Ini tentang sebuah perselisihan dua puluh Tahun lalu antara Atmaja dan Biantara
Mereka berperang pertumpuhan darah pada saat itu. Atmaja kalah dengan Biantara, sehingga buat Atmaja tak terima dengan kekalahannya dan berjanji akan kembali membuat mereka hancur, sehancur-hancurnya
Hingga sampai pada waktunya, Atmaja berhasil meraih impiannya, berhasil membawa pergi cucu pertama Biantara yang mampu membuat mereka berantakan.
Lalu, bagaimana nasib bayi malang yang baru lahir dan tak bersalah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3 - Orang jahat
Denis terdiam, sumpah dia tidak mengatahui bahwa gadis yang dia bawa mempunyai kelainan. Ya gimana terlihat begitu sempurna dan tentu saja ciri-cirinya seperti gadis yang diinginkan Tuannya.
"Sa-ya tidak tau, Tuan. Saya akan menelepon kembali orang yang membawanya, kita kembalikan dia."
Melihat Kaivan terlihat murka membuatnya merasa takut, takut jika detik ini dia tinggal nama.
Kaivan berdehem.
"Jangan biarkan dia keluar, hingga uangku kembali."
"Baik Tuan."
Kaivan pergi dari ruangannya. Sialan! mengapa semua orang terasa menyebalkan menurutnya.
Sebab kepalanya seperti berapi-api, dia memilih untuk merenang di kolam pribadinya.
"Gadis itu sudah masuk ke ciri-ciri yang mama sebutin, tapi mengapa dia mempunyai kelainan?" Kaivan mengacak-acak rambutnya.
Mamanya meminta untuk mencari menantu idamannya, beliau ingin anaknya yang sudah kepala tiga itu memiliki istri, agar ada yang mengurusnya.
Kaivan sebenarnya tak butuh yang namanya istri, dia ingin hidup dengan pekerjaan, tapi dengan kondisi mamanya yang saat itu sakit dan mengancamnya akan mengakhiri hidup membuat Kaivan mencari seorang perempuan yang masih perawan.
Dan melihat Aruna pertama kali, Kaivan yakin gadis bertubuh kecil itu masih perawan, lugu dan polos, tapi ternyata dia terkena sindrom peter pan.
"Malas sekali, tapi ini demi mama." Kaivan memejamkan matanya di bawah langit malam, dia kini berada di dalam kolam.
Setelah merasa sudah rileks dia akhirnya bangkit dari dalam kolam, hanya memakai box*r.
Seorang pelayan datang memberikannya handuk. Kaivan pun mengambil handuk tersebut lalu menyuruh pelayan pergi.
Saat sedang memakai pakaiannya, salah satu pelayan mengetuk pintu kamarnya.
"Maaf menganggu waktu, Tuan. Pak Denis mencari Tuan." Setelah mengatakan hal itu pelayan itu langsung pergi.
Helaan napas kasar keluar dari hidung Tuan muda tersebut. Setelah merasa sudah cukup rapi, dia keluar dari kamar untuk menghampiri Denis.
"Tu-an, nomernya sudah tak aktif lagi."
"Kenapa bisa kau se ceroboh itu? Ha?" bentak Kaivan kesal. "Cari sampai kalian menemukan orang yang menjualnya."
"Anu, Tuan... Itu." Denis kelihatan gelisah, apalagi mendapatkan tatapan tajam dari Tuannya.
"Anu apa?" tanya Kaivan.
"Kita sudah mengtanda tangani kontrak, bahwa jika kita sudah mengambil gadis tersebut, kita sudah tak bisa mengambalikannya."
Astaga! Kaivan benar-benar marah, kenapa asistennya yang ia anggap cerdik ini tiba-tiba saja jadi bodoh?
"Maaf Tuan."
Kaivan menghela napas panjang, menatap Denis dengan mata elangnya.
"Jadi gimana Tuan?"
"Gimana lagi? Uangku angus jutaan rupiah hanya untuk gadis kekurangan sepertinya." Kaivan melirik ke arah kamar yang tertutup rapat.
"Maaf Tuan, ini salahku."
"Hmm, ya ini salahmu. Saya ingin sekali membunuhmu lalu memberikan dagingmu itu kepada Sora."
Perkataan Kaivan membuat Denis mati kutuk, dia menelan salvinnya susah payah. Sora? Sora adalah singa peliharaan Kaivan.
"Tapi karena kau sudah sangat berjasa, saya akan memaafkanmu, lain kali berpikir sebelum bertindak."
Denis menunduk, mengangguk samar. Dia bernapas lega bisa mendapatkan kesempatan kedua. Jangan sampai kesempatan kedua dia kembali membuat masalah, hidupnya benar-benar akan tamat.
"Terima kasih, Tuan. Jadi kita apakan gadis itu Tuan?" tanya Denis dengan nada waspada, memastikan kalimatnya tidak menyinggung Kaivan.
"Apakan apa? KAU INGIN MENID*RINYA?" bentak Kaivan. "Uangku sudah habis banyak, sayang sekali jika saya melepaskannya dan memberikanmu begitu saja. Biar dia jadi urusanku, mending kau pergi dari sini sebelum saya berubah pikiran dan membunuhmu."
Denis terbatuk-batuk, dia segera pergi dari sana sebelum perkataan Tuannya benar-benar terjadi.
Kaivan memejamkan matanya, meredahkan emosinya yang tak bisa dia kontrol.
Dengan langkah lebarnya, ia berjalan ke ruangan di mana dia mengurung gadis kecil itu.
"AKU MAU PULANG," teriak Aruna saat pintu di buka.
Kaivan mendapatkan teriakan begitu sudah pasti tak terima.
"Hiks hiks, kamu orang jahat." Aruna memukul dada Kaivan menggunakan tangan kecilnya. "Lepasin Una, Una enggak pernah nakal sama kamu, kenapa kamu nangkap Una. DASAR ORANG JAHAT." Teriakan Aruna di akhir kalimatnya tepat di depan wajah Kaivan.
"Heh, berisik sekali, bisa tidak kau diam ha?" tanya Kaivan mencekik leher Aruna membuat Aruna terbatuk-batuk.
Air matanya membasahi pipi putih dan mulusnya.
"Kau cerewet sekali!" bentak Kaivan, menarik dengan kasar tangan Aruna menuju ke suatu tempat.
Sampainya di tempat tujuannya, Kaivan menarik Aruna ke dekapannya.
"Jika kau terus berteriak, saya akan membuangmu ke dalam sana, kamu tau apa yang ada di dalam sana kan?" tanya Kaivan dengan berbisik tempat di depan telinga Aruna.
Aruna dengan mata bengkak dan dada yang naik turun karena menangis menatap ke depan.
"Itu he-wan yang Una lihat dalam tv, katanya hewan itu berbahaya, bisa memakan daging manusia seperti Una."
"Pintar, jadi jika kamu tidak menurut dan terus memberontak, saya akan melemparmu ke sana, biar kamu dimakan."
Akhirnya tangisan Aruna berhenti, dia menoleh ke samping, menatap mata Kaivan.
"Tapi Una mau pulang," ucapnya dengan sesengukan.