NovelToon NovelToon
GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Romansa Fantasi / Selingkuh / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kekasih misterius
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nameila

Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembulian

Di pagi hari yang cerah dan tenang, Catherine masih bergelung mesra dengan selimut tebalnya. Mimpi indahnya terusik ketika mendengar suara alarm yang berbunyi.

Catherine mengerjapkan matanya. Ia meraih ponsel berniat mematikan alarm, mata yang tadinya mengantuk sekarang terbuka lebar.

"Aku telat!"

Catherine dalam sekejap langsung bangkit dari tidurnya, ia sampai sempoyongan karena tubuhnya belum siap untuk diajak bergerak. Ia berlari menuju kamar mandi, ia melakukan ritual mandinya dengan cepat.

"Ayo Catherine cepat!!"

"Aduh aku gak mau telat. Yakali Catherine yang cantik ini telat."

Catherine tergesa-gesa, ia sangat gugup sekarang. Setelah memeriksa penampilan dan kelengkapan ia langsung keluar kamar.

Catherine menuju ruang makan untuk berpamitan pada kedua orangtuanya. Dia berjalan dengan cepat menuju meja makan, ia langsung mengambil susu coklat hangat dan meminumnya sampai habis.

Semua orang di meja makan menatap Catherine dengan bingung, tanpa mengatakan apapun ia tiba-tiba datang dan langsung minum.

"Sayang, kenapa buru-buru gitu?" Tanya Sania.

Catherine mengambil sandwich di hadapannya, ia menatap Sania dengan raut wajah panik. "Mommy Rine kesiangan udah mau telat, hari ini ada kuliah pagi. Dosennya datang tepat waktu terus."

Sania menggelengkan kepalanya. "Kamu ini, udah tahu ada kuliah pagi eh baru berangkat sekarang."

Catherine mengerucutkan bibirnya. "Semalam Rine gak bisa tidur Mommy."

Sania menghembuskan nafasnya. "Sarapan dulu ya. Mommy gak mau perut kamu kosong."

"Catherine makan sandwich saja sambil di jalan Mommy. Udah gak sempet kalo sarapan dulu." Ucapnya.

"Daddy anter kamu ke kampus ya Sayang." Ucap Robyn.

Catherine menggeleng lagi. "Gak usah Dad, aku berangkat sendiri aja."

"Sayang, kamu lagi panik kaya gini jangan nyetir sendiri. Daddy antar saja." Robyn menatap khawatir Catherine, ia tahu pasti putrinya akan ngebut nanti. Ia tak mau putrinya kenapa-napa.

Catherine menatap Robyn dengan tatapan memohon. "Daddy gak usah khawatir, Rine bakal hati-hati kok."

Deon bangkit duduknya, ia menatap ke arah Catherine. "Ayo berangkat bareng Abang aja."

Catherine membuka mulutnya hendak menolak ajakan Deon, tapi suara kedua orangtuanya menghentikannya.

"Sayang..."

"Kali ini kamu jangan nolak ya Princess."

"Tapi-"

"Yaudah deh Catherine berangkat sama Abang."

Deon tersenyum lembut, ia mengelus pelan puncak kepala Catherine. "Good girl. Abang ambil kunci mobil dulu ya, kamu tunggu di luar."

Catherine mengangguk pelan. "Jangan lama-lama Abang."

"Iya Princess." Setelah mengatakan itu Deon langsung pergi meninggalkan ruang makan untuk mengambil kunci mobilnya.

...----------------...

Mobil Deon memasuki gerbang Kampus, ia menghentikan mobilnya di dekat gedung manajemen tidak jauh dari fakultas pendidikan.

Catherine mengerucutkan bibirnya. "Abang kok parkir di sini sih." Ucapnya dengan nada kesal.

Deon menatap Catherine bingung. "Kenapa princess? Bukankah ini lebih dekat dengan gedung mu? jadi kamu gak perlu capek-capek lagi."

"Iya sih tapi... Ah udahlah Abang gak bakal paham." Catherine meraih tasnya yang ada di kursi belakang.

"Eh? Apa Princess?" Tanya Deon.

"Catherine turun sekarang, sepuluh menit lagi udah masuk kelasnya." Ujar Catherine.

Catherine turun dari mobil, semua atensi terarah padanya yang turun dari mobil Deon. "Rame banget. Gara-gara Abang nih." Lirihnya.

Catherine berjalan perlahan, sepanjang jalan semua mata mengarah padanya. Dia tidak suka situasi ini, rasanya ia seperti terciduk kencan dengan seorang Aktor.

"Lagian kenapa Bang Deon parkir di sini? Rame kan yang lihatin. Mana mukanya garang semua lagi tuh cewek-cewek."

"Aku yakin mereka pasti fansnya Bang Deon, ngeri banget lihatnya. Ini juga kapan sampainya." Gumam Catherine.

"Catherine."

Catherine tersentak ketika mendengar suara Deon yang memanggilnya, ia menoleh ke belakang.

Di sana Deon berjalan cepat menghampirinya. Catherine menggerutu dalam hati. "Mampus! Ini kenapa Abang manggil aku di hadapan semua fansnya sih."

Deon berhenti di hadapan Catherine, tangannya terulur menyerahkan ponsel. "Ponsel kamu ketinggalan Princess."

"Makasih Abang, Catherine buru-buru tadi." Catherine memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu menatap Deon.

"Catherine pergi dulu Bang." Pamitnya.

Deon mengacak pelan puncak kepala Catherine. "Belajar yang rajin ya."

Semua orang tercengang menatap kedekatan Deon dan Catherine. Walaupun mereka tidak mendengar apapun.

Tapi mereka bisa melihat bagaimana Deon yang begitu perhatian dengan Catherine.

Selama ini Deon tidak pernah dekat dengan gadis manapun, tiba-tiba pagi ini Deon berangkat dengan mahasiswa baru bahkan mereka terlihat sangat dekat.

"Game Over. Takut banget di rujak sama fansnya Bang Deon." Batin Catherine.

Catherine hanya mengangguk, ia langsung pergi meninggalkan Deon. Dia berjalan dengan cepat, ia tidak mau melihat ke sekitarnya.

Catherine menghembuskan nafasnya lega ketika sampai di kelasnya, entah apa yang akan terjadi jika ia berlama-lama di luar.

Catherine melihat Denada yang tersenyum menatapnya, dengan cepat ia langsung duduk di sampingnya.

"Kenapa Lo ngos-ngosan gitu?" Tanya Denada.

Catherine menoleh. "Aku pikir telat tadi."

"Lo gak lihat grup chat?"

*Ada apa emangnya?" Tanya Catherine bingung.

Denada menepuk dahinya melihat Catherine yang menatapnya bingung. "Dosennya gak masuk, disuruh belajar sendiri."

Catherine melebarkan matanya, ia langsung membuka tas dan mengambilnya ponsel, dan benar saja ada begitu banyak pesan dari grup chat.

Catherine mendesah kesal, ia sudah buru-buru tadi bahkan cuma makan sandwich saja, ditambah harus lari-larian menghindari masa.

"Aku gak sempet cek hp tadi. Ih nyebelin banget." Gerutu Catherine.

Denada terkekeh geli. "Makanya punya hp tuh jangan cuma jadi pajangan doang."

Catherine meletakkan kepalanya diatas meja dengan lesu. Hari ini ia merasa sangat sial.

"Ehem."

Catherine mendengar suara seseorang lalu ada suara bangku di sampingnya digeser, sepertinya ada seseorang yang duduk di sana.

"Hai Catherine!"

Catherine menoleh, ia menegakkan tubuhnya untuk melihat dengan jelas orang yang menyapanya. "Jordan? Apa dia dendam sama aku ya? Aku belum minta maaf soal kemarin." Batinnya.

"Hai Jo!" Jawab Catherine.

"Jo? Boleh juga." Pikir Jordan.

"Gue mau tanya, Lo ikut club musik kan?" Tanya Jordan.

"Ah jadi dia tanya soal club musik, kirain mau marah sama aku." Pikir Catherine

"Iya kenapa emang?" Tanya Catherine.

Jordan terdiam sejenak, ia menatap Catherine yang masih menatap dirinya. "Jadi gini, gue tertarik ikut club musik juga. Pendaftarannya masih dibuka gak kira-kira?"

Catherine menggaruk pelipisnya pelan, ia menatap Jordan dengan perasaan tidak enak. "Duh maaf ya aku gak tahu soal itu, coba kamu ke club musik buat mastiin."

Jordan menundukkan kepalanya dengan mengangguk. "Gitu yaa..."

Tak lama Jordan mengangkat wajahnya menatap Catherine. "Lo bisa nemenin gue ke club musik nanti?" Tanya Jordan penuh harap.

Catherine yang ditatap begitu pun merasa tidak enak jika menolak. "Hmmm boleh deh, pulang kuliah nanti ya."

Jordan tersenyum puas, ia mengangguk mantap. "Oke Catherine, gue tunggu nanti."

"Iya Jo." Ucap Catherine.

Jordan tersenyum ke arah Catherine, setelah itu ia bangkit dan pergi menuju bangkunya. Ia kembali bergabung dengan teman-temannya.

Denada penasaran. "Kenapa Lo terima ajakan dia?"

"Aku gak enak nolaknya, anggap saja sebagai bentuk permintaan maaf soal kemarin pas aku sengaja ngagetin dia." Jelas Catherine.

"Jordan juga kenapa sih gak pergi sendiri aja." Gerutu Denada.

Catherine mengedikkan bahunya. "Gak tahu, mungkin dia gak tahu tempat club musik." l

Denada menatap Catherine yang terlihat lesu, "Kenapa Lo?"

Catherine melengkungkan bibirnya ke bawah, "Lapar." Jawabnya lirih.

"Lo gak sarapan tadi?"

Catherine menatap Denada melas. "Gak sempat, aku kan buru-buru tadi. Cuma makan sandwich aja."

Denada merasa kasihan pada teman barunya ini. "Ayo ke kantin, gue temenin."

Mata Catherine berbinar cerah. "Serius? Ayok!"

Denada mengambil tasnya, ia bangkit berdiri di samping Catherine. "Mau kantin yang mana nanti?"

"Gak tahu, menurut kamu yang cocok buat sarapan kantin mana?" Tanya balik Catherine.

Denada berpikir sejenak. "Kantin dekat gedung Ekonomi aja. Gak terlalu jauh kok."

"Boleh deh." Catherine langsung berdiri dari duduknya.

Catherine dan Denada keluar dari kelas, mereka berjalan menuju kantin.

...----------------...

"Kamu cari tempat duduk aja Nad, biar aku yang pesan." Ujar Catherine.

Denada menatap Catherine ragu, ia menggeleng. "Gak usah Cath, kita barengan aja. Ini juga gak terlalu ramai kok."

Sebenarnya ia tidak tenang meninggalkan Catherine sendirian, apalagi sejak tadi sepanjang jalan semua mahasiswa menatap ke arah temannya dengan pandangan yang rumit, ia sadar akan hal itu.

Denada dengan sengaja mengajak Catherine terus berbicara sepanjang jalan untuk mengalihkan perhatiannya.

Dan sekarang di kantin juga sama aja, ada beberapa yang menatap Catherine.

Mendengar jawaban Denada, Catherine hanya mengangguk, ia langsung mengambil mengambil tempat makan dan antri.

Sepertinya menu kali ini Korean Food, terlihat banyak sekali makanan khas Korea yang berjajar di meja. Catherine sangat bersemangat melihat makanan lezat ada didepan matanya.

Catherine dan Denada menatap ke sekitar mencari bangku kosong. Tatapannya terfokus pada seseorang yang melambaikan tangan padanya.

"Catherine sini!!" Ucap seseorang itu.

Catherine tersenyum melihat Rania yang ada di sini. Ia menoleh pada Denada. "Kita ke sana yuk. Dia temanku." Ucapnya.

Denada mengikuti langkah Catherine menuju meja yang sudah ada seorang gadis yang makan di sana.

"My baby bunny Catherine! Gue kangen sama Lo." Ucap Rania dramatis.

"Setiap hari kita ketemu Ran." Ujar Catherine.

"Oh iya kenalin ini Denada, teman sekelas aku." Ucap Catherine mengenalkannya pada Rania.

Rania mengulurkan tangannya pada Denada. "Hai Dena salam kenal. Gue Rania."

Denada menjabat tangan dengan tersenyum. "Salam kenal juga Rania."

Catherine menatap heran Rania yang makan sendirian di kantin. "Kok kamu sendirian Ran?"

Rania menoleh. "Oh, gue baru sampai dan belum sarapan. Yaudah gue langsung ke kantin, mana tahan gue kalo gak makan." Ucapnya menjelaskan.

"Lah Lo sendiri? Tumben banget sarapan di kampus. Lo kan selalu sarapan di rumah." Heran Rania.

Catherine tersenyum lucu, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kesiangan tadi."

"Pasti Lo habis begadang semalem." Tebak Rania.

Catherine mengangguk membenarkan, semalam ia memang tidak bisa tidur.

"Kebiasaan." Gerutu Rania.

Denada menatap interaksi Catherine dan Rania. "Kalian temenan udah lama?" Tanyanya dengan penasaran.

Rania dan Catherine mengangguk. "Dari kecil kita temenan."

Makanan Catherine sudah habis, tapi ia masih ingin makan camilan. Dia bangkit dari duduknya.

"Aku mau ambil Tteokbokki, kalian mau gak?" Tawar Catherine.

"Mau mau! Beli dua Rine." Ucap Rania.

"Mau gue temenin Cath?" Ujar Denada.

"Gak usah Nad, kamu lanjut makan aja." Tolak Catherine.

Catherine bangkit dari duduknya, ia melangkah pergi ke tempat makanan ringan. Ia mengambil Tteokbokki lalu berjalan kembali menuju mejanya.

Baru beberapa langkah ia berjalan, Catherine tiba-tiba jatuh. Kakinya dijegal seseorang.

Brak!!

"Aww.." Desis Catherine menahan rasa sakit di lututnya. Sepertinya ia jatuh sangat keras tadi.

Denada dan Rania menoleh ke arah sumber suara, mereka membulatkan matanya.

"Catherine!!" Teriak mereka.

Dengan cepat mereka berjalan menghampiri Catherine yang terjatuh.

Saat Denada dan Rania ingin menolong Catherine, mereka dihalangi dua orang gadis.

"Eits mau kemana kalian." Ucap salah satu gadis.

Rania menatap gadis itu dengan tatapan tak terima karena dihalangi. "Sial, ternyata masih ada senioritas di kampus ini." Batin Rania.

"Minggir Kak, saya mau nolongin teman saya." Ucap Rania tanpa takut.

"Nolongin?? Mending Lo di sini aja nonton pertunjukan seru dari kita." Ucapnya sinis.

Rania mengalihkan tatapannya. Matanya langsung membulat sempurna, ia melihat Catherine yang disiram jus jeruk di kepalanya.

"Catherine..."

Denada terkejut melihat Catherine yang sudah diguyur jus jeruk. Ia ingin menolong tapi tidak bisa karena ditahan.

"Well well well! Jadi ini yang tadi pagi berangkat sama Deon." Ucap seorang gadis yang tadi menyiram jus jeruk pada Catherine.

"Benar Monic, kasih dia pelajaran." Ucap seorang gadis yang ada di sampingnya.

Monica Fernanda, gadis yang terkenal biang onar di kampus. Ia fans garis keras Deon, siapapun yang berani dekat dengan Deon akan berurusan dengan Monica.

Catherine mendongak ia menatap gadis itu, yang tersenyum remeh padanya. "Astaga jadi aku dibully ini ceritanya?" Batinnya.

Catherine berdiri, ia menatap gadis itu dengan tenang. Bahkan ia mengambil tisu untuk membersihkan wajahnya.

"Berani banget Lo berangkat bareng pacar gue!" Ucap Monica.

"Pacar??" Beo Catherine.

Monica menatap angkuh pada Catherine. "Iya! Deon itu cowok gue, dan Lo orang yang gak jelas asal usulnya berani banget deketin Dia."

"Jadi ini selera Deon?" Ucap Catherine tenang. Ia menatap Monica sari atas hingga bawah lalu mengangguk.

"Sialan! Apa maksud Lo! Lo tuh cuma mahasiswa baru di sini, gak usah belagu jadi orang."

"Emang kenapa kalo saya mahasiswa baru." Ucap Catherine.

Monica menggeram marah melihat Catherine yang melawan ucapannya dengan tenang. "Sialan! Lo harus sopan sama senior!!"

"Sopan? Dengan orang yang sengaja menjegal kaki saya, dan menyiram saya dengan jus jeruk? Jangan membuatku tertawa Kak!" Ucap Catherine.

Monica menunjuk wajah Catherine, wajahnya menggeram marah. "Lo! Berani Lo ngomong gitu sama gue?!!"

"Kenapa harus takut? Saya gak salah. Kita aja gak saling kenal, bahkan ini pertama kalinya kita bertemu." Ujar Catherine.

Monica maju ke hadapan Catherine, ia mencengkeram erat dagunya. "Berani banget ya Lo!!"

"Lo udah caper sama Deon, terus berani membantah omongan gue. Benar-benar minta dihajar?" Ancam Monica.

Tidak ada raut ketakutan diwajah Catherine. Ia bahkan tersenyum saat ini. "Caper??"

Catherine terkekeh sinis. "Buat apa saya caper sama Deon."

Monica semakin mengeratkan cengkeramannya. "Lo pasti godain Deon kan? Karena dia kaya. Lo pasti mengincar hartanya." Tuduhnya.

"Bukannya kebalik?" Ucap Catherine.

Monica semakin marah, ia melepaskan cengkeramannya. Lalu menjambak rambut Catherine dengan kuat.

Catherine meringis kesakitan. "Aww!!"

Kantin semakin ramai, mereka berkerumun melihat Catherine yang dibully Monica. Sudah lama mereka tidak melihat membully orang, dan sekarang mereka menyaksikannya lagi.

"Wah apa nih ramai-ramai." Erick menatap segerombolan orang yang sedang menyaksikan sesuatu.

"Makanan gratis kali." Celetuk Gaga.

Erick berbinar-binar, mendengar makanan gratis membuatnya bersemangat. Ia dengan cepat berlari ke arah kerumunan.

Deon hanya menatap acuh kerumunan itu, ia ingin berbalik. Tapi ditahan Gaga. "Lo mau ke mana. Ayo susul Erick."

"Itu orang harus diawasi, kalo enggak pasti buat ulah nanti." Gaga melangkah menyusul Erick.

Deon berdecak malas, ia pun dengan terpaksa berjalan menyusul teman-temannya.

Erick menelusup masuk ke dalam kerumunan, ia melihat ada apa di sana. Matanya membola ketika melihat Catherine yang sedang dijambak Monica.

"Catherine cantik!!" Teriak Erick.

Erick menatap marah Monica yang menarik rambut Catherine dengan kencang. "Lo apa-apaan anjing!" Bentak Erick.

Erick ingin melepaskan tangan Monica di rambut Catherine, tapi tidak bisa karena Monica yang menghalanginya.

Bahkan ia tambah menarik dengan kencang rambut Catherine hingga mundur ke belakang.

"Lo gak usah ikut campur. Ini urusan gue buat ngasih pelajaran sama cewek gatel ini!!" Monica tidak menyangka Erick berniat menolong Catherine.

"Sialan!! Catherine kesakitan bangsat!! Apa salah dia sama Lo!" Ucap Erick dengan penuh emosi.

"Cewek gatel ini udah berani godain Deon!! Dia bahkan berangkat bersama!! Gue gak terima." Monica kembali mencengkeram dagu Catherine.

"Lo gila Monica!! Lo bisa habis sama Deon!" Alasan konyol macam apa ini.

"Gak mungkin, Deon pasti berterimakasih sama gue karena udah ngasih pelajaran sama cewek gatel ini."

"Lepasin Catherine bangsat!!!"

"Gak-"

"APA YANG UDAH LO LAKUKAN SIALAN!!!" Teriak Deon yang muncul dari kerumunan.

Deon menatap tajam ke arah Monica yang masih menjambak Catherine.

"Mampus Lo!" Ucap Erick.

Deon maju dengan cepat, ia menarik kasar Monica lalu mendorongnya menjauh hingga terjatuh.

Deon menatap Catherine dengan khawatir, rambut adiknya berantakan, dagunya merah dan ada goresan di sana. Bajunya basah karena jus jeruk.

"Abang.." lirih Catherine.

Deon merapikan rambut Catherine. "Tenang Abang ada di sini." Deon mengalihkan tatapannya pada Monica.

Ia menatap tajam Monica. "Apa yang udah Lo lakukan sama Adik gue!"

Deon menggeram marah, tangannya terkepal erat. Ia ingin menghajar wajah gadis dihadapannya ini karena telah berani menyakiti Adik kesayangannya.

Monica yang mendengar ucapan Deon tersentak kaget, tubuhnya bergetar melihat tatapan Deon yang seakan ingin membunuhnya.

"Adik?!!"

"Lo punya nyali juga bully Adik gue!!" Deon berjalan mendekat ke arah Monica secara perlahan, tangannya terkepal dengan erat.

Monica tidak tahu harus apa, ia ketakutan. Ia tidak menyangka ternyata Catherine adik Deon.

Monica membuat kesalahan besar, harusnya dia mencari tahu dulu siapa Catherine. Ia mundur ke belakang dengan tubuhnya yang bergetar takut.

"Deon gue bisa jelasin. Gue gak sengaja. Gue gak tahu kalo dia adek Lo." Jelasnya dengan suara bergetar.

Deon menyeringai. "Gak sengaja Lo bilang?!" Ia semakin mendekat, tangannya sudah terangkat siap memukul Monica. Tapi gerakannya terhenti karena suara Catherine.

"Abang..." Ucap Catherine mendekati Deon.

Catherine menggeleng memperingati."Gak usah dilanjutin."

Deon menghela nafasnya kasar. "Tapi dia udah berani bully kamu Princess! Abang gak terima!" Ucapnya.

"Catherine tahu Abang. Tapi aku gak mau Abang mukul cewek." Jelasnya.

"Abang tenang ya, Catherine bisa mengatasi ini."

Deon mengangguk lesu. Ia akan menuruti Catherine kali ini, tapi ia akan membalaskan semua kesakitan adiknya secara diam-diam.

Catherine menoleh kearah Monica yang masih bergetar ketakutan. Ia melangkah mendekatinya. "Gimana Kak? Masih mau bully aku?"

"Lain kali cari tahu dulu ya Kak, jangan bertindak gegabah! Keliatan bodoh jadinya."

Catherine menatap Monica yang memucat, sepertinya dia benar-benar ketakutan sekarang. Ia ingin tertawa, dimana keganasannya tadi waktu membully dirinya, kenapa sekarang malah diam saja.

"Aku bukan tipe orang yang melawan dengan kekerasan Kak, tenang aja."

"Kali ini Kakak aman dari amukan Bang Deon, tapi aku gak bisa menjamin untuk ke depannya. Jadi hati-hati ya Kak!" Ucap Catherine.

Catherine melangkah mundur dari hadapan Monica. "Ah iya, aku memang gak menggunakan kekerasan. Tapi..."

Catherine menoleh ke sekitar, ia melihat seorang gadis yang membawa segelas jus buah naga.

Catherine mendekati gadis itu. "Aku minta ya, aku bayar." Ia menyerahkan selembar uang pada gadis itu.

Catherine mengambil jus buah naga tersebut lalu menumpahkannya ke atas kepala Monica.

Byur

"... Tentu saja aku akan balas dendam. Aku cuma mau mengembalikan apa yang udah Kakak perbuat padaku."

"Selamat menikmati jusnya Kak Monica."

Tangan Monica mengepal kuat, ia menahan emosinya. Ia tidak bisa melakukan apapun sekarang.

Setelah melakukan itu, Catherine pergi meninggalkan kerumunan menuju Kamar mandi, ia harus membersihkan tubuhnya sekarang. Rasanya sangat lengket.

Rania dan Denada yang melihat Catherine pergi pun langsung pergi mengikutinya.

Deon mendekati Monica. "Kali ini Lo selamat. Tapi siap-siap aja. Lo akan berurusan sama gue kalo macem-macem sama Catherine lagi."

Deon pergi meninggalkan Monica, ia akan menyusul Catherine dan memastikan Adiknya baik-baik saja.

Erick dan Gaga berdiri di hadapan Monica, mereka menatap sinis ke arahnya.

"Jangan pernah berpikir buat menyakiti dia lagi Monica. Lo gak akan pernah kita lepasin kalo nyari masalah sama Catherine." Ucap Erick

"Dan jangan lupa, Lo udah berurusan sama The Wilson. Lo pikir mereka akan diam saja?" Ucap Gaga.

Monica tersentak takut mendengar ucapan Gaga, dia lupa jika Catherine juga bagian dari The Wilson. "Sialan!" Desisnya marah.

"Gue pikir, Lo harus sembunyi mulai dari sekarang." Ejek Erick.

"Nikmati sisa hidupmu Monica."

...****************...

1
Anita Rahayu
Luar biasa
Mabel
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
🌹Yuukidarkness🥀✨
Gak nyangka!
swaggy
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!