Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Luna menatap bingkisan yang Lisa kirim untuknya.
Hanya karena dia menanyakan perihal merk produk kecantikan yang mungkin cocok untuknya, Lisa langsung mengirimkan satu set produk kecantikan.
Dia membuka satu persatu produk kecantikan yang Lisa kirim kemudian sebuah pesan video muncul di ponselnya.
Luna membukanya, video Lisa dimulai, menjelaskan satu persatu langkah yang harus di lakukan Luna untuk mulai merawat wajahnya.
Luna membersihkan wajahnya, mengusap perlahan sedikit memijat dan membasuhnya. Kemudian memakai pelembab, dan produk lainnya sesuai langkah yang Lisa berikan.
Selesai, Luna menatap ada sedikit perubahan, wajahnya sedikit terlihat bersih. Kemudian matanya menatap lipstik di hadapannya.
Luna menggelengkan kepalanya.
"Tidak, tidak hari ini. Aku belum berani memakainya " gumam Luna.
#
Vera baru bangun, Luna sudah buru-buru berangkat ke kantor.
"Aku pergi Ra! " seru Luna.
Vera mengerutkan dahinya, ada sedikit wangi berbeda setelah kepergian Luna.
"Apa dia sudah memakai semua produk semalam? " gumam Vera.
Dia menggaruk kepalanya dan masuk ke dalam toilet. Beberapa saat duduk, dia baru sadar.
"Dia buru-buru pergi, memang ini jam berapa?" gumamnya lagi.
"Sekantor dengannya, hidup dengannya, baru kali ini dia pergi terburu-buru begitu"
Mata Vera terbuka lebar.
"Sial, gue ditinggal, terlambat donk! "
Vera tertatih tatih ingin cepat-cepat selesai mandi dan pergi agar tak terlambat.
#
Aryo, karyawan teladan, datang selalu paling awal. Hari itu, dia menyeduh kopinya di pantry. Sedang santainya dia mengaduk, perhatiannya teralihkan karena melihat bayangan seseorang melewatinya.
"Loh, kok horror ya. Biasanya ga ada yang dateng barengan gue" gumam Aryo.
Dia mengintip keluar dengan sedikit mengeluarkan kepalanya.
Celingak celinguk melihat ke segala sudut, tak ada siapapun di ruang kantor utama itu.
Tapi ada suara di meja dekat ruangan Pak Abel. Aryo perlahan mendekat dan mengintip.
"Luna! " Aryo terkejut.
Luna menatap.
"Ada apa dengan kacamata mu? " tanya Aryo.
Luna tersenyum mengingat saat dia terlalu terburu buru masuk ke dalam bus dan kacamata nya jatuh kemudian terinjak orang lain.
"Jatuh di bus, ga sengaja terinjak orang lain" jawabnya.
Aryo tersenyum.
"Minus berapa? " tanya Aryo.
"1,5, mungkin siang ini saya cari gantinya" ucap Luna.
"Tumben datang pagi? " tanya Aryo.
"Hmm, lupa taruh laporan ide untuk STARTV AWARD. Kamu sudah siapkan kan? " Luna memastikan.
Aryo mengangguk.
"Wahhh, enaknya punya rekan kerja yang teladan" puji Luna.
Aryo mengambil laporan ke mejanya. Dia menyerahkan laporan nya ke tangan Luna, tangan mereka bersentuhan. Tapi hanya Aryo yang merasakan getarannya, Luna terlihat acuh.
"Mau aku buatkan kopi? " tawar Aryo.
"Tidak usah, nanti bikin sendiri sekalian bikin buat pak Abel" jawab Luna sembari menyatukan laporan Aryo dengan yang lainnya.
"Kopi ku ini istimewa" ucap Aryo.
Luna membulatkan matanya, kemudian tersenyum.
"Ok, makasih ya Yo! " akhirnya Luna mau.
Aryo membuat kopi, Luna penasaran dengan maksudnya istimewa, dia menghampiri dan masuk ke pantry.
Mereka minum kopi bersamaan di sana.
Abel datang lebih pagi, dia pikir akan menegur Luna karena pasti kesiangan dan lupa menaruh laporannya. Tapi langkah kakinya yang biasanya cepat, terhenti mendengar tawa Luna dari arah pantry.
Abel melirik menatap Luna yang tertawa, tapi Abel tak bisa melihat siapa yang sedang bersamanya.
Abel maju selangkah, kemudian Aryo terlihat berdiri di hadapan Luna dengan tersenyum senang. Abel kesal, dia masuk ke ruangannya dan langsung menelpon Luna.
"Mana laporannya? " tanya Abel ketus.
Luna buru-buru masuk ke ruangannya dan berdiri di hadapannya.
"Kau mulai malas ya, datang ke kantor lebih pagi hanya untuk minum kopi dengan rekan kerja pria. Kau mulai mencari perhatian rekan kerja khususnya pria ya? Tempo hari Louis, sekarang.... "
Belum selesai Abel bicara, Luna sudah menunjuk tumpukkan laporan yang ada di hadapan Abel.
"Ini laporannya Pak! " ucap Luna formal.
Abel heran.
"Ada lagi yang anda inginkan Pak? " tanya Luna.
Abel mengalihkan pandangannya karena kesal.
"Mungkin sarapan roti dengan sup jamur bisa membuat anda lebih relaks Pak, mau saya pesankan di kantin? " tawar Luna dengan senyum dan nada bicara seperti biasanya namun terdengar memaksakan diri.
Abel jadi merasa canggung.
"Tidak usah, kau kembali saja ke meja mu" ucap Abel.
"Ok"
Luna berbalik tapi kemudian berbalik lagi.
"Oh ya Pak, saya cuma sekretaris anda, bukan lagi asisten pribadi anda, saya mau mencari perhatian pria manapun itu urusan pribadi saya. Maaf kalau saya merasa anda tidak punya wewenang untuk ikut campur dengan urusan pribadi saya"
Luna berbalik lagi kemudian pergi.
Abel menganga tak percaya karena Luna sudah mengatakan semua itu.
"Beraninya dia mengatakan hal seperti itu, apa dia lupa dulu bagaimana? " Abel kesal.
Tapi kemudian dia diam.
"Kenapa juga kacamata dia miring begitu? " gumam Abel.
Luna kesal, dia mengerjakan semua pekerjaan yang harusnya dikerjaan minggu depan.
Sampai makan siang, Abel tak memanggilnya. Dia juga tak menerima siapapun masuk ke dalam.
Luna yang awalnya ingin memberi pelajaran pada bosnya itu, malah diacuhkan. Luna penasaran, dia melirik ke dalam ruangan, Abel terlihat masih membaca laporan yang tadi pagi dia tumpuk di hadapannya.
"Dia benar-benar sibuk atau sengaja mengacuhkan ku? " gumam Luna.
"Sstthh! Sthh! "
Vera memanggilnya tapi dia tak memperhatikan.
Vera melempar pulpen Aryo ke arahnya. Luna menoleh dan menghampiri Vera.
"Ada apa lo kesini? " tanya Luna.
"Lu yang ada apa? Kenapa tadi ninggalin gue?" tanya Vera.
Vera memperhatikan kacamata Luna.
"Kacamata lu rusak? " tanya Vera.
"Hmm, ke injek orang di bus, buru-buru tadi, laporannya belum masuk ruangan, males kalau harus denger dia ngomel" ucap Luna.
Vera mengambil gambar Luna dengan kacamata yang rusak.
"Ih elu, pake di foto segala! " keluh Luna.
"Muka lu agak mulus Lun, jadi pake produk dari Lisa? " Vera mengalihkan pembicaraan.
"Apa iya? Baru sekali pakai pun!" Luna menyentuh wajahnya.
"Makan yuk, laper! " keluh Vera.
"Bentar! " Luna kembali ke mejanya.
Dia memanggil Abel dari interkom.
Abel yang sejak tadi memperhatikan mereka dari balik jendela, kembali duduk dan mengangkat telponnya.
"Hmmm! " jawab Abel.
"Anda mau pesan sesuatu untuk makan siang Pak? " tanya Luna.
"Tidak, saya makan keluar, kamu makan saja" jawab Abel datar.
Luna terheran, dia memandang Abel dari mejanya. Abel langsung menutup telpon dan kembali membaca laporannya.
Luna jadi merasa bersalah.
"Ayoo! " ajak Vera.
Luna tersenyum, kemudian berdiri.
"Yook! " dia pergi dengan riang.
"Oh ya, beneran kelihatan mulus? " tanya Luna sekali lagi.
"Iya, lebih halus gitu! " Vera menyentuh pipinya.
"Bagus juga produk yang Lisa kasih! " puji Luna.
Mereka bicara sambil berjalan menuju kantin kantor.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>