Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecantikan Asli
Langit mulai berubah jingga saat Li Mei dan Xiao Lan kembali ke paviliun kecil mereka. Suasana kediaman Jenderal Li masih sama seperti biasanya—tenang tetapi penuh dengan ketidakpedulian terhadapnya.
Sesampainya di depan kamar, Li Mei berhenti sejenak dan menoleh ke Xiao Lan.
"Mulai sekarang, jangan biarkan siapa pun menggangguku," ucapnya tegas. "Bahkan jika Ayah, Kakak Li Yuan, atau Kakak Li Wei datang—meskipun aku tahu itu tidak mungkin—jangan izinkan mereka masuk. Apalagi jika itu Li Zhu."
Xiao Lan mengangguk mantap. "Baik, Nona."
"Jika ada yang bertanya, katakan saja aku masih sakit."
"Baik, Nona!"
Setelah memberikan perintah itu, Li Mei masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.
Di sisi lain, di ruang makan utama kediaman Jenderal Li, suasana hangat dan penuh kehangatan hanya untuk sebagian orang.
Li Yuan, putra sulung Jenderal Li yang berstatus jenderal muda, duduk dengan sikap tenang, menikmati teh hangatnya. Di sebelahnya, Li Shimin, adik laki-lakinya, bersikap lebih santai, memainkan sumpit di tangannya sambil menunggu makanan disajikan.
Di sisi lain meja, duduklah Li Zhu dan ibunya, Nyonya Li, yang dulunya hanya seorang selir tetapi kini telah menjadi nyonya sah di kediaman Jenderal Li, menggantikan ibu kandung Li Mei yang telah lama tiada.
Saat para pelayan mulai menyajikan makanan, Li Shimin mendengus kecil dan mengangkat alis. "Aneh sekali … biasanya saat makan malam begini, Li Mei akan datang untuk merecoki kita."
Li Yuan melirik ke arahnya sebelum mengangkat bahu acuh tak acuh. "Mungkin dia sedang mencari perhatian lagi."
Nyonya Li dan Li Zhu yang mendengar percakapan itu saling bertukar pandang. Tatapan mereka seketika dipenuhi kebencian, tetapi mereka tetap memasang ekspresi tenang.
Li Zhu menahan kekesalannya dan menggigit sumpitnya pelan. Kenapa kedua kakaknya ini masih memikirkan Li Mei?!
Namun, sebelum ia bisa berkata apa-apa, sosok seorang pelayan yang mereka kenal lewat di dekat ruang makan.
"Xiao Lan!" panggil Li Shimin.
Xiao Lan yang sedang berjalan cepat terpaksa berhenti dan membungkuk hormat. "Tuan Muda Shimin."
"Di mana Li Mei?" tanyanya dengan nada setengah mengejek. "Kenapa dia tidak datang mengganggu seperti biasa?"
Xiao Lan mengepalkan tangannya dalam lengan bajunya, menahan diri untuk tidak menunjukkan ekspresi marah.
"Nona masih sakit akibat tenggelam di danau beberapa hari lalu," jawabnya singkat, suaranya datar.
Li Yuan mendengus, meletakkan cangkir tehnya. "Hah … aku yakin itu hanya akal-akalan Li Mei saja. Dia memang selalu mencari perhatian."
Li Shimin tertawa kecil. "Benar juga, dia memang selalu seperti itu sejak dulu."
Xiao Lan menunduk lebih dalam, menyembunyikan ekspresi geramnya. Akal-akalan? Mencari perhatian? Apa mereka benar-benar tidak peduli?
Sementara itu, Li Zhu yang merasa kesal melihat kedua kakaknya masih membicarakan Li Mei dengan mudahnya langsung mengalihkan perhatian mereka. Tapi dia senang karena kedua pemuda itu tidak peduli pada Li Mei.
"Kakak Yuan, Kakak Shimin," katanya dengan suara lembut dan manja. "Bukankah lebih baik kita makan saja? Aku ingin disuapi oleh kalian berdua … seperti dulu."
Mata Li Yuan dan Li Shimin langsung tertuju pada Li Zhu yang memasang ekspresi menggemaskan. Li Shimin langsung tertawa dan menyuapkan makanan ke mulut Li Zhu, sementara Li Yuan hanya menghela napas, tetapi tetap menurutinya.
Xiao Lan yang menyaksikan pemandangan itu hanya bisa menahan rasa muaknya. Ia membungkuk sekali lagi sebelum segera pergi, tak ingin berlama-lama melihat betapa tidak pedulinya mereka terhadap Li Mei.
Namun, biarkan saja.
Suatu hari nanti, mereka akan menyesal karena mengabaikan orang yang seharusnya mereka jaga. pikir Xiao Lan.
*******
Di dalam kamar yang remang-remang, Li Mei segera mengeluarkan bahan-bahan yang dibelinya dari toko obat. Ia menyalakan tungku kecil, merebus air embun pagi yang telah disiapkan Xiao Lan, lalu mulai mencampurkan semua bahan sesuai instruksi sistem.
Setelah beberapa jam, aroma herbal yang tajam memenuhi ruangan. Campuran itu kini telah menjadi pasta kental berwarna ungu tua. Dengan telaten, Li Mei membentuknya menjadi pil kecil sebesar biji kelereng dan meletakkannya di atas kain bersih.
Ding!
[Selamat! Anda telah berhasil meracik Pil Pemurnian Meridian.]
Li Mei tersenyum tipis. Akhirnya selesai.
Tanpa ragu, ia mengambil satu pil dan menelannya. Begitu pil itu melewati tenggorokannya, ia segera duduk dalam posisi lotus dan mulai bermeditasi, mengikuti instruksi sistem untuk mengarahkan energi dalam tubuhnya.
Awalnya, ia hanya merasakan sedikit kehangatan di perutnya. Namun, dalam hitungan detik, kehangatan itu berubah menjadi panas yang membakar, seakan ada api yang mengalir di dalam nadinya.
Li Mei mengepalkan tangannya, menahan rasa sakit yang menusuk di seluruh tubuhnya. Otot-ototnya menegang, dan napasnya mulai tidak teratur.
Ternyata, racun dalam tubuhku sudah terlalu lama mengendap…
Rasa panas itu semakin kuat, lalu tiba-tiba—
Uuakkh!
Li Mei terbatuk keras dan memuntahkan seteguk darah hitam pekat yang kental dan berbau busuk. Cairan itu jatuh ke lantai, meninggalkan noda gelap yang menjijikkan.
Napasnya tersengal-sengal, tetapi tubuhnya mulai terasa lebih ringan.
[Pemurnian berhasil! Racun dalam tubuh telah dikeluarkan 80%. Untuk pemurnian total, lanjutkan dengan latihan kultivasi.]
Li Mei menyeka keringat di dahinya dan menatap darah hitam di lantai dengan tatapan dingin.
"Jadi ini … semua racun yang mereka berikan padaku selama ini."
Hatinya dipenuhi kebencian yang membara. Tapi sekarang, ia bukan lagi Li Mei yang lemah.
Li Mei yang masih duduk bersila di atas lantai kamarnya. Napasnya sudah lebih stabil setelah muntahan darah hitam pekat yang keluar dari tubuhnya. Tubuhnya terasa jauh lebih ringan, seperti beban bertahun-tahun telah diangkat darinya.
Tiba-tiba, suara dingin sistem kembali terdengar di benaknya.
[Selamat! Pemurnian berhasil. Racun dalam tubuh telah sepenuhnya dikeluarkan.]
[Hadiah: Kecantikan Luar Biasa & Kecerdasan Tingkat Tinggi telah diberikan.]
Saat kalimat terakhir muncul, Li Mei merasakan gelombang energi hangat menyelimuti seluruh tubuhnya. Sensasi itu tidak menyakitkan seperti saat ia membuang racun, melainkan terasa menenangkan.
Dengan rasa penasaran, ia segera meraih cermin perunggu di atas meja dan mengarahkannya ke wajahnya.
Begitu pantulan dirinya terlihat, mata Li Mei membelalak lebar.
Dulu, wajahnya pucat pasi dengan kulit kasar dan penuh bekas luka. Nana sering muncul di beberapa bagian wajahnya akibat racun yang mengendap di tubuhnya selama bertahun-tahun. Rambutnya kusam dan tubuhnya terlihat kurus lemah.
Namun sekarang…
Ia seperti manusia yang benar-benar berbeda.
Kulitnya seputih giok tanpa noda sedikit pun, terlihat bercahaya meski hanya diterangi oleh lilin kamar. Matanya yang dulu redup kini tampak bersinar dengan sorot tajam, berwarna hitam pekat seperti batu obsidian yang memancarkan pesona misterius. Hidungnya lebih ramping dan proporsional, sementara bibirnya berwarna merah alami, tampak lembut dan menggoda.
Rambut hitam panjangnya yang dulu kusam kini jatuh lembut seperti sutra, dengan sedikit kilauan yang mempertegas keindahannya.
Li Mei menatap refleksi dirinya dengan ekspresi rumit.
"Jadi ini … wajah asliku?"
Li Mei tersenyum tipis, dan dalam sekejap, kecantikannya tampak semakin menawan.
Dulu, Li Mei selalu dipaksa mengenakan riasan tebal dan hiasan mencolok, hal itu semakin membuat wajah Li Mei buruk. Semua itu ulah Li Zhu dan ibunya, mereka ingin wajah Li Mei yang sudah dipenuhi bekas luka malah diberikan hiasan agar lebih mengerikan lagi.
Kini, kebohongan itu telah runtuh.
“Aku ingin melihat bagaimana reaksi mereka nanti.”
Li Mei meletakkan cermin dengan senyum penuh arti. Dengan wajah seperti ini dan kecerdasan yang kini telah meningkat, ia bisa membayangkan betapa terkejutnya orang-orang saat melihatnya nanti.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt