Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pendekatan
"Menjadi dekat tidaklah buruk, namun ketahuilah bahwa kedekatan bisa membuat mu lupa."
******************#####****************
"Nona, apa ini?" tanya Dian saat nona nya meletakan sekotak jus di atas meja. Senja sendiri hanya diam, ia terlalu malas untuk menjawab pertanyaan bawahannya itu.
Dian yang penasaran lalu menyentuh kotak jus tersebut. Namun belum sempat ia menyentuhnya, kotak jus itu sudah jatuh dan pecah. Wajah Dian tampak bingung namun ia mencoba untuk tetap tenang.
"Nona, jika anda memang tidak ingin membaginya. Kenapa anda letakan di sini?"
Dian kembali bertanya, wajahnya sedikit kesal namun karena ia tahu bagaimana sifat nona nya itu, ia mencoba untuk diam.
"Jangan menyentuhnya!" lirih Senja saat Dian hendak mengambil kotak jus untuk di bersihkan.
Dian hanya mengerutkan kening dengan perkataan Senja. Ia merasa bingung sekaligus tidak mengerti mengapa nona nya bersikap aneh seperti itu.
"Hah."
Helaan napas panjang pun keluar dari bibir Dian. Ia merasa bahwa saat ini nona nya sedang dalam keadaan gila sampai berbuat aneh seperti ini.
"Nona, jus ini harus segera di bersih..."
"Maka lakukanlah," potong Senja dengan tampang acuh tak acuhnya.
"Tapi jangan disentuh," lanjut Senja sebelum meneguk teh hijau miliknya.
"Astaga Nona, bagaimana bisa saya membersihkannya tanpa di sentuh?"
Dian terlihat siap meledak dengan emosi yang sudah tidak terbendung lagi.
"Kotak jus itu ada racunnya, karena itu Nona menyuruhmu untuk jangan menyentuhnya."
Link Ristia saat Dian sudah siap meledakan amarahnya. Dian diam sesaat menatap kotak jus tersebut. Ia sama sekali tidak menyangka jika kotak jus itu ada racunnya.
"Hmm...," Dian menatap kembali kotak jus itu sambil menggaruk pelan lehernya yang sama sekali tidak gatal. Ia terlihat mengamati kotak jus dengan matanya yang menyipit.
"Nona, Bagaimana bisa ada racun di kotak ini? Saya sama sekali tidak bisa menemukannya."
"Jika orang bodoh seperti mu memang tidak bisa melihatnya, tapi berbeda dengan ku yang pintar ini."
Dian hanya mendengus kesal mendengar jawaban nona nya itu. Bagaimana bisa nona nya se-narsis itu, padahal yang ia hadapi adalah racun. Meski racun itu hanya berjumlah kecil namun penyebarannya sangat cepat dan mematikan.
Jika tidak ditangani secara langsung, maka si penderita akan mengalami rasa sakit yang akan menggerogoti tubuhnya hingga kering. Racun ini disebut juga dengan racun Gu dalam budaya China racun ini memiliki efek penyerangan secara perlahan namun mematikan.
"Buang saja itu, tapi jangan disentuh. Bagaimana caranya? Ya itu urusan mu bukan urusan ku."
Dian hanya bisa menghela napas panjang dengan perintah tegas nona nya itu. Ia merasa dianiaya oleh nona nya saat ini.
"Dian, apakah ada surat untuk ku?" tanya Senja saat Dian sedang membersihkan lantai dengan kain pel.
"Ah iya, hampir saja lupa."
Dian menaruh kain pelnya dan bergegas mengambil surat yang ada di atas meja belajar Senja.
"Satu surat dari Nindia dan satunya lagi dari Prof Edward."
Dian menyerahkan surat tersebut dan kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya. Senja yang menerima kedua surat itu kemudian membuka salah satunya. Ia terlebih dahulu mengambil surat yang di kirim oleh Nindia.
Dear Nona Senja
Nona, bagaimana kabar anda?
Saya harap anda baik-baik saja disana. Selain itu sesuai dengan perintah anda, saat ini kami sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai lencana itu. Hasil yang kami dapat cukup mencengangkan. Kami baru mengetahui jika lencana itu dibuat oleh sisa-sisa tulang hewan magic, sehingga untuk menghancurkannya sangatlah sulit.
Kami juga menemukan simbol tulisan aneh yang mengikat lencana tersebut. Kami menduga jika simbol ini adalah Rune yang dibuat oleh si ilusionis untuk mengontrol lawannya dengan mudah. Saat ini, kami sedang meneliti bagaimana caranya untuk menghancurkan sihir Rune tersebut.
Jika ada perkembangan lanjutan, akan saya informasikan segera pada anda, dan mengenai tentang sumber pencegahannya, saat ini kami sedang mengembangkannya. Mungkin dalam kurun waktu 6 bulan, sihir pencegahan sudah bisa digunakan.
Untuk saat ini, hanya ini yang bisa saya sampaikan pada Nona. Sampai jumpa dan terima kasih.
Salam Manis Nindia.
****
Seperti biasa, setelah selesai membaca surat, Senja langsung membakarnya tanpa sisa. Selain menghilangkan bukti, itu juga cara cepat agar seseorang tidak mengetahui aktivitasnya. Memang cara yang kuno namun juga efektif untuk menghilangkan jejak.
Setelahnya, Senja mengambil surat Prof Edward dan membacanya. Tidak banyak hal yang dibahas oleh Prof Edward dalam suratnya. ia hanya mengatakan jika jadwalnya sangat padat sehingga sulit untuk mengajari Senja, terlebih lagi karena urusan Akademik yang masih berantakan.
"Hah."
Senja hanya bisa menghela napas saat membaca salah satu paragraf yang di tulis di surat itu. Dalam paragraf itu, Prof Edward menyebutkan jika dirinya akan digantikan oleh seseorang. Orang itu akan menjadi guru baru Senja yang akan mengajarkan hal baru untuknya.
Guru itu tidak dipilih secara sembarangan, mengingat apa yang telah terjadi pada Senja sebelumnya. Prof Edward juga menjelaskan jika guru tersebut juga memiliki dua elemen sama seperti Senja. Hanya saja elemen yang ia miliki sedikit berbeda dari Senja, namun tetap memiliki satu hal kesamaan.
Di akhir tulisan, Prof Edward menyarankan Senja untuk tidak bertindak gegabah selama pelatihan. Beliau takut jika Senja akan melakukan hal yang sama padanya ke guru tersebut. Intinya, guru itu bukanlah sembarang guru, sehingga Senja bisa berbuat sesukanya.
Pelajaran dengan guru tersebut juga akan dimulai pada Minggu berikutnya. Dengan ini Prof berharap agar Senja bisa bersiap terlebih dahulu sebelum memulainya kembali.
"Pria tua sialan," gerutu Senja kesal.
Senja tidak terlalu suka perubahan apalagi mengenai tentang elemennya yang sangat ia rahasiakan dari publik. Jika guru itu tidak bisa di kontrol oleh Senja sama seperti ia mengontrol Prof Edward, maka kacaulah sudah.
"Dian, siapkan segala keperluan untuk latihan minggu depan di Hutan Kegelapan."
Dian hanya mengangguk tanda mengerti. Senja kemudian membakar kembali surat tersebut dan memilih untuk mengistirahatkan pikirannya.
****
"Ini lagi," gumam Senja saat melihat mejanya yang penuh dengan minuman dan makanan ringan. Ia melihat ke sekeliling kelas untuk mengamati sikap siswa-siswa lainnya, namun mereka hanya diam dan acuh.
"Hah."
Senja hanya bisa menghela napas kesal saat ia hendak duduk di kursinya. Pasalnya sudah dua hari ini, ia mendapatkan hadiah aneh seperti ini. Pelakunya bahkan tidak menunjukan nama atau apapun. Ia hanya menuliskan kata maaf setiap kali meninggalkan ini semua.
Jujur saja Senja merasa bosan dengan ini semua, namun ia juga penasaran akhir seperti apa yang akan diberikan oleh si pelaku padanya.
"Menarik," lirihnya sambil meminum air jus tersebut.
"Hmm, lumayan," lanjut Senja saat air jus sudah mengalir di tenggorokannya.
Siang harinya sama seperti biasa. Senja dan keempat temannya yang lain berkumpul di taman untuk makan siang bersama. Namun disini ada yang aneh. Entah mengapa wajah Luna tampak begitu kusam dan penuh dengan kerutan.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Senja khawatir.
"Aku baik," balas Luna sama seperti sebelumnya. Ia hanya tersenyum manis seolah-olah tidak ada yang terjadi padanya akhir-akhir ini.
Selain Luna, wajah Maya juga kusut. Ia seperti sedang menyelesaikan banyak essai sampai-sampai kantong matanya menghitam dengan jelas.
"Ada yang tidak beres disini," gumam Senja dingin. Ia memang tidak suka ikut campur mengenai urusan mereka, namun ini sudah diluar batas normal.
Hanya Zakila yang masih terlihat biasa-biasa saja sama seperti sebelumnya. Ia juga mengajukan bukti-bukti mengenai Kira yang selama ini sering membeli hal-hal aneh secara berlebihan. Ia tidak tahu itu digunakan untuk apa, namun yang pasti itu sangat mencurigakan.
Muna juga ikut campur di dalamnya. Meski ia terlihat lelah, namun Muna juga sangat bersemangat dalam mengatakan apa saja yang di beli oleh Kira dua hari terakhir ini. Senja hanya menarik napas panjang dan melepaskannya dengan reaksi berlebihan sahabatnya ini.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Namun kalian harus tahu, Kira tidak akan pernah menyakiti ku. Jadi hentikan ini dan urusi saja urusan kalian masing-masing."
Muna dan Zakila terlihat kaget dengan perkataan Senja, begitu pun dengan Maya dan Luna. Mereka tidak menyangka jika Senja bisa berkata seperti itu saat ini.
"Aku tahu kalian sedang sibuk dalam urusan masing-masing. Aku juga bisa mengurusi urusan ku sendiri. Lihat diri kalian saat ini, mengatakan baik-baik saja, tapi apa ini?"
Senja tampak kesal namun apa yang ia katakan adalah kebenarannya. Mereka cukup sibuk akhir-akhir ini. Namun mereka masih bisa menyempatkan waktu untuk bertemu dan makan siang bersama itu sudah sebuah keajaiban.
Bukan rahasia umum lagi jika pelatihan di level 5 sangatlah sulit. Mereka harus berlatih lebih keras daripada sebelumnya. Mereka juga harus mengumpulkan poin yang banyak untuk bisa melakukan pertukaran pelajar nantinya. Jika mereka hanya berlatih itu-itu sama, maka apa bedanya mereka dengan level di bawahnya.
Mereka juga harus mengikuti sesi ujian setiap harinya. Mungkin ini juga yang membuat Maya dan Muna yang seorang ksatria menjadi begitu pusing dengan banyaknya essai yang harus mereka hafal.
Tentu saja, bagi Luna essai bukanlah apa-apa, tapi bagi seorang ksatria yang hanya menggunakan otot dalam segala urusan. Hal ini sangatlah merepotkan dan menyebalkan. Sehingga banyak dari mereka harus belajar ekstra dari pada sebelumnya.
"Kami mengerti, tapi..."
"Tidak perlu takut, kan ada aku disini," potong Zakila dengan bangganya. Tentu saja ini hanyalah sebuah asumsi jika Zakila mampu melakukannya. Faktanya, level 4 juga bukan level yang mudah bagi sebagian orang.
Level 4 adalah level yang rumit dimana mereka harus mempertahankan kondisi awal agar formasi kelompok tidak berantakan. Untuk Senja yang merupakan seorang penyihir, itu sangatlah mudah. Ia hanya belajar mengenai teori lingkaran dan mantra untuk membuat sihirnya bekerja dengan baik.
Berbanding terbalik dengan Guardian yang harus menggunakan sihir mereka untuk membuat pertahanan agar anggotanya tidak terluka. Jika saat ini Senja banyak menghabiskan waktu di kelas. Maka Zakila banyak menghabiskan waktu di lapangan.
Mereka bahkan sering pergi ke hutan buatan di Akademik untuk menguji seberapa kuat penghalang yang mereka ciptakan.
"Aku bisa menjaga diri baik-baik. Jadi tenanglah."
Itu adalah kata terakhir Senja sebelum mereka berpisah. Setelahnya mereka kembali ke kelas masing-masing. Akhir dari makan siang diselesaikan dengan keputusan mereka untuk saling percaya satu sama lain.