Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Kak." panggil Aura, saat melihat Kaifan sedang duduk di ruang keluarga.
Kaifan mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Aura, yang terlihat ingin berbicara sesuatu, namun tidak jadi.
"Ada apa? " tanya Kaifan heran.
"Ahh.. Nggak jadi deh." keluh Aura dengan tampang yang tidak enak, biasalah wanita ular, sedang mencari perhatian.
"Bicara saja, kamu mau ngomong apa? " desak Kaifan yang sudah mulai kepo.
"Aku nggak enak, takut nanti aku di sangka ngadu ngadu. " lirih Aura dengan wajah sendunya.
"Klau loe mau ngomong tinggal ngomong, klau nggak mau, pergi sana, nggak usah cari sensasi." omel Devan yang dari tadi muak melihat tingkah Aura.
Aura lansung terlonjak kaget mendengar suara bariton Devan itu, dia pikir Devan tidak ada di rumah, ternyata abang angkat ke duanya ada di rumah, menyesal juga dia tidak mencari tau terlebih dahulu keberadaan sang abang.
"Dev, marah marah mulu loe." omel Kaifan.
"Muak gue melihat gaya sok cari perhatian dia ini." sinis Devan.
Aura menunduk takut melihat wajah garang abang angkatnya itu.
"A-aku cuma mau kasih tau sesuatu." lirih Aura.
"Mau kasih tau apa? " lembut Kaifan yang tidak tega melihat wajah sendu adiknya itu.
Devan hanya memutar mata jengah melihat ke dua orang itu.
"I- itu, tadi aku nggak sengaja melihat adek di cafe." lirih Aura.
"Sabira maksud kamu." ujar Kaifan yang memang sedikit kepo tentang adik bungsunya itu, semenjak kepergian sang adik dari rumah, rasa ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya.
Sementara Devan diam diam memasang telinganya, apa lagi yang akan di lakukan perempuan licik ini, tapi dia diam dan pura pura bermain HP.
"Yes..." Aura bersorak girang di dalam hati, rencananya berjalan mulus, apa lagi sekarang ada Devan juga di sana, apa tanggapan ke dua laki laki itu tentang foto Sabira yang dia ambil diam diam tadi.
"Iya, bang." jawab Aura pelan.
"Memang kamu ketemu di mana? " cecar Kaifan
"Di Cafe pelangi, dia sama laki laki, sepertinya seumuran sama abang Kai." ujar Aura yang mulai memercikkan api.
"Nggak mungkin ah..." ujar Kaifan.
Devan yang mendengar itu, belum bereaksi apa pun, dia ingin tau kelanjutan drama wanita sundel ini, bagaimana cara dia menjatuhkan sang adik, yang mulai Devan sadari, wanita yang terlihat polos tanpa dosa ini ternyata adalah rubah licik, yang menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan saingannya.
"Aku punya buktinya, nggak sengaja ke foto sama aku tadi." semangat Aura.
"Mana? coba abang lihat." pinta Kaifan kepo.
Devan lansung tersenyum miring mendengar ucapan Aura itu, ada lagi nggak sengaja ke foto, Devan hanya geleng geleng kepala dengan kelakuan Aura itu.
"Ini." Aura memberikan hpnya ke tangan Kaifan.
"Apa apaan anak ini! pantas saja dia mau keluar dari rumah ini, dan berani keluar tanpa membawa uang sepersen pun, ternyata ini kelakuannya di luar sana, murahan! " geram Kaifan, membuat Devan tidak suka dengan kata kata Kaifan itu.
"Coba gue lihat." Devan lansung merampas HP Aura yang masih berada di tangan Kaifan.
Bibir Devan tersenyum miring melihat foto tersebut dan menatap Aura dengan tatapan tajam, tentu saja Aura bergidik ngeri melihat tatapan Devan yang menyeramkan itu.
"Loe yakin, klau ini foto nggak sengaja loe foto? " sinis Devan.
"I- iya. " gugup Aura.
Devan tersenyum miring menatap Aura.
"Keren ya, nggak sengaja ke foto, tapi angle nya dapat banget, seperti di foto sama orang profesional." cibir Devan.
Deg...
Degup jantung Aura lansung berpacu dengan kencang, dia lupa, klau Devan bukan lah orang yang mudah untuk di provokasi, dia orang yang sangat jeli untuk melihat sesuatu, tidak dengan Kaifan yang selalu terburu buru dalam bersikap, dan sangat emosional.
"Maksud loe apaan? sudah tau dia bersalah masih loe bela.' kesal Kaifan.
Devan menatap malas sang abang.
" Bira memang duduk sangat dekat dengan laki laki ini, tapi bukan sedang berciuman atau bermesraan, loe nggak lihat mereka sedang fokus menatap satu titik." cibir Devan menjelaskan kepada sang abang.
Kaifan pun ikut melihat apa yang di bilang oleh Devan dan meneliti foto itu.
Ternyata benar, Sabira sedang melihat laptop dengan serius, begitupun dengan laki laki di sampingnya tak kalah serius.
Devan menatap garang ke arah Aura yang sudah mulai ketakutan, ternyata kali ini dia tidak berhasil untuk menghasut Kaifan.
"Apa maksud loe memperlihatkan foto ini? sengaja membuat abang semakin benci sama Sabira, adek gue!" bentak Devan sarkas.
"E-enggak kok, aku cuma ngasih tau aja, karena abang sudah lama nggak ketemu sama Bira, makanya aku foto." ucap Aura keceplosan.
"Sengaja memfoto mereka yang duduk sangat dekat, dan loe sengaja memancing kemarahan dan kebencian abang melihat Bira yang berdekatan dengan laki laki lain, dan terkesan menjadi gadis murahan, begitu?! " cibir Devan.
Deg...
Kaifan lansung tersentak kaget mendengar ucapan tajam Devan, sepertinya dia mulai menyadari sedikit demi sedikit, klau Aura memang tidak sepolos itu, dan dengan sikap lemah lembutnya, berusaha untuk membuat dia membenci adik bungsunya."
"Apa yang di bilang Devan itu benar? " tekan Kaifan, menatap nyalang Aura.
"T-tidak bang." gugup Aura.
"Cih... Penuh drama, loe iri kan, sama adek gue, dia cantik, pintar, banyak bakat, bahkan sekolah saja tidak ada mengandalkan nama besar keluarga Rajendra, dia mengandalkan isi otaknya sendiri, makanya loe sangat membenci Sabira."
"Loe mereka terancam dengan keberadaan adik gue, yang jelas jelas anak kandung Johan Rajendra, dan sementara loe hanya anak pungut, yang kapan saja bisa di buang, makanya loe selalu ingin membuat segala cara untuk menjatuhkan adik gue, dasar tidak tau diri, benalu." maki Devan meninggalkan Kaifan dan Aura, hatinya sedang panas, dia takut tidak bisa menahan amarahnya kepada Aura.
Aura bergetar menahan takut, dia meremas kuat ujung gaunnya.
"Apa yang di ucapkan Devan itu benar?! " tanya Kaifan dengan tatapan kecewanya.
"Ehhh..." gugup Aura.
"Klau benar, abang sangat kecewa sama kamu." ucap Kaifan ikut beranjak dari duduknya.
"Agggkkk... Sial sial... Kenapa jadi gini sih." kesal Aura frustasi.
"Menyebalkan." gerutu Aura ikut meninggalkan ruangan itu dengan menghentak hentakan kakinya dengan kasar ke lantai.
Bersambung....
Haii... jangan lupa like komen dan vote.... 😘😘😘
ᴄᴘᴛ ʟᴀʜ ᴋᴀᴜ ʙᴋᴛ ᴋɴ