Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 24
Beberapa saat kemudian, kue ulang tahun sudah siap. Baby menarik lengan Afika menuju kamar pribadinya. Kamar yang menjadi tempatnya jika bermalam di mension.
Pandangan mata Afika tertuju pada ruangan kamar Baby yang tampilannya begitu cantik dan menyegarkan mata. Ini pertama kalinya Afika menginjakkan kaki di kamar pribadi Baby. Dan masih banyak lagi ruangan yang belum di masuki oleh Afika semenjak Afika tinggal menjadi tawanan di mension ini. Afika yang memang dasarnya tidak ingin banyak tahu, memilih tidak memeriksa apa pun, selagi tidak berhubungan dengannya.
"Duduklah." Kata Baby sambil menepuk ranjang. Baby saat ini sudah duduk di tepk tempat tidur. "Oh yah, apa kau sudah punya kado untuk kak Adrian?" Tanya Baby, saat Afika sudah duduk tepat di sampingnya.
"Kenapa kau tiba-tiba baik padaku? Apa kau mengingikan sesuatu?" Bukannya menjawab, Afika justru bertanya karena menaruh curiga pada sikap Baby yang tiba-tiba saja baik padanya, dan juga mengajaknya masuk ke dalam kamar. Baby tersenyum kikuk mendengar pertanyaan Afika. "Kau butuh apa?" Lanjut Afika, dan Baby berdiri dan berjalan menuju jendela kamar yang sangat besar.
"Kak Adrian, dia memang memiliki sifat yang pendiam, dingin dan juga sedikit kejam." Kata Baby sambil memandang pandangan hutan dari arah jendela.
"Bukan sedikit tapi sangat banyak." Batin Afika, yang menolak jika Baby mengatakan Adrian kejam hanya sedikit.
"Kau tahu, kenapa kak Adrian begitu menyayangiku? Karena kami tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Kak Adrian bekerja keras hingga sampi di titik ini. Dan ibu, dia meninggal saat kak Adrian belum mecapai ini semua." Timpal Baby kembali. "Itulah alasan kak Adrian begitu menyayangiku, dia tidak ingin aku kekurangan apa pun, dan juga dia tidak ingin adik atau keluarga satu-satunya menitihkan air mata."
Baby sengaja menceritakan tentang Adrian pada Afika, agar Afika bisa mengetahui jika Adrian tidak seburuk apa yang Afika pikirkan. "Percayalah, kak Adrian adalah pria yang sangat bertanggung jawab."
"Apa Baby tahu aku hamil anak Adrian?" Batin Afika.
"Oh yah, apa kau sudah menyiapkan kado untuk kak Adrian?" Baby menoleh ke arah Afika sambil tersenyum. Dulu gadis yang bernama Afika sempat membuatnya terus saja menangis di setiap harinya. Saat mendengar kabar jika Rangga akan menikahi gadis yang berasal dari panti asuhan. Sungguh Baby menaruh kekesalan dan dendam pada gadis yang bernama Afika. Maka itulah dia meminta hal yang sangat tidak masuk akal pada Adrian. Namun, saat Baby menyadari jika Adrian mulai membuka hati pada Afika, kini Baby mengikis kasar perasaan dendamnya itu. Kini ia sadar, jika Adrian juga memiliki kehidupan yang bukan hanya tentang dirinya saja.
"Tidak ada." Jawab Afika sambil berjalan mendekati Baby. "Kenapa kau tiba-tiba bercerita tentang Adrian?"
"Percayalah kak Adrian pria yang baik. Jika dia jatuh cinta pada seseorang, maka dia akan menjaga cintanya. Dia hanya akan hangat pada orang yang dia sayangi. Dan dingin pada orang yang sama sekali tidak penting dalam hidupnya." Baby menarik lengan Afika. "Aku ingin menunjukkan mu sesuatu." Kata Baby, sambil membuka pintu yang berada di dalam kamarnya. Pintu yang terhubung dengan ruangan lain. Dan kali ini Afika di buat takjub dengan isi dari dalam ruangan rahasia tersebut. "Ruangan ini terhubung dengan ruang kerja kak Adrian. Di sini, banyak kenangan yang kami abadikan bersama." Jelas Baby sebeluk Afika bertanya padanya.
Banyak foto yang tergantung di dinding. Dan banyak pula buku-buku yang tersusun dengan rapi di setiap raknya. Jelas saja tempat ini sangat terawat, karena tidak ada tanda debu sama sekali.
Hingga mata Afika tertuju pada satu foto keluarga, di mana dapat Afika tebak jika itu adalah Baby, Adrian dan juga ibunya. Afika menatap wajah Adrian yang terlihat sangat berbeda di balik foto itu. Senyum mengembang yang tulus terukir di wajah tampan Adrian.
"Itu kak Adrian. Dia cakep bukan." Kata Baby saat melihat Afika terus menatap foto tersebut. "Dan dia ibu." Seketika suara riang dari Baby berubah gemetar. Afika langsung menoleh. Afika langsung memeluk tubuh Baby.
"Jangan bersedih yang akan membuat ibumu ikut bersedih dari atas sana. Hiduplah dengan bahagia, agar ibumu juga bahagia melihatmu dari atas."
Baby mengusap air matanya, entah kenapa Baby merasa begitu nyaman dengan Afika. Berbeda dahulu saat bersama dengan Inggrid. Ya, walau Inggird baik padanya, tapi Inggrid hanya memanjakan Baby dengan barang-barang mewah yang jelas Baby tahu jika itu uang dari Adrian. Namun Afika, hanya di peluk saja membuat Baby merasakan ketenangan.
"Makasih Afika." Ucap Baby. Dan mereka kembali melihat se isi ruanga. Baby terus menjelaskan satu persatu foto yang Afika lihat. Dan sesekali mereka tertawa bersama. Dan tanpa mereka sadari jika sejak tadi Adrian melihat mereka dari cctv mension ini.
Ya, Adrian memang selalu mengawasi apa yang Afika kerjakan jika berada di dalam mension. Perasaan Adrian memang tidak karuan, jika tak melihat Afika entah kenapa ada yang berbeda. Namun, jika melihat Afika berdua dengan Nadi, Adrian langsung mengepalkan tangan. Dan Adrian belum sadar dengan apa yang ia rasakan saat ini.
Ponsel Adrian berdering membuat pandanganya beralih ke ponsel. "Tuan, nona Inggrid sedang berada di kota ini." Kata salah satu pengawal yang di tugaskan oleh Adrian mengawasi Inggrid.
Entah kenapa mendengar nama Inggrid tidak membuat Adrian bersemangat. Bagi Adrian, penghianat tidak memiliki tempat sedikit pun di dalam hidupnya.
"Bagaimana jika kak Adrian jatuh cinta padamu, apa kau mau menerimanya?" Tanya Baby, yang sontak membuat Afika terdiam. "Ayolah, apa kau mau menerima kakaku?"
"Hahahahahha." Afika tertawa membuat Baby bingung. Sedangkan Adrian, kini dia terus memperhatikan Afika melalui cctv. Jujur Adrian ingin tahu jawaban apa yang akan di katakan oleh Afika.
"Apa kau mau menerima kak Adrian?"
"Aku sudah sangat menyayangi seseorang, dan aku tidak ingin membagi rasa sayangku." Jawab Afika sambil tersenyum tulus, namun jawaban Afika membuat Adrian mengepalkan kedua tangannya.
salah tulis nama