Menikah adalah cita-cita setiap wanita. Apalagi, ketika menikah dengan laki-laki yang begitu didamba dan dicintai.
Namun apa jadinya, ketika dihari pernikahan itu di gelar, justru mendapat kabar dari pihak mempelai laki-laki. Tentang pembatalan pernikahan?
Hal itulah yang tengah dialami oleh Tsamara Asyifa. Gadis yang berusia 25 tahun, dan sudah ingin sekali menikah.
Apakah alasan yang membuat pihak laki-laki memutuskan pernikahan tersebut?
Lalu, apakah yang Syifa lakukan ketika mendengar kabar buruk itu?
Akankah ia mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu? Atau justru menerima takdirnya dengan lapang dada.
Hari pernikahan adalah hari yang begitu istimewa.
Tapi apa jadinya, jika di hari itu justru pihak laki-laki membatalkan pernikahan? Tanpa diketahui apa sebabnya.
Hal itulah yang di alami oleh Tsamara Asyifa.
Akankah ia akan mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu, untuk tidak membatalkan pernikahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Kucing kota
Farah dan Soffin membulatkan matanya, setelah melihat nominal angka yang tertera pada layar handphone Tsamara. Bahkan Soffin dan Farah sampai geleng-geleng kepala.
Sedangkan papa, yang notabenenya adalah seorang pebisnis, tentu tidak kaget melihat nominal uang sebanyak itu. Ia yakin keuntungan Thoriq menjual multivitamin untuk program diet, cukup banyak.
Meskipun papa pernah dua atau tiga kali bertemu dengannya, yaitu saat mengantar Soffin les. Tapi ia bisa menyimpulkan, jika Thoriq adalah pemuda yang baik.
Lelaki itu terlihat tulus dan sopan. Ia juga pecinta anak-anak. Karena saat mengantar les, Soffin terlihat akrab sekali dengannya.
Padahal Soffin adalah tipikal anak yang hanya bisa dekat pada orang-orang yang membuat dirinya nyaman saja.
Dalam hati, pak Abas berdoa. Semoga Thoriq tidak menyakiti anak sulungnya, Tsamara.
Jika mengingat gagalnya pernikahan anaknya kemarin, rasanya pak Abas ingin sekali mengebom rumah Anwar. Agar matii sekalian.
Untung saja, Tsamara tidak sampai mengalami gangguan jiwa. Dan kini setelah gagalnya pernikahannya, justru gadis itu bisa sukses. Diam-diam bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah sendiri.
Papa merasa tidak pernah direpotkan oleh Tsamara. Dan bahkan justru gadis itu banyak sekali membantunya.
"Simpan baik-baik uang itu, Tsa. Papa akan tetap dan selalu memberimu uang bulanan. Karena kamu sudah banyak mengerjakan tugas rumah.
Farah, semoga kamu tidak iri dengan apa yang didapatkan kakakmu. Kamu papa kuliah kan, sedangkan kakakmu kan tidak.
Bagaimana pun juga, kalian ini adalah saudara. Saudara itu ibarat satu bagian tubuh.
Jika salah satu bagian tubuh kita merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya juga akan merasakan sakit.
Kamu tahu sendiri kan, kakakmu juga pernah mengalami masa-masa sulitnya. Mungkin sekarang adalah waktunya untuk bahagia.
Jika saudara kita bahagia, kita juga harus ikut bahagia. Karena dengan bahagia, semuanya akan terasa mudah dan menyenangkan." nasehat papa dengan hati-hati dan penuh kelembutan. Karena ia juga tidak mau menyinggung perasaan Farah.
"Tenang saja, pa. Farah tahu diri kok. Rezeki setiap orang itu kan beda-beda. Farah tidak akan iri. Justru Farah ikut senang. Setelah kakak pernah merasakan kesedihan, sekarang bisa mendapatkan kebahagiaan. Farah cuma minta, ditraktir saja, kok. Boleh kan kak?" kekeh Farah di ujung kalimatnya. Sambil menoleh ke arah kakaknya yang duduk disampingnya.
"Tentu boleh, dong. Habiskan sarapannya. Habis itu kita pergi keluar. Jalan-jalan kemana pun kakak turuti. Yang penting uangnya cukup." ucap Tsamara, lalu ia terkekeh. Dan diikuti oleh anggota keluarganya yang lain.
Mereka telah selesai makan. Kini mereka pun membereskan sisa makanannya. Lalu bersiap-siap pergi.
Tujuan utama mereka adalah ke kebun binatang. Karena Soffin sangat ingin melihat berbagai jenis binatang. Setelah itu, barulah mereka akan mampir ke mall. Untuk membeli baju Tsamara.
Mereka berangkat dengan mengendarai mobil. Karena jarak tempuh antara satu tempat ke tempat yang lain cukup jauh.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil. Soffin duduk di depan dekat dengan papanya. Sedangkan Farah dan Tsamara di jok belakang.
Sepanjang perjalanan, mereka selalu bercakap-cakap. Ada saja yang menjadi bahan mereka bercanda. Mulai dari kebiasaan Farah yang mendengkur keras ketika tidur. Tsamara yang selalu memeluk dan mencium guling ketika tidur, dan masih banyak lagi.
Hingga tak terasa, akhirnya mereka sudah tiba di taman margasatwa.
Si kecil Soffin, menjadi yang paling antusias. Ia segera turun dari mobil dan berlari kecil menuju loket karcis. Papa dan kedua kakaknya segera menyusulnya.
Setelah membayar karcis, mereka masuk. Soffin lagi-lagi berlari. Karena rasa tidak sabar nya untuk melihat binatang yang ada di kebun binatang itu.
Tsamara memvideo tingkah Soffin yang dianggapnya lucu itu. Lalu mengunggahnya di aplikasi WhatsApp nya.
Tak berapa lama kemudian, ada seseorang yang mengomentari statusnya. Tsamara menyunggingkan senyum tipis, melihat Thoriq yang mengomentari statusnya.
'Kok, ke kebun binatang. Kakak ngga diajak sih? Besok kalau masuk les, kakak tagih oleh-olehnya ya.' isi pesan dari Thoriq yang disertai emoticon terkikik.
Walaupun pesan itu di tujukan untuk adiknya, Soffin. Tapi entah kenapa ia begitu senang. Ia pun berniat membalasnya.
'Kak Thoriq mau dibelikan apa. Soffin, belum punya penghasilan lho.' balas Tsamara disertai emoticon terkikik juga.
'Kucing hutan saja satu. Soalnya kakak sudah punya kucing kota yang lucu dan tidak menggigit.'
"Kucing? Kucing kota? Siapa maksudnya? Tidak mungkin kan dia ngatain aku kucing?" lirih Tsamara sambil mengernyitkan dahi.
Entah kenapa Tsamara merasa sebutan kucing kota itu seperti ditujukan untuk dirinya. Dan ia sama sekali tidak marah. Bahkan ia justru tersenyum tipis.
Dan tanpa ia sadari, kelakuannya saat berbalas pesan sambil senyum-senyum itu diperhatikan oleh Farah dan papanya.