Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menantang Pak Duda
Di ruangan lain, Chila masih dalam tahap observasi dan belum sadar pasca operasi. Armon setia menunggu putrinya dan berharap tubuh Chila kuat serta beradaptasi dengan baik.
Kalau tubuh Chila menerima sumsum tulang belakang Roro dengan baik selanjutnya pemberian stem cell sangat mudah untuk proses penyembuhan.
"Jadi gadis itu yang memberikan donor?" tanya Prada yang juga ada di sana.
Perempuan itu ingin membahas tentang Roro.
"Kau sudah bertemu dengannya bukan, dia yang merawat Chila sampai bisa mengatasi traumanya dengan rumah sakit," ungkap Armon.
"Aku tidak tahu tapi dia sepertinya memang tulus pada kalian," komentar Prada sambil mengingat kejadian sebelumnya.
"Apa kau menyukainya sebagai perempuan?"
Armon tidak menyangka kalau mantan istri yang tidak pernah peduli padanya akan bertanya hal seperti itu.
"Kau payah dalam urusan wanita jadi lebih baik kau cepat ungkapkan perasaanmu sebelum gadis itu pergi," sambung Prada.
"Kau ini bicara apa," Armon tampak menyangkal.
"Cepatlah pergi sana, aku akan menjaga Chila!" Prada masih memaksa mantan suaminya itu.
Armon selalu bertindak dengan memikirkan baik dan buruknya, untuk kali ini Prada mendorongnya supaya lelaki itu jangan terlalu banyak berpikir.
"Ini bukan waktu yang tepat," tolak Armon karena masih meragu.
"Jadi, kapan? Menunggu gadis itu pergi atau direbut lelaki lain?" Prada semakin mengompori.
Dan berhasil Armon jadi kepanasan mendengar provokasi dari Prada itu.
"Aku titip Chila," ucap Armon sebelum meninggalkan ruangan.
Lelaki itu bergegas ke ruangan di mana Roro dirawat, di dalam sana ada dokter dan perawat yang tengah memeriksa keadaan Roro pasca operasi.
"Dokter Armon..."
Semua tampak menunduk hormat pada lelaki itu.
"Bagaimana keadaan suster Roro?" tanya Armon berusaha setenang mungkin.
Jangan sampai wibawanya jatuh di depan para dokter dan perawat di sana.
"Keadaan suster Roro sudah stabil, Dok," jawab salah satunya.
Kemudian mereka pergi untuk memberikan ruang pada Roro dan Armon.
Seperti biasa, Roro akan merasa gugup jika berhadapan dengan duda ganteng itu.
"Tuan, bagaimana keadaan nona Chila? Kenapa anda kemari?" tanya Roro.
"Chila masih dalam tahap observasi dan kenapa memangnya kalau aku kemari?" Armon justru membalik pertanyaan. Dia mendekat dan duduk di kursi samping ranjang pasien.
"Sepertinya tubuhmu tidak mengalami efek samping seperti mual dan lainnya artinya untuk ke depannya secara alami sumsum tulang belakangmu akan kembali seperti semula, Suster!"
Roro mengangguk paham, sebelumnya dokter yang menanganinya sudah menjelaskan pasca pengambilan sumsum tulang belakang ini. Jadi, Roro tidak perlu khawatir.
"Akhirnya kita bisa menyelesaikan masalah kita, Tuan. Seperti simbiosis mutualisme dan tugas saya sudah selesai," balas Roro.
Armon tampak tidak suka mendengarnya. "Siapa yang bilang sudah selesai?"
"Perjanjian kita berakhir ketika nona Chila bisa mengatasi traumanya terhadap rumah sakit, bukan?" Roro mencoba mengingatkan.
"Jadi, kau tidak mau penyakit langkamu itu sembuh?" Armon berdiri dari tempat duduknya dan mendekat ke arah sang suster.
"Bukankah aku berjanji akan menyembuhkan penyakit itu!"
Roro menelan ludahnya serak ketika Armon semakin mendekatinya dan jantungnya mulai berdebar tak karuan.
"Saya tidak yakin dengan penyakitnya, mungkin akan sembuh dengan sendirinya," ucap Roro.
"Benarkah?" Armon semakin mendekat bahkan saking dekatnya hidung keduanya jadi saling bersentuhan.
"Tuan..." Roro merasa semakin gugup.
"Jangan panggil aku seperti itu lagi atau aku benar-benar akan menghukummu!" Armon kali ini tidak akan memberi ampun.
"Memangnya hukuman apa yang akan saya terima?" tanya Roro seakan menantang pak duda.