Setelah lulus SMA, Syafana menikah siri dengan kekasihnya yang baru saja lulus Bintara TNI-AD. Sebagai pengikat bahwa Dallas dan Syafana sudah memiliki ikatan sah. Pernikahan itu dirahasiakan dari tetangga maupun kedinasan.
Baru beberapa hari pernikahan siri itu digelar, terpaksa Dallas harus mengikuti pendidikan selama dua tahun. Mereka berpisah untuk sementara.
"Nanti setelah Kakak selesai pendidikan dan masa dinas dua tahun, kakak janji akan membawa pernikahan kita menjadi pernikahan yang tercatat di secara negara," janji Dallas.
"Kak Dallas janji, harus jaga hati," balas Syafana.
Namun baru sebulan masa pendidikan, Dallas tiba-tiba saja menalak cerai Syafana. Syafana hilang kata-kata, sembari melepas Hp nya ke ubin, tangan Syafana mengusap perutnya yang kini sudah ditumbuhi janin. Tangis Syafana pecah seketika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Mimpi Sakala
Sakala menghampiri Syafana yang kini sedang berada di dapur. Selain pengusaha butik, Syafana juga pandai memasak. Masakan rumahan yang selalu digemari Sakala, katanya masakan sang mama selalu enak dan memanjakan lidah.
"Harum banget, Ma. Mama bikin bolu pandan lagi? Asik, Saka sudah kangen makan bolu pandan buatan Mama setelah sebulan lamanya Mama tidak buat,"jar Sakala girang, sebab sudah sebulan dia tidak pernah lagi merasakan bolu pandan buatan sang mama yang wangi menggiurkan.
"Kamu tahu sendiri, Ka. Mama dalam bulan-bulan ini sibuk, antar barang ke pelanggan langsung. Maafkan mama, ya, sampai mengesampingkan kesukaan Saka," balas Syafana seraya mewadahi beberapa potong bolu pandan yang masih panas.
Di sela senggang dari kesibukan butik, Syafana memang rajin mengolah makanan, salah satunya membuat bolu pandan kesukaan Sakala.
Kebiasaan Sakala ini mengingatkan Syafana pada Dallas. Dallas juga sangat menyukai bolu pandan buatannya. Katanya adonannya lembut dan bolunya wangi.
"Kamu pintar buat bolu pandan, kakak sangat menyukainya. Selain wangi, rasanya pas dan adonannya lembut, selembut hatimu, Dek," puji Dallas belasan tahun yang lalu.
"Ma, Mama melamun?" sentak Sakala menyadarkan Syafana dari lamunan tentang Dallas.
"Tidak, Sayang. Mama hanya terharu, sebab kamu selalu menghargai masakan buatan mama, padahal belum tentu enak, tapi kamu selalu menghargai apapun buatan mama," kelit Syafana memperlihatkan perasaan haru.
"Tidak, Ma. Semua masakan buatan Mama, benar-benar enak. Tidak ada yang nyamain, kecuali ...." Sakala tersenyum. Syafana tahu apa yang dimaksud Sakala.
"Kecuali Emak Sarma, kan? Ha ha ha. Saka, kan, tahu. Mama juga belajarnya dari Emak, jadi wajar kalau masakan yang mama buat, yang bisa mengalahkan hanya Emak," tebak Syafa sembari tertawa.
Terang saja, dia juga belajar masak memang dari sang ibu, yang terkenal masakannya enak.
Sakala ikut tertawa, karena kalimat terakhir selalu bisa ditebak sang mama.
"Sudah, hentikan tawanya. Makanlah dulu bolunya," peringat Syafana. Sakala patuh dan melanjutkan menikmati bolu pandan kesukaannya.
"Ma, tadi malam Saka mimpikan papa. Di dalam mimpi itu, papa selalu membantu dan mendukung Saka agar Saka lulus bintara," cerita Saka disela makan bolu pandan yang sedang dinikmatinya.
Jantung Syafana benar-benar berdetak kencang setelah mendengar cerita tentang mimpi Sakala tadi malam. Apakah itu hanya sebuah mimpi atau pertanda?
"Saka melihat seperti apa wajahnya?" tanya Syafana penasaran.
"Saka tidak melihat jelas wajahnya. Karena papa tidak memperlihatkan wajahnya," jawab Sakala sedikit menyesal karena tidak bisa diperlihatkan wajah sang papa meskipun hanya dalam mimpi.
"Mama tahu, kamu pasti rindu sosok papa, kan? Mengenai mimpi itu, anggap saja bunga tidur. Papa kamu sudah tenang di alam sana, jadi untuk bisa membahagiakannya, kamu tentu saja harus sungguh-sungguh dalam menghadapi tes bintara ini," hibur Syafana sembari memalingkan muka. Dia tahu, setiap mengupas tentang papanya Sakala, Syafana tentu saja merasa berdosa, karena telah membohongi Sakala atas kematian papanya.
"Iya, Ma. Saka juga ingin membuat papa bahagia di surga sana. Semoga saja Saka lulus jadi bintaranya, agar papa benar-benar bahagia di surga," harap Sakala dalam.
Syafana mengaminkan kalimat Sakala, sementara hatinya kini begitu sedih karena dilanda kemelut dusta.
"Berdosakah aku karena telah membohongi Sakala bertahun-tahun tentang kematian papanya? Oh Tuhan, aku sungguh merasa berdosa pada anakku," jerit hati Syafana pilu.
***
Seminggu kemudian, Sakala kembali pergi ke kesatuan Ajenxxx untuk melaksanakan tes wawancara. Tes ini merupakan rangkaian tes yang kedua terakhir dari keseluruhan tes bintara PK tahun ini. Dengan hati yang optimis, Sakala meminta doa terhadap Syafana agar tes kali ini lancar dan lolos.
Syafana meraih bahu Sakala, lalu mengucapkan doanya di sana. "Semoga Saka lolos tesnya hari ini. Doa mama selalu menyertai langkah Saka," ucapnya tulus seraya melerai pelukannya.
Setelah itu, Saka pun berpamitan dan melajukan motornya menuju kesatuan Ajenxxx untuk menghadapi tes wawancara kali ini.
Syafana menatap kepergian sang putra dengan penuh doa. Setelah motor Saka sudah tidak terlihat lagi, Syafana segera masuk ke dalam rumah. Syafana mendudukkan tubuhnya di kursi ruang tamu, kembali bayang-bayang Dallas memenuhi kepalanya. Sejak Sakala bercerita tentang mimpinya, sampai hari ini Syafana, selalu dihantui bayang Dallas.
"Kenapa dia selalu menghampiri di setiap langkahku? Aku sudah berusaha melupakannya, tapi bayang dia seolah semakin mendekat. Bahkan aku merasa dia mengawasi ke manapun aku pergi," bisik Syafana merasa lelah karena selalu dibayang-bayangi Dallas.
***
Kesatuan Ajenxxx,
Setelah melewati rangkaian tes wawancara, para calon siswa bintara diarahkan untuk berbaris di lapangan untuk mendengarkan arahan dari Komandan. Komandan Ajenxxx, memberikan kalimat motivasi untuk seluruh Caba, agar siapapun yang lolos ataupun tidak lolos nantinya di pantokhir, agar senantiasa terus bersemangat dan pantang menyerah.
Pidato Komandan pun usai, para Caba PK dibubarkan untuk pulang ke rumahnya masing-masing, kemudian mempersiapkan diri untuk tes terakhir yang akan dilaksanakan tiga minggu ke depan. Tes pantokhir, yang meliputi tes keseluruhan dari rangkaian tes bintara. Mereka akan terpilih dan dinyatakan lolos, apabila mereka sudah memenuhi keseluruhan tes yang telah dilaksanakan.
Hanya tinggal perkuat doa di rumah masing-masing, mungkin hanya itu yang kini dipersiapkan seluruh Caba PK tahun ini, termasuk Sakala.
Sebelum Sakala memutuskan untuk kembali pulang, tiba-tiba Dallas mengirimkan pesan WA. Dallas meminta Sakala menemuinya di sebuah kafe yang sedikit jauh dari kesatuan.
"Datanglah ke kafe Katumbiri, kita ketemu di sana," pinta Dallas. Sakala membalas dan kini motornya melaju menuju kafe yang dimaksud.
Tiba di kafe Katumbiri, Dallas sudah menunggu kedatangan Sakala. Dallas memberi kode supaya Sakala masuk ke dalam kafe. Kali ini Dallas ingin mentraktir Sakala makan, setelah menghadapi tes wawancara tadi yang cukup menegangkan.
Mereka kini sudah menempati sebuah meja paling ujung di kafe itu. Pesanan mereka pun sudah datang dan dihidangkan. Makanan spesial bernuansa sea food, merupakan menu spesial kafe itu.
"Makanlah, Ka. Kenyangkan perutmu setelah melewati rangkaian wawancara tadi," ujar Dallas mempersilahkan Sakala makan. Mereka berdua pun makan, dalam suasana yang hangat diselingi obrolan ringan atau juga diselipi obrolan tentang rangkaian tes bintara yang sudah dijalani Saka sejauh ini.
"Kamu banyak berdoa di rumah, agar kamu lulus tes bintara kali ini. Saya juga selalu mendoakan supaya kamu lulus. Kalau kamu lulus, alangkah bahagianya kedua orang tuamu," ucap Dallas memberikan motivasi untuk Sakala setelah mereka menyudahi makannya.
"Terimakasih banyak, Pak, atas bantuan morilnya selama ini terhadap saya. Saya sangat bahagia bisa kenal dan dekat dengan Bapak." Dengan mata berkaca-kaca Sakala tiba-tiba meraih tangan Dallas lalu diciumnya di atas kepala sebagai tanda hormat dan terimakasih yang terdalam dari dalam hatinya.
Dallas kaget dan terharu karena Sakala sampai meneteskan air matanya. Dallas tiba-tiba ikut sedih, mengingat yang kini meraih tangan dan menciumnya adalah putra biologisnya sendiri.