menikah karena perjodohan tidak selamanya buruk. Noval menikah dengan sahabat masa kecilnya. Hafsah gadis tomboy yang berubah jadi kupu-kupu cantik.
bagaimana pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESEPAKATAN
Pagi menjelang, Hardianto bersama istrinya berada di ruang kerja yang mewah juga nyaman. Candy diletakkan di kamar pribadi milik Hardianto yang ada di ruangan itu bersama baby sitter nya.
Luki datang bersama calon istrinya. Tentu saja penyerahan surat pengunduran diri tak semerta-merta bisa disodorkan begitu saja. Terutama Luki yang telah lima tahun bekerja di perusahaan itu.
Noval ada di ruangannya sendiri, ia juga tak bisa berhenti begitu saja, semua ada aturan. Pria itu juga masih ragu untuk pergi dari perusahaan yang mengangkat dirinya itu.
Cassy menyapa sepasang calon pengantin itu dengan ramah, ia menjabat lembut tangan Luki dan Inge. Ada tatapan menyesal dari pandangan wanita nomor satu di perusahaan tempat keduanya bekerja.
“Nanti makan siang bersamanya,” pintanya lembut dan penuh harap.
Luki dan Inge mengangguk. Hardianto tak banya bicara kecuali masalah pekerjaan. Bahkan ia meminta Luki menemaninya untuk pergi ke divisi proyek.
Cassy mendekati Inge, ia paham bagaimana suaminya tak tergoda. Gaya dan gesture manja yang ditampilkan Inge memang natural dan tak dibuat-buat.
“Nge,” panggilnya lembut.
Gadis itu mendongak, sebuah tatapan polos yang mampu menyentuh semua hati pria. Tatapan di mana butuh perlindungan, tatapan rapuh dan manja. Cassy tertawa lirih, jujur ia sedikit marah dengan pandangan sekretaris suaminya itu.
“Ikut aku,” ajaknya lalu mengamit tangan halus sang gadis.
“Kerjaan masih banyak Bu,” ujar Inge setengah menolak.
“Sudah biarkan saja. Nanti aku membantumu,” ujar Cassy lembut.
Keduanya duduk berhadapan, Cassy membelai sayang wajah mungil nan cantik di depannya. Inge merona, ia pun tersipu dilakukan sedemikian rupa.
“Aku minta maaf atas perbuatan suamiku kemarin,” ungkap cassy tulus.
“Aku tau, kemarin suamiku terlalu memaksakan diri. Anggap beliau khilaf karena sudah jatuh dalam pesonamu,” lanjutnya.
“Bu ....”
Inge juga merasa bersalah, dulu ia memang kerap menggoda atasannya itu. Namun ia tak menyangka jika seperti ini. Hardianto malah menariknya setelah Inge mendapat tambatan hatinya.
“Saya juga minta maaf bu,” ungkap Inge lirih.
“Jujur saya dulu menggoda Pak Har. Karena saya tak memiliki ayah sejak lama ... bukan hanya pada Pak Har, tapi sama pak Nov juga!” akunya malu setengah mati.
“Mungkin sikap bapak kemarin adalah imbas dari perbuatan saya selama ini,” lanjutnya.
Satu titik bening mengalir dari sudut matanya, ia menatap wanita cantik yang sangat lembut di depannya. Inge bersimpuh dan meminta maaf pada wanita itu.
“Saya nyaris menghancurkan rumah tangga ibu dan bapak ... saya benar-benar malu,” ujarnya sesenggukan.
Cassy tersenyum, ia paham. Semua orang memang pernah berbuat salah. Tapi rumah tangganya sudah baik-baik saja sekarang. Ia yakin jika sang suami akan tetap setia sampai ajal menjemput salah satu dari mereka.
“Sudah lah sayang. Jangan mengundurkan diri ya,” pinta Cassy berharap.
Inge menatap wanita baik itu, ia dan calon suaminya telah memutuskan sesuatu, ia menghormati keputusan Luki untuk masa depan pernikahannya.
Sementara di tempat lain, Hardianto benar-benar minta maaf sampai hendak bersimpuh di depan Luki. Asistennya itu meraih tubuh besar Hardi agar tak melakukan itu.
“Sudah pak ... saya sudah memaafkan bapak!” ujarnya tulus.
Hardi memeluk bawahannya. Luki telah bersamanya lima tahun ini. Pria itu yang selalu mengingatkan dirinya agar menundukkan pandangan.
“Pekerjan sudah selesai pak, sebaiknya kita kembali,” ajaknya kemudian dan tanggapi anggukan Hardianto.
Makan siang terjadi di sebuah restoran, Hardianto bersama istri dan dua anaknya. Di sana ada Inge yang antusias dengan Candy dan juga Visya. Hafsah hadir duduk bersama suaminya.
“Mas ... nanti kita punya anak kembar dua ya!” pinta Inge seperti meminta dibelikan mainan.
“Sedikasihnya Tuhan sayang!” jawab Luki tersenyum.
Luki merasa sudah jatuh hati pada gadisnya, Inge memang sangat cantik dan membuat Luki menginginkann dirinya.
“Aunty Inge kapan mau punya dedek bayi?” tanya Visya fasih.
Bayi buah cinta Hafsah dan Noval itu memang sudah lancar bicara layaknya orang dewasa. Semua orang tua tersenyum mendengar pertanyaan dari mulut bayi cantik itu.
“Kalau bisa secepatnya sayang ... aunty mau punya anak enam bulan setelah menikah!” jawab Inge antusias.
Luki nyaris tersedak mendengar jawaban polos calon istrinya. Sedang Noval dan Hardianto menahan tawa. Luki memperingati istrinya.
“Nggak bisa begitu dek ... mana ada orang menikah enam bulan langsung keluar bayi?”
“Itu tetanggaku bisa mas. Kata Mama punya bayi ajaib!” jawab Inge dengan mata bulat sempurna. Ia begitu yakin.
“Aku pasti bisa mendapat bayi ajaib itu!” lanjutnya bersikukuh.
“Nanti kamu kasih tau pas malam pertama aja,” bisik Noval pada Luki.
Luki hanya tersipu, makan siang berlanjut hangat. Hardianto meminta maaf pada ketiga bawahannya dan meminta untuk tidak mengundurkan diri.
“Saya sudah membicarakan dengan calon istri saya. Jika hanya saya saja yang bekerja, Inge tetap di rumah, fokus sebagai ibu rumah tangga,” putus Luki tegas.
Hardianto dan Cassy menghargai keputusan Luki. Sedang Noval belum mengatakan apa-apa, ia belum memutuskan.
“Kemungkinan saya akan berhenti bekerja, tapi mungkin itu masih lama,” ujarnya beralasan.
Makan siang selesai, mereka kembali ke perusahaan, sedang hafsah memilih pulang bersama putrinya. Cassy juga memilih pulang, surat pengunduran diri Inge sudah ada di meja HRD, ia masih bekerja dua hari sebelum pernikahaannya.
“Cari sekretaris pria saja dua orang Luk. Aku pusing jika harus wanita lagi!” pinta Hardianto yang ditanggapi anggukan dan senyum lebar dari Inge dan juga Luki.
Sore waktunya pulang. Inge disuruh cuti untuk bersiap di hari pernikahannya. Hardi menyuruhnya. Noval pulang setelah mengerjakan semua pekerjaanya.
“Assalamu’alaikum!” salamnya ketika memasuki rumah.
“Wa’alaikumussalam ...!” sambut Hafsah.
“Mana si cerewet? Biasanya dia paling bawel kalau aku pulang?” tanya Noval mencari keberadaan putrinya.
“Dia bobo cepet Bang. Kecapean mungkin,” jawab Hafsah.
Noval mendatangi kamar putrinya yang berwarna biru, semua mainannya adalah mobil-mobilan dan sedikit boneka. Noval terkekeh melihat mainan itu.
“Untung bukan gundu sama layangan,” ujarnya menyindir sang istri.
“Ish ... abang!” rajuk Hafsah mencebik kesal.
Noval mencium bibir istrinya yang maju itu. Hafsah tersenyum dan mengalungkan kedua lengannya di leher sang suami.
“Inge cantik loh,” ujarnya menatap intens netra Noval.
“Iya aku akui itu,” jwab Noval pasti.
“Tapi aku tak memilih tergoda, walau terkadang bisikan itu begitu kuat di telinga abang,” lanjutnya.
Hafsah menatap sang suami, ia masih setia mendengar perkataan selanjutnya, ia sangat berterima kasih pada laki-laki ini karena memilih menundukkan pandangan padahal tersedia pemandangan cantik.
“Karena aku takut akan murk-Nya Allah. Aku telah menggetarkan arsy-Nya ketika ijab qobul waktu itu. Lalu kenapa pula mesti aku kotori dengan perzinahan?” ujar Noval.
“Abang nggak kepikiran poligami?” tanya Hafsah menyelidik.
“Emang boleh?’ Noval balik bertanya, ia menggoda istrinya.
Hafsah merengek manja, ia pun langsung ngambek dan melepas rangkulan di leher Noval. Pria itu menyambar tubuh padat Hafsah.
“Aku tak mampu untuk itu sayang. Walau ada kesempatan dan juga diperbolehkan, tetapi aku memilih monogami dan setia padamu,” lanjutnya menjawab.
“Kau memiliki segalanya untuk seorang suami. Lalu aku mencari apa jika berpoligami? Kecuali hanya nafsu saja?” pria itu menggeleng pelan.
“AKu mencintaimu, tapi tolong jangan duakan aku. Kecuali ketika aku tak mampu melayanimu lagi nanti. Aku sendiri yang mencarikannya untukmu, suamiku,” janji Hafsah walau dalam hati.
Bersambung.
Next?
😞😞😞😞