Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua puluh juta.
Pak Wiguna datang ke hotel tanpa memberitahukan siapapun, beberapa staf yang bekerja di lantai bawah langsung berdiri menyapa dengan hormat, Pak Wiguna sedikit mengangguk sambil berjalan menuju pintu lift.
Perasaan Pak Wiguna pagi itu merasakan bahagia dengan perubahan sikap Azalea yang perlahan sudah mulai berubah, setelah keluar dari pintu lift menuju koridor langsung menelpon Bagas sebagai manager di hotelnya.
Bagas mendapat telpon dari Pak Wiguna merasa kaget mendengar Pak Wiguna berada di hotel, Bagas langsung bergegas buru buru menuju ruangan Pak Wiguna sambil membawa beberapa berkas yang harus di tandatangani.
"Selamat pagi tuan Boss," sapa Bagas masuk ke dalam ruangan sambil membawa beberapa berkas.
"Pagi, silahkan duduk," titah Pak Wiguna.
"Baik, ini beberapa laporan untuk bulan ini, dan filenya sudah lengkap saya kirimkan," terang Bagas sambil meletakan di atas meja lalu duduk.
"Terima kasih, apa semuanya aman tidak ada komplain apapun dari pihak tamu kita?" tanya Pak Wiguna.
"Alhamdulilah semuanya aman tuan Boss, kita benar benar memberikan pelayanan kepuasan yang terbaik bagi para tamu," jawab Bagas.
"Bagus, saya senang mendengarnya, em bagaimana dengan Apey apa dia sudah mulai bekerja?" tanya kembali Pak Wiguna.
"Sudah tuan Boss, Apey sudah mulai bekerja tadi pagi, mungkin sekarang sedang membersihkan koridor belakang lantai atas," jawab Bagas.
"Syukurlah kalau sudah mulai bekerja, Bagas hari ini hati saya sedang merasakan bahagia, saya ingin mentraktir ayam bakar full satu porsi untuk semua pekerja di hotel ini," terang Pak Wiguna.
"Wah, tuan Boss serius?" tanya Bagas sumringah mendengarnya.
"Iya saya serius, kamu data tiap departemen berikut yang shift malam," titah Pak Wiguna.
"Siap tuan Boss, ini kabar yang sangat baik, pasti para pekerja merasa senang mendengarnya, tapi maaf, kalau boleh tahu, apa yang sudah membuat tuak Boss bahagia?" tanya Bagas sedikit kepo.
"Haha haha, Azalea anak saya, sekarang alhamdulilah sedikit sedikit sudah berubah sikapnya, dan itu sangat membuat saya bahagia," jawab Pak Wiguna dengan tawa lepasnya.
"Alhamdulilah, saya ikut bahagia mendengarnya tuan Boss, ini kabar yang sangat baik sekali," sanjung Bagas senyum lebar.
"Terima kasih, tolong carikan Apey suruh ke sini, karena ada yang mau saya bicarakan," titah Pak Wiguna.
"Baik tuan Boss, kalau gitu saya permisi!" Bagas langsung berdiri melangkah pergi.
Apey yang sudah mengucur peluh keringat dengan semangat bekerjanya, mendapat telpon dari Bagas, bahwa Pak Wiguna berada di hotel meminta dirinya untuk keruangan Pak Wiguna terlebih dahulu, Apey pun dengan perasaan cukup kaget bercampur penasaran langsung menaruh peralatan pel lantainya terlebih dahulu di pojokan, dan langsung buru buru menuju ruangan Pak Wiguna.
Baru saja Apey sampai depan pintu ruangan Pal Wiguna, ponselnya panggilannya kembali berdering, Apey buru buru mengambil ponsel di saku seragamnya memilih untuk melihat yang menelponnya terlebih dahulu, mata Apey tersentak ternyata yang menelpon adalah nomor Pamannya di kampung Apey pun langsung mengangkat telponnya.
"Assalamualaikum," sapa Apey di telpon.
"Waalaikumsalam, Apey ini Mamang, bagaimana pekerjaannya lancar?" tanya Pamannya di telpon.
"Alhamdulillah lancar Mang, bagaimana kabar Ibu sama Bapak Mang?" tanya Apey.
"Alhamdulilah semua baik baik saja, Mamang mau bicarakan soal rumah kamu, kira kira bisa bayar setengahnya dulu tidak sama Mamang? soalnya Mamang juga di desak terus sama anak Mamang agar menanyakan sama kamu?" tanya Memangnya di telpon.
"Maaf Mang, kalau misalkan dua puluh juta dulu bisa tidak Mang?" tanya Apey.
"Masih jauh Pey kalau segitu, yang nawarkan tanah sama Mamang meminta delapan puluh juta dulu, minimal lah kamu dari kamu empat puluh juta, biar setengah setengah sama Mamang," jawabnya.
Apey langsung menggaruk kepalanya karena tabungannya masih belum ada sampai empat puluh juta, kalau cari pinjaman dua puluh juta sudah pasti butuh waktu lama, dan itu juga belum tentu ada yang memberikan pinjamannya, karena rumah Apey di bangun di tanah milik pamannya ya itu Kakak dari Ibu nya.
"Bagaimana Pey?" tanya Pamannya.
"Maaf Mang, kalau misalkan saya cari pinjaman dulu jarak dua minggu bisa tidak Mang?" tanya Apey.
"Tapi kira kira nanti pasti tidak?" tanya balik Pamannya.
"Insya Allah di usahakan Mang, nanti saya pulang ke kampung," jawab Apey.
"Usahakan ya Pey, Mamang bukan tega sama kamu ataupun sama Ibu kamu Adik mamang sendiri, tapi Mamang sudah di desak terus sama anak dan istrinya anak Mamang sudah ingin punya rumah sendiri katanya," terang Pamannya.
"Iya Mang, insya Allah dua minggu saya usahakan cari pinjaman," balas Apey.
"Ya sudah nanti Mamang tunggu dua minggu lagi, nanti Mamang sampaikan sama Ibu dan Bapak kamu kalau kamu baik baik saja," sambung Pamannya.
"Iya Mang terima kasih tolong sampaikan sama Ibu dan Bapak," pinta Apey.
"Iya nanti Mamang sampaikan, ya sudah Mamang tutup telponnya, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Apey terdiam sejenak setelah mendapat telpon dari pamannya, secara tiba tiba anak dari Pamannya meminta untuk membayar tanah setengahnya dulu, entah bagaimana awalnya kedua orang tua Apey hanya mengatakan, jika tanah yang di bangun rumahnya itu memang milik Pamannya.
"Ya Allah kenapa jadi meleset begini, kira kira Beni punya solusi tidak ya!" gumam Apey melamun bingung.
Klek pintu ruangan di buka dari dalam membuat Apey kaget tersadar mundur dua langkah.
"Pak Boss," sapa Apey
"Kenapa malah di sini?" tanya Pak Wiguna.
"Hehe hehe maaf Pak Boss, ini baru saja mau ke dalam," jawab Apey.
"Ya sudah, kita bicara di sini saja, saya dan istri saya merencanakan ingin mengajak Azalea dan Randika jalan jalan, jadi saya ingin sekalian mengajak kamu dan Ronald ikut jalan jalan," terang Pak Wiguna.
"Jalan jalan Pak Boss?"
Apey langsung terdiam bengong ingat telpon Pamannya di kampung, yang memberikan waktu dua minggu untuk Apey mencari uang.
"Ada apa Apey?" tanya Pak Wiguna melihat Apey malah bengong.
"Anu Pak Boss, duh gimana ya, saya tidak bernai bohong tapi juga malu kalau jujur," jawab Apey jadi serba salah.
"Kamu ada masalah?" tanya kembali Pak Wiguna heran.
"Maaf Pak Boss, kalau misalkan saya tidak bisa ikut bagaimana?" tanya Apey dengan wajah tidak merasa enak.
"Kalau kamu tidak bisa ikut, saya pasti kecewa dan juga Randika, kalau kamu ada masalah bilang saja sama saya?" tanya Pak balik Pak Wiguna.
"Saya takut lancang Pak Boss," jawab Apey.
"Memangnya saya pernah galak sama kamu?" tanya kembali Pak Wiguna.
"Tidak pernah sih Pak Boss, tapi maaf ini masalah uang, saya lagi nabung ingin mengumpulkan uang buat beli tanah Paman saya,"
"Tapi barusan Paman saya ada telpon bahwa butuh uang empat puluh juta dulu, sedangkan tabungan saya baru punya dua puluh juta,"
"Saya di kasih waktu dua minggu untuk mencari dua puluh juta lagi, tadinya rencana saya mau minta solusi sama Beni kali saja ada pinjaman,"
"Jikapun misalkan tidak ada, paling saya akan pulang ke kampung untuk mengurusnya terlebih dahulu, maaf Pak Boss bukan maksud saya lancang bicara ini," papar Apey langsung nunduk malu.
"Oh begitu, bagaimana kalau saya yang pinjamkan kamu uang?" tanya Pak Wiguna.
Apey tersentak mendengarnya entah senang atau sebaliknya.
"Pak Boss serius? tidak sedang kesal sama saya?" tanya Apey merasa senang bercampur takut dengan wajah tegang.
"Haha haha, kenapa saya harus kesal sama kamu? sudah, masalah uang gampang nanti saya pinjamkan, berarti minggu depan saja kita jalan jalannya," tutup Pak Wiguna.
Apey langsung sumringah senyum lebar mendengarnya, serasa ingin memeluk Pak Wiguna, hingga Apey bersimpuh di depan Pak Wiguna namun dengan cepat Pak Wiguna memegang lengan Apey agar berdiri.
"Terima kasih Pak Boss, terima kasih, saya tidak akan melupakan semua jasa kebaikan Pak Boss terhadap saya," ucap Apey merasakan haru bahagia bercampur lega.
"Sama sama Apey, nanti uangnya saya siapkan, berarti minggu depan kita siap jalan jalan," ucap Pak Wiguna.
"Siap Pak Boss, saya jadi semakin semangat ikut jalan jalannya," balas Apey senyum begitu lega.
"Ya sudah, sekarang kamu boleh kembali ke tempat kerja," sambung Pak Wiguna.
"Baik Pak Boss, sekali lagi terima kasih banyak, permisi Pak Boss!" Apey membungkuk hormat lalu melangkah pergi.
Pak Wiguna menghela nafasnya menatap langkah Apey, bagaimana mungkin Pak Wiguna tidak bisa membantu Apey, yang sudah berperan dalam hidup Azalea anaknya, yang sudah bisa merubah sikap Azalea dengan perlahan lahan meskipun tanpa Apey sadari sendiri.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman