Jeni, si pembuat onar itu itu julukan yang pas untuk jenifer,dia putri ke 3 dari pasangan Joshua martin dan yolanda vidia martin.
Ibunya sangat membenci jeni dia bahkan menganggap jeni anak sial,dulu waktu bayi ibunya bahkan tidak mau menyusui dan merawatnya,hanya sang ayah yang menganggapnya ada,dia selalu membuat onar di sekolahnya mencari perhatian dari sang ibu.
Sampai di pertemukan dengan CEO, keren dan cold,merasa tertantang untuk menakhlukkan sang CEO
Mampukan Jennifer menakhlukkan hati sang CEO, kita baca yuk kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Dzaki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Alex menawarkan kepada jesika mau mengikuti dia tes drive atau kembali. Jesika dengan semangat memutuskan mengikuti Alex ke tempat parkir.
"Saya akan ikut tuan, memastikan semua sudah selesai dan sesuai dengan ekspektasi anda."
Alex menyambar kunci motor itu dan keluar ruangan diikuti oleh jesika, mereka melewati jalan khusus, Alex tidak mau dirinya kembali viral seperti tempo hari.
Mereka sampai di parkiran, Alex memperhatikan dengan seksama motornya yang menjadi lebih macho dan keren. dia mencari cari sebuah celah kesalahan di motor itu, untuk mengerjai jesika dan jeni yang datang kemari, karena ada hal lain juga yang sebenarnya Alex inginkan dari gadis tersebut, tetapi dia gengsi.
" Kenapa bagian ini polos saya kan sudah menjelaskan untuk di beri stiker inisial nama saya disini" Alex menunjuk ke bagian yang kosong supaya de beri inisial dirinya.
"Disini lagi, saya minta logo diamond nya. apa bocah itu tidak melapor." Alex menemukan dua celah yang sengaja dirinya buat.
"Maaf tuan, tidak ada laporan kalau harus di tambah stiker tersebut, kalau begitu akan kami tambah lagi. Tuan ini sudah bagus, kenapa harus di tambah tambah, jadi ramai hasilnya." ucap jesi mencari alasan yang tepat.
"Ini motor mahal, bagaimana kalau hilang atau keliru nanti, saya tidak mau berbagi atau milik saya di pakai oleh sembarang orang." Alex mengitari kembali motornya lalu, naik di atasnya, tapi turun lagi.
"Kamu panasi motornya, saya mau lihat suaranya." Alex meminta jesika untuk memanasi motor sport tersebut, tapi secara halus Jesika menolak keinginan Alex, selama hidupnya, dia bahkan tidak pernah naik motor, apalagi menyalakan mesinnya.
"Maaf, kenapa harus saya tuan, kan anda pemiliknya, seharusnya anda yang mencobanya, mana yang kurang enak." Jesika mengelak.
" Tidak, ada saja yang menyalakannya, supaya saya bisa mendengar dari sini bukan dari jok kemudi."
"Tapi tuan." elak Jesika.
"Kenapa kok ribet, tinggal menyalakan saja, bukannya anda bilang kalau anda pemilik bengkel itu, masak menyalakan motor saja ribut." Alex kesal.
"Panggil saja jeni, saya mau bocah itu yang menjelaskannya, kemaren dia yang menjelaskan ini, itu tapi tidak sesuai, saya tidak akan membayarnya kalau begini hasilnya." ketus Alex dia meminta jenifer langsung yang kesana.
"T tapi dia."
"Tidak ada tapi tapian, dari modelnya saja tidak mirip dengan katalog dia kemaren, ini modelnya saja tidak berubah."
"Anda bisa bicara ke saya, apa yang harus di rubah ,kemaren saya tidak mendengar sendiri keinginan anda tuan, dan biar saya yang menyalakan mesinnya." Jesika menghindar untuk memanggil jenifer. Gadis itu berjalan mendekati motor tapi dia pura pura keseleo, Jesika sengaja menjegal kakinya dan terjatuh.
"Ah, au sakit tuan. kaki ku." Jesika mencoba untuk bangun tapi pura pura tidak bisa. Dia meringis sambil memijat kakinya.
Tapi Alex tetap diam di tempatnya, pemuda itu memanggil seseorang yang kebetulan lewat.
"Hei kamu sini!" Alex memanggil seorang office boy yang kebetulan lewat.
"I ya tuan." pemuda itu langsung mendekati Alex.
"Kamu, bawa dia ke klinik, kakinya sakit, tidak bisa bangun!" Alex memberitahu pemuda tersebut.
Alex mendekati motornya, melepas jas mahalnya. Melempar jas itu ke pemuda tadi.
"Taruh juga jas itu ke ruangan saya!" perintah Alex, dia menggulung lengan kemejanya, memanasi motornya sebentar dan mulai meninggalkan parkiran tersebut.
Jesika, menepis tangan office boy yang hendak memapahnya, dan dengan pelan pelan dia bangun sendiri. Kaki dia sebenarnya tidak cidera, cuma sedikit memerah karena di paksakan untuk jatuh.
"Pergi, jangan sentuh gue dengan tangan kotor lo itu, bau kuman." jesika mendengus dan berjalan masuk ke kantor.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya, merasa lucu dengan tingkah para wanita yang mengejar tuannya itu.
Dia membawa jas mahal itu ke ruang CEO. meletakkannya di sandaran kursi kebesaran Alex.
Alex berkeliling area sekitar perusahaannya, dia berhenti sejenak, mencari gawainya, dia lupa kalau handphonenya ada di saku jas tadi.
Alex kembali ke kantor, langsung menuju ke ruangan besar itu, mengambil hp tersebut di saku jasnya. Alex menghubungi jenifer.
"Di mana lo?" Tanya alex.
"Di halte dekat kantor om, lama menunggu bis tapi belum ada yang lewat, kenapa, bagaimana motornya?" tanya jeni beruntun.
" Dasar tidak bertanggung jawab, gue mau lo sendiri yang ambil uang modifikasi ini. Dan ada yang perlu lo periksa." Suara alex terlihat kesal.
"Periksa apa om, motor itu sudah gue cek ."jawab jeni polos
"Lo punya kontrak kan dengan gue, ini ada masalah di bagian pembuatannya, lo datang ke kantor, sekarang juga!" perintah Alex.
"Iya, tapi ntar viral lagi om, ini berjalan juga jauh, paling tidak suruh orang jemput gue, lapar juga."Jeni berkata dengan manja. Entah kenapa suaranya membuat Alex tersenyum.
"Ya sudah lo tunggu di sana gue jemput. Kita ngobrolnya sambil makan siang saja." Alex memutuskan kalau dia akan mengajak gadis itu makan.
"Oke om ganteng jeni tunggu. tapi jangan lama lama." ucap jeni.
"Hemm." jawab Alex singkat, sambungan telpon tertutup sepihak.
Jenifer kembali duduk di bangku halte tersebut, mengabaikan sebuah bus yang baru saja lewat.
Alex memanggil Ronald, untuk menggantikannya makan siang dengan kliennya lebih memilih makan dengan bocah tengil itu.
"Iya tuan." Ronald masuk ke ruang ceo tersebut.
"Lo gantikan gue makan siang dengan mr liam, gue ada urusan lain!"
'Siap tuan, lumayan makan gratis." Ronald cengengesan, dia palung semangat kalau urusan makan.
Alex menyambar jas dan kunci mobilnya, baru keluar dari ruangan tersebut. hari ini alex mengendarai Bugatti hitam seri terbaru.
Alex langsung menuju ke halte yang tidak jauh dari kantornya, sekitar 100 meter dari gerbang kantor miliknya.
"Jauh juga bocah itu berjalan, memang tidak memanggil taksi online dia." gumam Alex.
Kebetulan di halte ada beberapa orang masih menunggu bis.
Alex menghentikan mobil mewahnya tepat di depan halte. Tin tin. Mobil mewah dengan warna hitam mengkilap, membuat heboh orang orang di halte. mereka melongo melihat ada mobil yang begitu bagus berada disana.
Alex membuka sedikit kaca mobil tersebut, sehingga jeni sadar dan langsung menghampiri Alex.
"Masuk!" perintah Alex dengan tegas.
Jeni segera masuk ke dalamnya sebelum orang orang itu membuat mereka viral, seperti kemaren.
"Wah, kerem om mobilnya bugatti girl. yang ferrari merah kemaren om?" kepo jeni. Gadis di sampingnya itu masih sibuk mengagumi mobil Alex, membuatnya tersenyum misterius.
"Mau, mobil seperti ini?" tanya Alex.
"Nggak ah, nanti malah dikira nuyul atau malah jual diri, si merah sudah cukup untuk jeni, asal masih ada kendaraan." jawab jeni.