NovelToon NovelToon
Hot Summer Boyz

Hot Summer Boyz

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:857
Nilai: 5
Nama Author: Sara Budi

Hot Summer Boyz yang diperankan oleh anggota group THE BOYZ : Hyunjae, Juyeon, Younghoon, Sangyeon, Sunwoo, Eric, Juhaknyeon, Jacob, Kevin, Changmin (Q), Chanhee (New) tentang sebelas cowok tampan yang sedang berlibur ke sebuah pulau tropis dan bertemu dengan gadis bernama Nikita serta dua sahabatnya, Echa dan Yesha.

Kehadiran para gadis ini yang nantinya bakal memicu cinta segitiga, momen manis, dan dinamika yang tak terduga.

⚠️Ini pengalaman musim panas yang tidak bisa kamu abaikan. HOT SUMMER BOYZ menunggu DEOBI! Let’s dive in!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sara Budi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 22 Refreshing Meluapkan Masalah Juhaknyeon & Miyeon

Sore itu, langit jingga menghiasi pantai, menciptakan suasana yang seharusnya tenang dan indah. Miyeon berjalan sendirian menuju payung-payung meja di area beach club sambil dengerin lagu mellow dari earbuds-nya. Angin lembut pantai mengibarkan rambut panjangnya, sementara pikirannya melayang ke semua drama yang terjadi di villa belakangan ini. Tapi langkah Miyeon terhenti waktu dia lihat sosok Juhaknyeon di kejauhan.

Cowok itu duduk di salah satu kursi kayu, tubuhnya sedikit membungkuk, dan dia kelihatan lagi telepon. Wajahnya tegang, suaranya terdengar sedikit gemetar meskipun jaraknya cukup jauh. Miyeon pelan-pelan mendekat, melepas earbuds-nya biar bisa dengar lebih jelas.

“Gimana bisa Hansol? Ayah sama Ibu nggak ngomong apa-apa ke gue!” suara Juhaknyeon pecah.

Miyeon nggak bermaksud nguping, tapi kata-kata yang keluar dari mulut Juhaknyeon bikin dadanya ikut sesak.

“Lo serius? Ibu minta cerai setelah makan siang bareng kalian?” Juhaknyeon terdiam sejenak, napasnya mulai berat. “Hansol, lo jangan nangis. Gue di sini, oke? Gue janji bakal pulang secepatnya”

Miyeon lihat tangan Juhaknyeon gemetar sambil menggenggam ponsel. Setelah beberapa saat, telepon itu berakhir, tapi Juhaknyeon nggak langsung berdiri. Dia malah membenamkan wajahnya di kedua tangan. Dari jarak itu, Miyeon bisa lihat bahunya bergetar.

Dia nggak tahan. Miyeon tahu, selama di villa, Juhaknyeon adalah orang yang selalu ceria dan perhatian ke semua orang. Tapi sekarang dia terlihat rapuh. Miyeon mendekati pelan-pelan, lalu duduk di kursi sebelahnya.

“Juhak?” panggil Miyeon pelan.

Juhaknyeon kaget, cepat-cepat mengusap matanya. “Miyeon? Ngapain lo di sini?” Dia mencoba senyum, tapi gagal total.

“Aku lagi jalan-jalan aja barusan eh nggak taunya liat kamu di sini” Miyeon ragu mau ngomong apa. Akhirnya dia bilang, “Maaf kalau aku lancang. Barusan aku liat kamu dari sana, keliatannya kamu lagi ada masalah. Kamu kenapa?"

Juhaknyeon tertawa kecil, tapi suara itu penuh kepahitan. “Apa gue kelihatan separah itu?”

Miyeon mengangguk. “Iya. Keliatan banget malah”

Juhaknyeon diam beberapa detik, seperti sedang menimbang. Tapi akhirnya dia menghela napas panjang. “Gue baru aja teleponan sama adik gue, Hansol. Dia bilang, habis makan siang tadi, Ibu bilang ke Ayah kalau dia mau cerai. Dan itu di depan Hansol, Miyeon. Di depan anaknya sendiri!! Apa nggak gila!!”

Miyeon nggak tahu harus bilang apa. Dia cuma bisa menatap Juhaknyeon dengan penuh empati.

“Emang susah ya kalau udah ada orang ketiga! Rayuan manis brondongnya kemakan sampai nyokap tega ke bokap!" Suara Juhaknyeon melemah. “Gue sebenernya nggak tahu harus ngapain, Yeon. Hansol nangis terus. Gue nggak ada di sana buat dia. Gue cuma… Gue cuma kakak yang nggak berguna!"

Miyeon refleks memegang tangan Juhaknyeon. “Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu, Juhak. Menurutku kamu udah jadi kakak yang hebat kok buat Hansol. Mungkin aku belum terlalu kenal kamu. Tapi menurutku, kamu tipe kakak yang selalu mikirin dan peduli sama adik. Kamu bahkan rela loh nggak nikmatin waktu liburan kamu karena khawatir sama adikmu, Hansol”

“Tapi itu nggak cukup, Miyeon.” Juhaknyeon menarik tangannya, menyandarkan kepala ke kursi, dan menatap langit. “Gue nggak bisa selamatin dia dari semua ini. Gue nggak bisa mengubah apa-apa”

Miyeon ikut bersandar, tapi pandangannya tertuju ke ombak yang berkejaran. “Mungkin kamu nggak bisa mengubah situasi. Tapi aku yakin, keberadaan kamu buat Hansol adalah hal paling penting sekarang. Dia nggak butuh kamu buat ngelakuin hal besar. Dia cuma butuh tahu kalau kamu ada di sisinya, bahkan kalau kamu nggak ada secara fisik”

Juhaknyeon menoleh ke Miyeon. Kata-kata itu pelan-pelan meresap ke dalam pikirannya. “Lo selalu tahu hal yang tepat buat diomongin, ya?”

Miyeon tersenyum kecil. “Nggak juga. Aku cuma ngomong apa yang aku rasain kalau aku ada di posisi kamu atau Hansol”

Keheningan singkat tercipta, hanya diisi suara angin dan ombak. Tapi keheningan itu terasa nyaman, bukan canggung.

“Tapi serius, Juhak, kalau kamu butuh apa-apa, aku ada di sini. Kamu nggak harus nahan semuanya sendirian.”

Mata Juhaknyeon sedikit berkaca-kaca lagi, tapi kali ini ada rasa hangat di sana. “Thanks, Miyeon. Gue nggak tahu gimana kalau nggak ada lo sekarang.”

Miyeon tersenyum sambil menepuk bahunya. “Apa gunanya temen kalau nggak buat bantu di saat kayak gini?”

Setelah beberapa menit, suasana mulai mencair. Juhaknyeon akhirnya bisa tertawa kecil meskipun matanya masih sembap. Mereka ngobrol hal-hal ringan, mencoba mengalihkan pikiran dari masalah berat.

"Oh ya gimana kalau kita refreshing? Buat ngeluapin masalah kita" ucap Miyeon.

"Pasti masalah lo karena Hyunjae lagi. Udah lah Miyeon, nggak usah terlalu pikirin Hyunjae. Dia mah anaknya gitu jangan dibawa ke hati. Nanti yang ada lo darah tinggi lagi" ucap saran Juhaknyeon.

"Masalahnya ini lebih dari itu. Semalam, mereka jadian"

Mendengar kata jadian, Juhaknyeon kaget.

"Hyunjae sama Nikita jadian?"

Miyeon mengangguk senyum dengan menahan rasa sedih.

"Makanya kita refreshing yuk. Ya... itung-itung lepasin semua masalah yang terjadi sama kita sekarang"

Awalnya Juhaknyeon malas. Tapi, Miyeon yang lembut itu menarik tangannya. Gadis itu tampak begitu bersemangat, membuatnya sulit untuk menolak. “Oke oke, Miyeon. Gue mau” katanya akhirnya, meskipun masih terdengar kurang antusias.

Miyeon tersenyum lebar lalu mengulurkan tangan pada Juhaknyeon. “Lets go!” serunya.

Tempat pertama yang di datangi mereka adalah banana boat. Pengunjung terlihat ramai, tapi Miyeon berhasil memesan tempat untuk mereka berdua di wahana banana boat. Juhaknyeon tampak ragu saat melihat perahu pisang besar yang mengapung di atas air.

“Miyeon, lo yakin kita perlu naik ini?” tanya Juhaknyeon sambil memandang ombak yang bergulung-gulung.

“Iya dong! Ini akan seru. Kamu takut?” Miyeon menggoda, menatapnya dengan senyum nakal.

“Enggaklah. Gue mah sering naik ini!” balas Juhaknyeon cepat, meskipun sedikit gugup.

Mereka naik ke banana boat bersama beberapa orang lain, dan sesaat kemudian, perahu itu melaju kencang, ditarik oleh speed boat di depannya. Ombak menerpa mereka, dan suara tawa Miyeon menggema di udara.

“Pegangan yang erat, Juhaknyeon!” teriak Miyeon sambil tertawa.

Juhaknyeon memegang erat-erat, tapi ia tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa juga. Tawa Miyeon menular, dan kegugupannya menghilang seiring laju perahu.

Saat banana boat tiba-tiba berbelok tajam, mereka terlempar ke air, membuat Miyeon menjerit kecil sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak. Juhaknyeon berenang mendekatinya.

"Are you okay?” tanyanya, meskipun ia sendiri sudah basah kuyup.

“Yes, i'm okey" jawab Miyeon dengan senyuman cerah.

“Akhirnya kamu ketawa juga! Gimana? Ide refreshingku berhasil, kan?”

Juhaknyeon terdiam sesaat, menyadari bahwa dia memang merasa jauh lebih baik. Ia tersenyum kecil.

“Iya. Thanks ya, Miyeon”

Miyeon tersenyum sambil mengangguk.

Tempat yang didatangi adalah spead boat. Meski pakaian mereka basah, Miyeon menggandeng Juhaknyeon menuju speed boat. Kali ini, mereka hanya berdua dengan seorang instruktur yang mengemudikan perahu.

“Siap ngerasain angin kencang?” tanya Miyeon dengan semangat.

“Selama lo nggak minta gue lompat, gue siap,” jawab Juhaknyeon, tersenyum tipis.

Speed boat melaju kencang, membelah ombak dengan kecepatan tinggi. Miyeon berdiri sejenak, membentangkan tangan seperti burung yang terbang. Rambutnya berkibar tertiup angin, dan Juhaknyeon terpaku menatapnya.

“Juhaknyeon, coba berdiri deh! Rasakan anginnya dan luapin semua masalah kamu!” seru Miyeon.

Dengan sedikit ragu, Juhaknyeon berdiri di sebelah Miyeon. Ia merasakan angin menerpa wajahnya, dingin namun menyegarkan. Miyeon menggenggam tangannya untuk menjaga keseimbangan mereka.

"ARGHHHHHHHH..... GUE BENCI IBU GUE!!!!!!" teriak kencang Juhaknyeon.

"ARGHHHHH...... AKU BENCI HYUNJAE DAN NIKITA!!!" teriak kencang Miyeon.

Miyeon menoleh dan menangkap tatapan Juhaknyeon, tapi tidak melepaskan genggamannya. Hati Juhaknyeon mulai terasa hangat, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.

Setelah wahana air yang penuh aksi, Miyeon mengajak Juhaknyeon ke pantai berpasir putih. Di sana, mereka mengikuti lomba mencari kerang bersama beberapa pasangan lain.

“Bagi siapa yang berhasil menang akan mendapatkan hadiah spesial!” seru pemandu lomba.

“Hadiahnya apa?” tanya Juhaknyeon, penasaran.

“Katanya ibu sebelahku makan malam romantis di tepi pantai" jawab Miyeon sambil tersenyum penuh arti.

Karena hadiahnya menarik Juhaknyeon mau. Siapa tau menang hehe....

Mereka mulai mencari kerang di sepanjang pantai. Miyeon tampak sangat bersemangat, sedangkan Juhaknyeon lebih santai, membiarkan Miyeon memimpin.

“Ayo, Juhaknyeon! Kita harus menang!” katanya sambil menunjukkan sepotong kerang besar yang baru saja ia temukan.

Juhaknyeon tersenyum melihat semangat Miyeon. Ia mulai membantu, menggali pasir dan memeriksa celah-celah batu. Di tengah pencarian, tangan mereka tak sengaja bersentuhan. Miyeon menatapnya dengan mata berbinar, dan Juhaknyeon merasa jantungnya berdetak lebih cepat.

“Ayo lanjut!” Miyeon buru-buru memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan pipinya yang memerah.

Setelah berusaha keras, mereka berhasil mengumpulkan kerang terbanyak dan memenangkan lomba. Miyeon melompat kegirangan, memeluk Juhaknyeon tanpa sadar.

"Dan pemenang makan malam romantis jatuh kepada.. Pasangan Juhaknyeon dan Miyeon"

“Yeayyyy kita menang!” serunya.

Juhaknyeon terkejut sesaat, tapi ia balas memeluk Miyeon dengan lembut. “Ya, kita menang” katanya pelan.

Saat matahari mulai terbenam, Miyeon dan Juhaknyeon duduk di sebuah meja kecil yang dihiasi lilin dan bunga, menghadap ke laut. Suara ombak yang tenang menjadi latar belakang sempurna untuk suasana romantis itu.

“Lo tahu, Miyeon,” kata Juhaknyeon, menatap gadis di depannya. “Hari ini, gue merasa lebih baik. Semua karena lo”

Miyeon tersenyum, sedikit gugup. “Aku cuma mau membuat kamu bahagia. Kamu pantas untuk merasa seperti itu. Kamu selama ini satu-satunya orang yang paling baik sama aku. Jadi, aku nggak mau kamu merasa sedih”

Juhaknyeon menggenggam tangan Miyeon di atas meja. “Sekali lagi thank you, Miyeon. Gue rasa, gue mulai ngeliat sesuatu yang spesial dalam diri lo”

Miyeon terdiam, wajahnya memerah. Tapi dalam hatinya, ia merasa senang karena usahanya untuk membuat Juhaknyeon tersenyum akhirnya membuahkan hasil.

Malam itu, mereka berbagi tawa dan cerita di bawah langit berbintang. Juhaknyeon menyadari bahwa ia tidak hanya merasa lebih baik, tetapi juga mulai jatuh hati pada Miyeon.

Bersambung

Bagaimana tanggapan kalian?

■BANTU AUTHOR LIKE, FOLLOW, AND KOMENTAR YA🙏

GOMAWO CHINGU💙😉

1
Saidah_noor
masih baru ya...
Sara Budi: iya masih baru
total 1 replies
Noorphans.
Mantap nih!
Sara Budi: makasih chingu yaa💙💙💙
total 1 replies
Eirlys
Sempurna deh ini. 👌
Sara Budi: makasih chingu yaa💙💙
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!