“Menikahlah denganku, lahirkan keturunanku, dan aku akan membantumu.”
Penawaran dari Sagara dengan imbalan yang cukup fantastis membuat Lisa seakan mendapatkan angin segar di tengah tuntutan hutang yang menggunung. Namun, gadis itu tak memiliki cukup keberanian untuk mengambil tawaran itu karena Lisa tahu bahwa Sagara telah memiliki istri dan Lisa tidak ingin melukai perasaan istri Sagara.
Hingga akhirnya Lisa kembali dihadapkan pada kabar yang mengguncang pertahanannya.
Ia harus memilih antara menjadi istri kedua dan melahirkan keturunan Sagara dengan imbalan yang besar, atau mempertahankan harga diri dan masa depannya, tetapi ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.
Lalu, bagaimana dengan keputusan Lisa? Dan apa sebenarnya yang buat Sagara akhirnya berpaling dari istrinya?
Yuk, ikuti terus kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Lamaran
Sagara membuang muka ketika Lisa memerhatikan dirinya. Perasaan nyaman dan hangat membuat ia merasa tenang dan bisa terbuka pada gadis itu. Sungguh, demi apapun pria itu begitu malu karena kedapatan menangis di depan wanita yang belum sepenuhnya mengenal dirinya. Andai bisa, dirinya ingin menghilang detik itu juga.
“Lelaki juga boleh nangis, kok mas. Menangis bukan berarti kita lemah, anggap saja sebagai bentuk luapan emosi yang belum tersalurkan,” kata Lisa, mencoba menenangkan Sagara yang terlihat enggan menatapnya.
Sagara yang awalnya terlihat enggan menatap Lisa pun menoleh. Dan dapat Lisa lihat, wajah putih bersih itu kini terlihat kemerahan karena baru saja menangis. Sagara pikir Lisa akan mengejek dan ilfeel pada dirinya, tetapi kenyataannya gadis itu justru menyikapinya dengan wajar dan justru membuat dirinya kembali tenang.
“Kamu tidak ilfeel melihatku seperti ini? Biasanya wanita paling anti melihat pria menangis. Mereka akan menganggap pria itu lemah dan cengeng,” kata Sagara.
“Menangis, kan manusiawi, mas. Siapa saja berhak menangis. Lagipula menangis tidak merugikan orang lain jadi kenapa harus ilfeel coba?”
“Makasih, ya, kamu udah mau dengerin keluh kesahku hari ini. Rasanya beban berat itu seakan terangkat setelah aku bercerita denganmu. Maaf, kalau kamu jadi risi setelah melihat sisi buruk dariku. Aku harap kamu tidak membatalkan rencana pernikahan kita.”
Sagara menatap Lisa dengan lekat. “Tapi … mau tidak mau, kamu tetap harus menikah denganku, sih,” sambungnya membuat Lisa mendelik ke arahnya. Namun, hanya sesaat, setelahnya gadis itu pun mengangguk.
“Kita sama-sama memiliki masalah, mas. Sangat tidak adil jika aku harus seperti itu padamu.” Lisa menjeda ucapannya. Ia tampak ragu ingin kembali bersuara.
“Ehem, mas… lalu bagaimana selanjutnya, apa kamu akan tetap mengajakku menikah secepatnya atau menunggu kamu benar-benar lepas dari istrimu? Euh, kamu jangan salah paham dulu, aku tanya begini karena tidak mau disalahkan menjadi penyebab perceraian kalian bukan karena ingin segera dinikahi kamu.”
“Seperti kataku dulu kalau aku akan menikahimu dengan atau tanpa restu dari Dewi. Tapi berhubung sekarang aku sudah mengakhiri hubunganku dengannya, aku sudah tidak memerlukan izinnya untuk menikah lagi. Dan untuk Dewi, kamu serahkan semuanya padaku, aku tidak akan membiarkan wanita itu menyakitimu. Ah, iya, satu lagi. Aku tekankan padamu untuk jangan pernah menganggap kalau kamu menjadi penyebab perceraian ku dengannya. Itu sama sekali tidak benar karena hubunganku sudah rusak jauh sebelum aku mengenalmu. Kamu paham!”
Lisa mengangguk. “Iya, aku paham.”
Sagara tersenyum kemudian mengusap kepala Lisa dengan gemas. Setelahnya pria itu mengajak Lisa untuk mencari makan sebelum nantinya diantar ke rumah sakit.
***
Hari demi hari berlalu begitu cepat. Setelah kata talak terucap dari bibir suaminya dan Sagara sudah memasukkan gugatan perceraian ke pengadilan agama, Dewi memutuskan untuk pergi dari rumah yang selama tiga tahun ini ia tempati. Padahal, Sagara sudah meminta Dewi untuk tetap tinggal di sana sebelum sidang mereka dilanjutkan, tetapi Dewi tidak mau, wanita itu memilih tinggal di apartemen miliknya bersama dengan Kelvin.
Sejak kejadian hari itu, Sagara benar-benar tidak ingin mendengar alasan apapun dari Dewi, pria itu hanya bertemu sekali untuk menyerahkan rumah pada wanita itu, tetapi berujung penolakan dan pertengkaran, hal itu membuat hubungan mereka benar-benar renggang meski statusnya menurut negara masih menjadi suami istri.
Kini, Sagara lebih fokus pada pekerjaan dan pertunangannya dengan Lisa yang sampai saat ini belum terlaksana karena pria itu harus mengurus beberapa pekerjaan yang sempat tertunda karena perceraiannya.
“Sidang putusannya kapan Saga?” tanya mama Rida.
Malam ini Sagara memilih untuk menginap di kediaman orang tuanya sekaligus untuk membahas perihal rencana lamarannya bersama Lisa yang sempat tertunda.
Saat itu ibunya Lisa—Sekar—tetap meminta Sagara untuk menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu sebelum menikahi putrinya dengan harapan untuk meminimalisir konflik yang bisa saja terjadi di antara mereka. Sehingga Sagara harus berusaha ekstra menyelesaikan perceraiannya dengan Dewi dibantu dengan pengacaranya agar lebih cepat selesai.
“Lusa sidang putusannya, ma. Dewi sudah menerima semuanya termasuk gono gini yang akan Saga berikan untuknya,”
“Kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Bukannya terakhir kali dia bilang tidak mau diceraikan karena dia masih mencintai kamu?”
“Entahlah, Ma. Saga juga tidak mengerti. Saga pikir semuanya akan gagal total karena penolakannya, tetapi di akhir dia justru menyerah tanpa perlawanan. Tapi meski begitu, Saga tetap waspada kalau-kalau dia berubah pikiran,”
Dua kali menjalani sidang, Dewi dan ke dua orang tuanya selalu hadir dan menyanggah apapun yang diucapkan oleh pengacara Sagara. Wanita itu masih kekeh ingin mempertahankan pernikahan mereka. Namun, setelah selesai sidang dan Sagara mengajaknya berbicara masalah harta gono-gini, keesokannya wanita itu setuju untuk menerima harta yang diberikan oleh Sagara dengan syarat, Sagara tidak boleh mengungkapkan alasan perceraian mereka.
“Benar, kamu harus tetap waspada dengan dia, Saga. Tidak menutup kemungkinan dia akan membalas dendam karena kamu menceraikannya dan menghentikan pemasukan untuknya. Ditambah kamu akan segera menikah setelah urusanmu dengannya selesai. Mama khawatir Dewi akan berulah setelah kamu menikahi Lisa,”
“Papa juga khawatir Dewi akan memutar balikkan fakta dan membuat nama Lisa menjadi buruk di mata publik, Saga,”
“Papa dan mama tenang saja. Sebisa mungkin Saga akan mencegah hal itu terjadi. Jika pun nanti Dewi melakukan hal itu, Saga tidak akan tinggal diam karena semua bukti perselingkuhan Dewi sudah ada di tangan Saga,”
Mama Rida tampak mengembuskan napasnya lega. “Syukurlah, mama lega mendengarnya. Jadi, sudah sampai mana persiapanmu dengan Lisa?”
“ini yang mau Saga bicarakan sama mama. Setelah sidang putusan berakhir, Saga akan langsung melamar Lisa. Mama tolong bantu Saga mempersiapkan semuanya, ya. Lisa minta untuk acaranya nanti hanya dihadiri keluarga inti saja dan rencana pernikahan, Lisa minta hanya akad nikah aja.”
“Di saat gadis lain menginginkan pesta mewah, Lisa justru menginginkan pernikahan sederhana,” puji Antonio.
“Benar, Pa. Mungkin juga Lisa tidak ingin terjadi huru-hara nantinya. Kan sedikit banyak pasti ada yang mengenali Saga, dan tidak menutup kemungkinan akan ada yang membicarakan pernikahannya,” ucap Mama Rida menimpali.
“Harusnya kamu katakan saja pada media kalau kamu udah cerai sama istrimu, Saga. Biar nanti tidak menimbulkan fitnah,” sambungnya.
“Jika bukan karena mama dan papanya Dewi yang meminta, Saga juga tidak akan menutupinya, ma. Selama ini mereka bergantung pada Saga dan Dewi, jika perceraian ini diendus media, tidak menutup kemungkinan media akan mencari tahu penyebab perceraian kami dan itulah yang menjadi sebab kekhawatiran mereka.”
“Ya, sudah. Apapun itu mama dan papa berharap kamu bisa menyikapi keputusan itu dengan bijak. Mama akan membantumu menyiapkan semuanya. Menurut papa kapan kita bisa melamar Lisa?” tanya Rida pada sang suami.
“Jika sidang putusan mengesahkan perceraian mereka, Saga bisa langsung melamar Lisa. Coba tanyakan pada Lisa, kapan dia bisa menyempatkan waktu untuk acara itu karena setahu papa, hari liburnya tidak menentu,”
Saga mengangguk dan segera menghubungi Lisa untuk menanyakan jadwal libur gadis itu.
Bersambung.