ISTRI DARI IBU
Noval duduk dipelaminan bersama seorang gadis cantik, yang baru saja di nikahinya. Wajah yang dipaksakan ceria, membuat Noval jenuh bukan kepalang.
Bagaimana bisa sang ibu memilihkan istri untuknya, tanpa memberitahu.
Noval hanya sedikit takjub ketika menyebut nama gadis itu ketika ijab tadi.
Gadis cantik yang berbalut busana pengantin syar'i berwarna putih nampak tersenyum bahagia menyalami para tamu undangan.
Gadis yang dulu berkulit mengkilat karena terbakar matahari, yang selalu bertelanjang kaki, dan berlari juga meloncat dari satu pohon ke pohon lain, mirip dengan ... Ah, Noval tak habis pikir. Bagaimana Ibunya bisa tertarik dengan gadis urakan ini.
Noval sangat ingat siapa nama gadis yang baru saja ia sebut diijab kabul barusan.
Ya... Gadis itu bernama Hafsah Nadia Anggraini. Namun Noval tak melihat sang Ibu yang dulu menjewer telinga gadis itu,
kemana dia?
Noval Budimana Pramudi, begitu nama lengkapnya, sejak lulus SLTA, ia melanjutkan pendidikan ke universitas ternama dan langsung bekerja, Noval jarang pulang, karena kesibukannya.
Kini ia menjabat sebagai kepala HRD di sebuah perusahaan ternama.
Sebenarnya, Noval memiliki wanita pujaan hati yang bernama Puspa Handayani, sekretaris perusahaannya.
Namun sang ibu menolak dan sudah menjodohkannya, maka impiannya untuk menikahi gadis pujaannya pupus sudah.
Beruntung Noval tak pernah mengungkapkan perasaannya pada Puspa. Hingga ia menyetujui begitu saja perjodohan ini tanpa mengetahui jika istrinya sekarang adalah teman masa kecilnya.
Noval mengingat bagaimana kelakuan sang istri di masa kecilnya. Ketika itu siang hari selepas dhuhur, seperti biasa Noval berangkat untuk mengaji di sebuah TPA di masjid terdekat.
"Noval...!" suara teriakan menggema di gendang telinga.
Noval menoleh asal suara.
Seorang gadis berkulit mengkilat terbakar matahari, celana pendek dengan kaos butut.
Satu lagi, gadis kecil itu suka bertelanjang kaki. Kakinya lincah menari, menjinjit, bahkan melompat, agar sengatan panas aspal tak buat telapak kakinya melepuh.
Riapan rambutnya yang memerah dan jarang disisir itu nampak tergerai di pipinya yang juga memerah. Nama gadis itu Hafsah Nadia Anggraini. Gadis tomboy dan selalu urakan.
"Mau kemana Nov?" tanya gadis itu sambil melompat-lompat.
"Mau ngaji, kamu gak ngaji?" tanya Noval.
"Loh, bukannya Bu Ustadzah Aminah libur ya dua hari?' tanya Hafsah yang langsung mengingatkan Noval.
"Lupa..."
"Main kelereng yuk," ajak Hafsah bersemangat.
"Nggak mau, nanti bau, lagian aku kan udah mandi," jawab Noval menolak ajakan Hafsah sambil menggeleng.
"Hafsah!!" sebuah teriakan nyaring.
Seorang ibu tengah berjalan cepat menuju mereka.
Wajah Hafsah seketika pias. Gadis itu tak bisa melarikan diri dari sosok wanita yang makin lama makin dekat saja dengan mereka.
"Kemane aje lu ye... Udah mau ashar, belon juga pulang, hah!" bentakan dan jeweran langsung menyambar telinga gadis itu.
Gadis kecil itu meringis, namun tak ada teriakan minta ampun keluar dari mulut Hapsah. Karena jika ia melakukan itu maka jeweran sang ibu makin keras di telinganya.
"Ampun mak... Sakit!!" akhirnya ia tak tahan karena memang jeweran itu keras adanya.
"Mendingan lu sakit ama gue luh, dari pade gue nanti yang di hajar malaikat pake cambuk, gara-gara nggak ngedidik elu Sah!" omelan sang emak tak memperdulikan ringisan anak perempuannya.
"Tuh, lu liat Noval, udah ganteng mana pinter lagi, pasti mau ngaji, padahal die tau kalo sekarang libur, nah elu...!" emak terus mengomel.
Lalu ia menggendong Hafsah seperti kanguru. Gadis kecil itu melingkarkan erat pelukannya di leher sang ibu yang masih mengoceh.
"Pulang, mandi!" ucapnya sambil mencubit bokong anak perempuan satu-satunya itu.
Noval menggeleng melihat kelakuan mereka yang kini meninggalkannya.
Ia menghela napas panjang.
"Tadarusan di masjid aja deh, sekalian nunggu ashar," ujar Noval mantap.
‘Nov!” lamunan Noval buyar.
"Apa kita harus mengadakan pesta lagi di kota?" tanya Hafsah, Noval mengangguk.
"Kan teman-teman ku di kota semua, tadi aja yang datang hanya dua orang saja," jawab Noval setelah membersihkan dirinya.
Noval menatap istrinya yang masih mengenakan pakaian pengantin.
"Kenapa belum ganti?" tanya Noval heran.
"Iya, ini mau ke kamar mandi," jawab Hafsah kemudian cepat-cepat masuk ke kamar mandi.
Sampai di kamar mandi, jantung Hafsah berdetak cepat, satu buliran bening menetes di pipinya.
"Mak ... Hafsah udah nikah mak...," ujarnya parau sambil memejamkan mata.
Sedangkan di ranjang yang telah dihias cantik, Noval merebahkan tubuhnya yang penat. Pikirannya melayang kembali saat ia dan Hafsah masih bocah.
Senyuman kembali terpatri ketika mengingat bagaimana ia menangis karena kehabisan kelereng.
Hafsah terus meledeknya "cengeng!" , sambil menjulurkan lidahnya, hingga...
Bukk!
"Adu...duh....!"
ringisan Hafsah ketika telinganya di tarik ke atas oleh sang ibu yang tadi ditabraknya.
Ya, siapa lagi kalau bukan ibunya, karena ayah Hafsah sudah meninggal dunia ketika Hafsah berusia 3 tahun.
Kadang para ibu-ibu suka memarahi ibunya Hafsah yang kelewat kasar sama anak gadisnya.
Namun jawaban sang ibu tak bisa di sangkal oleh para ibu-ibu.
"Duh, kagak kenape-nape deh, aye kasar ame Hafsah, daripada entar jadi anak gak keruan!''
"Pan nyang di tanya di akhirat, aye!"
Pernah waktu itu ibunya Hafsah ingin membotaki kepala putrinya itu, gara-gara gak mau pake kerudung pas berangkat sekolah.
Beruntung tangan sang Ibu yang sudah memegang gunting di tepis oleh pak Ustadz Rando yang kebetulan lewat.
"Biar, biar malu dia kalo botak!" serunya kala itu.
Wajah sang Ibu memerah karena marah.
"Lu tuh udah kelas 6 SD Sah!" jerit sang Ibu, "apa mau Ayah lu di cambuk terus kulitnye karena elu kaga pake jilbab!"
Ustadz Rando menghela nafas berat, sedangkan Hafsah tengah menangis tersedu.
Lalu Ustadz Rando memakaikan jilbab pada Hafsah.
"Ayo, sama paklik, kita ke sekolah, udah telat," ujar ustad Rando sambil menggandeng tangan Hafsah.
Kejadian itu berlangsung dihadapan Noval yang berdiri mematung, dan tersadar lalu segera berlari mengejar Ustadz Rando dan Hafsah, karena ia juga hampir kesiangan.
Ustadz Rando lah yang menjadi wali Hafsah ketika ijab kabul tadi, Ustadz Rando adalah adik kandung almarhum Ayahnya Hafsah.
"Aku lupa nanya, kemana emaknya Hafsah tadi," ujar Noval dalam hati.
“Kok lama dia di kamar mandi?” tanyanya heran ketika menanti wanita yang baru saja jadi istrinya beberapa jam yang lalu.
"Sah .. Hafsah!" teriak kecil Noval memanggil istrinya.
Tak ada sahutan.
"Hmm ... Lama kali ya, secara itu baju penganten kan susah bukanya," ujar Noval kemudian.
Lalu tiba-tiba sifat jahil Noval muncul, ketika ingat jika Hafsah takut akan gelap. Tentu saja pria itu mengenal baik gadis itu. Karena masa kecil Hapsa bersamanya kelas dua SLTP.
Secara perlahan Noval turun dari ranjang, mengendap-endap berjalan menuju saklar, dan ....
Tep ....
Noval menahan tawa dengan membekap mulutnya, menunggu reaksi dari dalam kamar mandi, namun tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
"Ada apa?" suara lembut terdengar di telinga Noval.
Noval menegakkan tubuhnya, matanya melihat kamar mandi yang masih menyala lampunya. Noval tertegun.
“Eh?”
Bersambung.
Karya baru othor nih mohon dukungannya ya.
Next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
1n4
Novel baru nih thor,masuk favorit deh, berarti aku vote novel ini deh, lumayan gak terlalu banyak bab bacanya, bisa di cicil.
Semangat author 💪💪💪💪
2023-06-02
1
➳ᴹᴿˢ᭄°𝓓𝓮𝓪
nov di panggil sampek teriak teriak diem aja
2023-05-18
1
@ꪶꫝ༄Cherry🍒Chubby༄💕🇵🇸
baru baca kak thor ,😁
2023-05-11
1