Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. MENCARI TAU
MENCARI TAU
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Setelah mengetahui bahwa istri ketiga Anton kemungkinan besar terlibat dalam kematian keluarganya, Alya merasa tidak bisa tinggal diam.
Meski hatinya takut jika menemukan kebenaran, tapi ia ingin keadilan untuk keluarganya.
Pagi itu, Alya bangun lebih awal dari biasanya dengan pikiran dan rencana untuk bertindak lebih jauh. Ia memutuskan untuk pergi ke rumah Anton dan berharap bisa mendapatkan petunjuk lebih jelas.
Namun, sebelum Alya sempat memberitahu maksudnya pada Arman, laki-laki itu sudah siap menunggunya dan akan melakukan apa saja untuk Alya, lengkap dengan pakaian formalnya.
"Alya, kamu tidak akan pergi ke sana sendiri," kata Arman tanpa basa-basi, seperti membaca pikiran Alya.
Alya menatapnya bingung. "Tuan, saya harus ke rumah Anton. Mungkin saya bisa menemukan sesuatu yang bisa membantu mengungkap kebenaran tentang kebakaran itu."
Arman menggeleng pelan. "Aku sudah memikirkan hal ini. Tempat itu berbahaya, terutama jika memang benar ada orang yang terlibat dalam kebakaran itu. Mereka bisa melakukan apa saja untuk menutupi jejaknya."
"Hhhh...!."
Alya mendesah, ia tahu Arman benar. "Lalu apa yang harus kita lakukan, Tuan?," tanyanya.
Arman mendekat dan memegang bahu Alya lalu berkata. "Kita akan melakukannya dengan hati-hati. Aku sudah menghubungi detektif pribadiku, dan mereka sedang menyelidiki lebih lanjut. Sementara itu, kita akan bertindak seolah tidak tahu apa-apa. Kita tidak boleh menimbulkan kecurigaan."
Alya menggigit bibirnya karena merasa cemas. "Tapi saya harus bertemu dengan Anton. Dia mungkin tahu sesuatu, atau mungkin bisa membantu saya."
Arman terdiam sejenak dan memikirkan rencana yang aman. "Baiklah, kita akan pergi menemui Anton, tapi aku akan ikut denganmu. Kita harus berhati-hati."
**
Setelah merencanakan semuanya, Arman dan Alya akhirnya tiba di rumah Anton.
Rumah itu tampak megah, seperti yang selalu Alya ingat. Begitu mereka turun dari mobil, seorang pembantu langsung membukakan pintu dan mengarahkan mereka ke ruang tamu.
"Tamu siapa?," tanya Anton dengan suara bariton nya.
"Nona Alya, Juragan," jawab sang pembantu.
"Alya?!."
Anton mengingat sejenak tentang nama yang sepertinya masih di ingat. Lalu ia beranjak untuk menemui orang yang jadi tamunya itu.
Setelah mereka bertemu, Anton tampak terkejut melihat kedatangan Alya, terlebih lagi karena Arman ada di sampingnya. Namun ia menyembunyikan keterkejutannya di balik senyum ramah.
"Alya, lama tidak bertemu," sapa Anton sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Lebih tepatnya, ia merasa lebih tertarik dengan penampilan Alya yang lebih cantik.
"Apa yang membawamu ke sini? Apa kau mau kembali dan menikah denganku?," lanjutnya.
Spontan pertanyaan itu membuat Alya merinding. Apalagi dengan bawaan gestur tubuh Anton yang menakutkan. Di tambah hampir seluruh sudut ruangan itu tidak luput dari pengawasan para bodyguard Anton.
Adapun Arman, kini ia hanya mengepalkan tangannya dan menatap Anton dengan tajam. Tidak ada kata yang ia keluarkan selain terus mengamati Anton.
Dengan sedikit gugup, akhirnya Alya bicara lagi. "Saya ingin tahu tentang kebakaran di rumah orang tua saya. Saya... saya pikir Anda mungkin tahu sesuatu."
Anton mengerutkan dahi dan pura-pura bingung. "Kebakaran? Maksudmu kecelakaan itu? Alya, itu hanyalah kecelakaan tragis. Tidak ada yang bisa menduganya."
Alya memandang Anton dengan tatapan tajam. "Benarkah? Saya merasa ada yang lebih dari itu. Apa Anda benar-benar tidak tahu apa-apa, juragan Anton?."
Anton tertawa kecil, lalu nada suaranya berubah lebih dingin. "Alya, kau tahu bahwa aku mencintaimu dulu, tapi apa yang kau tuduhkan ini sungguh tidak masuk akal. Apa kau pikir aku ada hubungannya dengan kebakaran itu?."
Sebelum Alya bisa menjawab, istri ketiga Anton tiba-tiba masuk ke ruang tamu. Wanita itu tampak anggun, tapi sorot matanya tajam dan menakutkan saat melihat Alya dan Arman di sana.
"Ada apa ini, Anton?," tanya wanita itu dengan curiga.
Anton berdiri dan merangkul bahu istrinya, "Tidak ada apa-apa, sayang. Alya hanya datang untuk mengobrol."
Namun, Alya merasa lebih tegang saat melihat tatapan istri Anton mengarah tajam kepadanya, seolah menilai setiap gerakannya.
"Oh... Ternyata ini pengantinmu yang kabur waktu itu ck ck ck...," ujar istri ketiga Anton itu dengan nada merendahkan.
Adapun Arman yang selama ini hanya diam, tiba-tiba melangkah maju. "Kami hanya ingin mencari penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Jika Anda tidak terlibat, maka seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bukan?," jelasnya.
Mendengar perkataan Arman, istri Anton tampak sedikit gelisah, tapi ia segera menyembunyikannya di balik senyuman tipis.
"Tentu saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kami tidak tahu apa-apa tentang kebakaran itu."
Alya merasakan bahwa ada yang disembunyikan oleh pasangan itu, namun tanpa bukti, ia tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa menatap Anton dengan penuh harap, berharap pria itu akan mengatakan sesuatu yang membantunya.
Namun, Anton tetap tenang dan tersenyum, lalu mengakhiri percakapan dengan mengatakan, "Aku harap kau bisa menemukan jawaban yang kau cari, Alya. Tapi aku pastikan bahwa kami tidak terlibat."
**
Setelah pertemuan yang tegang itu, Arman dan Alya pun kembali ke mobil. Alya hanya diam di sepanjang perjalanan, namun pikirannya melayang entah kemana.
Arman menatapnya sesekali, lalu berkata, "Kita belum selesai di sini, Alya. Aku tahu mereka menyembunyikan sesuatu. Kita akan terus mencari sampai menemukan kebenarannya."
Alya mengangguk pelan, meski hatinya masih gelisah. "Tuan ... saya hanya ingin tahu mengapa ini harus terjadi. Mengapa mereka harus menyakiti keluarga saya?."
Arman meraih tangan Alya dan menggenggamnya erat. "Kita akan menemukannya, Alya. Aku janji."
Bersambung...