Pada jaman kuno ada makhluk yang sangat taat kepada sang penguasa langit. Orang yang di angkat ke langit dan tinggal di bersama Sang Dewa. Ketaatannya sangat dalam hingga merasuk kedalam jiwa, hingga sebuah Dom tercipta yang menjadi sumber kekuatan jiwa baginya. Dengan adanya kekuatan Dom di dalam dirinya, Makhluk itu pun merasa setara dengan makhluk langit lainnya dan mulai melawan kekuasaan langit. Sang Dewa pun marah dan mengusir makhluk itu dari surga ke sebuah Dunia bernama Gaia. Sebuah dunia yang tidak memiliki sihir, hanya ada kekuatan jiwa (Dom) yang di berikan oleh Sang Dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 - Menjadi Gila
Didalam tenda. Dion masih mengintrogasi Gildan dengan beberapa pertanyaan. Ia bermaksud untuk mengumpulkan informasi setelah kembali ke permukaan.
"Jadi, untuk apa kalian membuat senjata.?" tanya Dion.
"Itu adalah sebuah rahasia, aku tidak akan menjawab pertanyaan mu." sahut Gildan.
Lalu, Dion pun tiba-tiba berada di meja Gildan dan membaca beberapa laporan disana.
"Bajingan." sahut Dion sambil mengarahkan pedangnya ke arah Dion.
Lalu. BROOAK. Kepalanya pun di hantam oleh Dion sampai tubuhnya terpental. "Aargh, sialan." Hidungnya pun sampai berdarah.
"Tunggu saja disitu, urusan kita masih belum selesai." kata Dion.
Dion pun membolak-balikkan laporan, dan hampir membaca semua laporan disana.
"Perang dengan Clan Siwa. Pasukan Aliansi, pasukan gabungan kerajaan Riu. Bantuan kerajaan Konggo, persiapan perang, persediaan perang, dan Pasukan mereka berhasil memukul mundur sampai ke titik dalam kerajaan Alden. Bajingan ini benar-benar sudah membuat rusuh di tanah para leluhur."
Dion pun melepaskan auranya.l secara perlahan, dan Gildan langsung terkejut melihat aura itu. "Dom Stuart.?"
"Aku bisa mati jika melawannya, pantas saja aku tidak bisa merasakan kehadirannya." kata Gildan hati dengan sangat ketakutan.
Tiba-tiba Aura Dion pun mulai mereda. Dan ia mulai tenang kembali.
"Jadi, Apa kau seorang panglima.? Namamu adalah Gildan Vios, Panglima Besar Kerajaan Riu ya." kata Dion sambil membawa dokumen identitasnya.
"Kau terlihat sangat tua, berbeda dengan umurmu yang masih 42 tahun. Aku penasaran, apa kalian senang dengan kemenangan perang kali ini.?" sahut Dion dengan tatapan tajam.
"Maaf, siapa Anda sebenarnya. Kenapa Anda mengusik kami.? Apa salah kami.?" tanya Gildan dengan ketakutan.
"Apa kau masih mengingat Clan Siga.?" tanya Dion.
Gildan pun langsung terkejut sambil menelan Ludah.
"Tidak mungkin dia berasal dari Clan Siga. Mereka tidak punya orang sekuat ini sekarang."
Dion pun mengeluarkan simbol Pemimpin Clan Siga dan di perlihatkan ke Gildan.
"Itu, simbol Pemimpin Clan." sahut Gildan.
"Itu benar, aku adalah seorang pemimpin Clan Siga saat ini. Dan anak dari Raimond Siga yang kalian bunuh." kata Dion.
"Ini bahaya, ini sangat berbahaya. Aku harus memberitahu Yang Mulia Raja." kata Gildan sambil berusaha berdiri
Lalu ia pun tiba-tiba berlari keluar tenda. Dan Buk. Ia pun tersandung oleh mayat bawahannya. Alangkah terkejutnya dia melihat semua prajuritnya sudah mati tergeletak disana.
"Tidak mungkin. Tidak mungkin seorang Dom Stuart bisa membunuh orang tanpa bersuara." kata Gildan yang sangat ketakutan, bahkan tubuhnya sampai gemetar.
"Ya ya. Apapun yang kau katakan." sahut Dion yang tiba-tiba berada di depannya sambil duduk diatas mayat prajuritnya.
"Sejak kapan dia berada disitu.? Dia seperti hantu." kata Gildan dan semakin ketakutan.
"Jadi, apa hubungannya proyek ini dengan warga desa disana.? aku lihat kalian sudah menindas mereka." kata Dion yang tiba-tiba berada di belakang Gildan.
"Ini, ini, HAAAAAAAA." Gildan pun berteriak dan berlari seperti orang gila.
"Hm, dia sudah gila sekarang." sahut Dion.
Dion pun malah menjadi-jadi mengoda Gildan yang berlari ketakutan.
"Kau jangan pergi dulu, pertanyaan ku belum kau jawab." kata Dion yang tiba-tiba berada di atas Gildan sambil rebahan dan melayang.
"Hiiiii. Han hantuuuu, Han hantu." kata Gildan sambil gemetar ketakutan. bahkan di bayangannya ia melihat mayat prajuritnya bangkit dan berkata padanya.
"Kau bajingan, kau telah membunuh kami, bajingan keparat. Ku bunuh kau. Ku bunuh kau." suara yang di bayangkan oleh Gildan disana.
Ia pun sampai bertola-tole dan berputar-putar disana. Tubuhnya juga gemetar cukup kencang, dan beberapa kali dia menggigil dan mengigit jarinya.
Tiba-tiba CEPLAK. Dion pun memukul kepalanya.
"Okee, lihat kemana kau.?" teriak Dion.
"HIIIII, HA HANTU, HIIII hantu, Haa Hantuuuu." suara Gildan yang sudah benar-benar kehilangan kewarasannyadan Dion masih mengikutinya sambil melayang dan rebahan di udara.
"Aku jadi merasa bersalah jika membunuh orang Gila. Kau tau, membunuhmu itu sangat mudah bagiku, tapi yang sulit adalah membuat orang menjadi Gila. Kau akan menderita seumur hidupmu, dan mungkin kau akan di buang oleh orang-orang kekaisaran. Mungkin itu sudah cukup bagiku." kata Dion sambil melihat Gildan yang mondar-mandir disana.
"Mungkin jiwa orang-orang dari Clan Siga yang kau bunuh waktu itu, sedang tertawa melihatmu sekarang. Ini akan menjadi sedikit hiburan bagi mereka." kata Dion.
"Hiii, hantuuu, Han hantuuu. Hiiii."
"Hm" Dion pun berdiri di atas udara. Lalu, ia membuat kurungan dari Cahaya tanpa membuat sebuah formasi. WUIING. Dan Gildan pun di kurung disana.
"Meskipun kau sudah kehilangan kesadaran, tapi kau masih bisa membuat kekacauan. Aku khawatir kau hilang dari sini dan tiba-tiba mengusik warga desa. Jadi, kau tunggu saja disini." kata Dion.
Lalu, ia pun terbang kembali ke desa.
...
Beberapa saat kemudian, Dion pun sampai didesa itu. Dan terlihat, warga desa mulai membasuh diri dari air yang keluar dari udara.
"Ini adalah air surga. Kau harus mandi dengan air ini, lukamu akan secepat sembuh." kata orang disana.
"Ya, itu benar, bahkan lukaku sekarang sudah sembuh total, lihatlah. Aku bisa meloncat dan berlari sesukaku sekarang." kata orang lainnya.
"Benarkah, apa air ini juga bisa menghidupkan orang mati ?" tanya anak perempuan berumur 10 Tahun bernama Lisa.
"Apa kau bodoh, mana ada air yang bisa menghidupkan orang mati " sahut orang itu
Dion yang melihatnya pun langsung teringat sesuatu.
"Aku lupa kalau air itu mengandung sisa-sisa serpihan cahaya dari Pertama Suci paling indah. Tapi syukurlah jika itu bermanfaat bagi mereka."
"Biarkan aku mencoba mandi disini paman." kata Lisa
"Ah, cepat cepat."
Lisa pun mandi dengan air itu, dan sesekali dia juga meminum airnya. "Waah, segar sekali. Paman benar, lukaku jadi sembuh total. Hihi."
Dion pun melihatnya sambil tersenyum. Dan tiba-tiba, tubuh Lisa pun bersinar cukup terang WOOSSSH. Sampai-sampai orang di sekitarnya pun terpental karena efek dari cahaya itu.
Buk buk buk. "Aaah, Lisa, ada apa denganmu. Jangan gunakan kekuatanmu untuk menyakiti kami." kata orang disana.
"Itu, tidak mungkin. Dia punya Gemstone didalam tubuhnya. Apalagi warnanya adalah Emas. Itu adalah warna paling tinggi tingkatannya dari daftar catatan kuno tentang Gemstone." kata Dion dalam hati dengan terkejut
Lisa pun hanya terdiam saja sambil melihat tangannya. lalu, cahaya itu pun menghilang dengan sendirinya.
Dion pun menghampirinya. Dan semua orang melihat Dion seperti seorang Dewa, dan mulai berlutut di depannya
"Tuan, anda sudah kembali." kata salah orang disana.
"Ah, aku sudah membereskan mereka Tuan. Jadi kalian tidak perlu khawatir lagi." kata Dion sambil tersenyum
"Terimakasih Tuan, terimakasih."
Lalu, Dion pun merobek udara dan mengeluarkan berbagai macam barang. "Hee." semua orang pun sangat terkejut melihatnya.
"Ini ada beberapa barang yang aku ambil dari tempat mereka, ada sebuah tenda lipat, tempat tidur, makanan, minuman, dan barang-barang lainnya. Mungkin ini bisa membantu kalian kedepannya." kata Dion.
"Ini terlalu berlebihan Tuan." kata orang disana.
"Ah, hehe, Benarkah.? Aku hanya mencoba membantu sebisanya Tuan, mohon di terima." kata Dion.
Semua orang pun benar-benar sangat berterimakasih padanya. Dan Lisa yang melihatnya pun sangat terkejut dengan perlakukan Dion kepada mereka.
Dion pun menghampiri Lisa.
"Apa ada waktu sebentar, kakak ingin bicara denganmu." kata Dion dengan tersenyum.
"Eh.? Aku.?" sahut Lisa.
"Benar, siapa namamu.?" tanya Dion,
"Namaku Lisa, hanya Lisa." jawab Lisa.
"Ho, nama yang bagus. Baiklah Lisa bisakah kita berbicara sebentar disana.?" tanya Dion.
"Baik kak."
Mereka berdua pun berjalan menjauh dari desa. Dan Lisa hanya mengikuti Dion dari belakang sambil memperhatikannya.
...