
Keluarga Verona sibuk dengan urusan mereka. Menyiapkan ini itu untuk pernikahan besok, sementara keluarga yang lain memilih untuk bersantai. Beberapa keluarga Verona maupun Gilang baru bergabung dengan mereka siang ini.
Ibu Dean tak punya semangat. Ia hanya memperhatikan orang berlalu lalang. Bahkan tak berusaha berbicara dengan keluarganya yang lain.
Matanya hanya fokus pada dua pasangan. Pasangan Clara dan Dean yang tampak makin lengket, dan juga Bella dan Edho yang sedari tadi mengobrol berduaan.
Ia teringat akan obrolannya dengan ibu Verona tadi. Ia masih tak ingin memercayai dugaan mereka tentang hubungan Edho dan Bella. Tapi melihat keakraban Bella dan Edho membuatnya risau.
Ia melangkah dengan perasaan berat menuju Edho dan Bella. Ia bertekad akan mencari tahu semuanya.
"Bella, tante bisa bicara denganmu sebentar?"
Keduanya mendongak.
"Oh iya tante," Bella bangkit dari tempat duduknya. "Mau bicara apa tante?"
Sikap Bella ramah seperti biasanya.
"Ayo cari tempat tenang, di sini cukup berisik."
Ibu Dean memimpin keduanya menuju bagian yang cukup jauh dari orang-orang. Suara berisik dari vila tak terdengar dari sini.
"Nak Bella nggak punya niatan begitu kembali dengan Dean?" tanya ibu Dean setelah selesai berbasa-basi dengan Bella. Ia ragu menanyakan hal itu, takut jawabannya tak sesuai yang ia harapkan.
"Dean udah nggak mencintai Bella tante."
"Kata siapa? Kalau bukan karena kehamilan itu Dean dan si Clara itu nggak akan menikah."
Bella terdiam. Tak tahu harus memberi alasan lain.
"Kalau kamu mau balikan sama Dean, nanti tante bantu." Ibu Dean berusaha.
"Bella sih mau aja tante, tapi kan keputusan ada di Dean." Bella memasang wajah muram.
"Itu nggak masalah Bella. Tante bisa paksa Dean."
"Dean nggak akan mau tante. Dia marah besar sama Bella."
"Loh kenapa?" ibu Dean menggenggam tangan Bella. "Memangnya Bella buat kesalahan apa sampai Dean marah gitu."
Wajah Bella terlihat panik. "Entah tante."
"Kok entah? Bilang aja sama tante, biar tante bantu." Dalam hatinya, ibu Dean semakin yakin ada sesuatu yang disembunyikan Bella dan Dean.
"Mungkin Dean bosan sama Bella tante."
Ibu Dean menatap wajah Bella dengan perasaan sedih bercampur amarah. Ia menaruh rasa curiga padanya. Tak mungkin Dean memutuskan hubungannya dengan Bella begitu saja tanpa sebab.
"Ya udah, Bella balik aja, tante mau ngomong sama Dean."
Keduanya kembali ke tempat orang-orang berada. Keluarga Gilang dan keluarga Verona saling mengobrol. Sebagian mereka memang sudah kenal dekat, apalagi sama-sama berkecimpung di dunia bisnis.
Ibu Dean mengarahkan kakinya menuju vila tempat Dean dan Clara menginap. Ia harus mencari tahu tentang hubungan anaknya itu. Dean tak pernah memberi alasan jelas mengapa hubungannya dengan Bella berakhir.
Pintu vila Dean dan Clara tak tertutup. Keduanya sedang menikmati salad buah di ruang tamu. Mereka cukup terkejut dengan kedatangan ibu Dean yang mendadak.
"Kamu masuk kamar dulu, atau ke mana gitu. Saya mau bicara sama anak saya." Ibu Dean mengusir Clara begitu saja. Ia tak akan mengubah sikapnya pada menantu tak diinginkannya itu.
Clara yang tahu tak ada gunanya membantah langsung masuk kamar. Meski hatinya dongkol, ia akan menahan saja.
"Ada apa mi?" tanya Dean saat ibunya duduk di sampingnya.
"Dean, kamu jujur sama mami. Kenapa kamu sama Bella putus?" Ibunya tak membuang waktu untuk bertanya.
"Mami masih nanya itu? Kan Dean udah bilang, kami berdua hanya ingin berjalan sendiri-sendiri."
"Bohong! Pasti ada sesuatu. Bella bilang kamu marah besar padanya. Karena apa? Apa salah Bella sampai kau tak mau memaafkannya?"
"Sudahlah mi. Bella itu masa lalu Dean. Tak usah mengungkitnya."
"Bagaimana bisa? Mami selamanya tak akan setuju kamu menikah dengan si Clara itu. Setelah anakmu lahir, kamu harus berpisah darinya. Masalah biaya hidupnya dan bayinya kamu tak usah khawatir. Mami akan urus."
"Mami." Dean memelankan suaranya. "Bahkan jika Dean cerai dengan Clara, Dean tak akan pernah kembali pada Bella."
"Loh kenapa? Kurangnya Bella apa? Memangnya kamu tak bisa memaafkannya?"
Dean menghela napas. "Mi, berhentilah. Aku sudah muak dengan permasalahan ini. Memangnya mami pikir Dean mengambil keputusan semudah itu?"
"Terserah kamu. Mami hanya mencoba melakukan yang terbaik untukmu." Ibu Dean langsung pergi kesal karena lagi-lagi Dean membantahnya. Sebelum ia mengenal Clara, Dean anak yang penurut. Lalu setelah mengenal gadis kampungan itu Dean berubah sikap.
...****************...
Tiga meja panjang lengkap dengan kursinya sudah tersusun rapi. Cuaca cukup bersahabat jadi mereka akan menikmati makan malam di luar seperti hari kemaren.
Ayah Gilang menggunakan pengeras suara berbicara. "Selamat malam, semua yang ada di sini. Saya selaku keluarga pihak laki-laki mengucapkan banyak rasa terima kasih atas kehadiran kalian. Besok pagi akan diadakan akad nikah anak kami, Gilang dengan saudari Verona. Kita berdoa agar acara dapat berjalan lancar. Mari kita menikmati hidangan yang tersedia. Terima kasih."
Semua orang bertepuk tangan. Acara makan malam itu cukup ramai karena banyaknya orang. Kali ini paman Gilang yang mentraktir puluhan botol wine mahal.
Dean dan Clara menikmati acara seadanya sambil berkenalan dengan keluarga Gilang. Keluarga Dean dan Verona memandang keduanya sebelah mata. Seolah mereka adalah kecoak yang menjijikkan.
Dean dipaksa bergabung dengan bapak-bapak yang berkaraoke sementara para ibu saling menyampaikan gosip panas. Clara yang tak memiliki seorang pun memutuskan untuk kembali ke vilanya.
Ia menerangi jalan dengan cahaya senter dari handphonenya. Suara keramaian semakin samar.
"Hei!"
Clara terkejut bukan main ada seseorang yang memanggilnya. Ia menoleh.
"Kenapa?" tanya Clara tak suka kehadiran gadis itu.
"Tak ada, aku hanya ingin berbicara sebentar."
Bella, gadis itu terlihat sangat cantik dan anggun. Pakaiannya bermerk. Semua tentang dirinya sempurna. Clara jadi penasaran mengapa Dean melepaskannya.
"Ada apa?" Clara tak membuka pintu vila. Hanya berdiri di depan Bella.
"Tidak apa-apa. Hanya ingin mengenalmu."
Clara mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti maksud dan tujuan Bella.
"Untuk apa? Memangnya kau belum move on dari suamiku?" Clara menekankan kata 'suami'.
Bella tertawa kecil. "Hei jangan begitu, memangnya kau tidak ingin tahu lebih banyak tentang Dean?"
"Aku bisa mencari tahu dari orang lain."
"Jangan bodoh, tidak ada yang mengenal Dean lebih baik dari pada aku." Tawa tadi berganti menjadi seringai mengerikan.
"Aku tak peduli. Aku bisa mengenal Dean dengan caraku sendiri."
"Ku kira kau gadis baik-baik. Kau hanyalah seorang penipu yang berhasil menjadikan Dean mangsamu."
"Kita baru saja bertemu dan kau sudah menilaiku seperti itu. Aku tidak tahu apa masalahmu dengan Dean, tapi kau harus sadar diri kau hanyalah wanita yang pernah mengisi hati Dean."
"Kau yakin?" Bella terkekeh. "Kau yakin di hati Dean sudah tidak ada aku? Kau sebaiknya mengeceknya dengan baik." Bella dengan angkuhnya tersenyum dan meninggalkan Clara yang menyesal tak menampar saja wajahnya itu.
🥰🥰🤭