NovelToon NovelToon
KARMA Sang Pemain Cinta

KARMA Sang Pemain Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Pelakor jahat / Balas dendam pengganti
Popularitas:64.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Naura, seorang gadis desa, terjerat cinta pria kaya raya—Bimo Raharja, saat memulai pekerjaan pertama di kota.

Pada suatu hari, ia harus menahan luka karena janji palsu akan dinikahi secara resmi harus kandas di tengah jalan, padahal ke-dua belah pihak keluarga saling mengetahui mereka telah terikat secara pernikahan agama.

"Mas Bimo, tolong jangan seperti ini ...." Naura berbicara dengan tangis tertahan.

"Aku menceraikan kamu, Naura. Maaf, tapi aku telah jatuh cinta pada wanita lain."

Baru saja dinikahi secara agama, tapi tak lama berselang Naura ditinggalkan. Masalah semakin besar ketika orang tua Naura tahu jika Bimo menghamili wanita lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Jangan Menikahinya

Pagi yang suram menyambut Bimo ketika mobilnya melintasi jalan menuju rumah besar keluarga Raharja.

Bangunan itu berdiri megah, dikelilingi taman yang luas dengan pohon-pohon tua yang rindang.

Namun, rasa berat di hatinya membuat tempat itu terasa dingin dan mencekam.

Ia tidak hanya khawatir tentang kondisi Eyang Putri, tetapi juga tentang percakapan yang akan terjadi.

Setelah memarkir mobilnya, ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah berat.

Pelayan keluarga menyambutnya dengan hormat, tapiwajah mereka terlihat cemas.

“Tuan Bimo, Nyonya besar sedang menunggu Anda di ruang keluarga,” ujar salah satu pelayan dengan suara pelan.

Bimo mengangguk, lalu berjalan menuju ruang keluarga.

Di sana, ia menemukan ibunya duduk di sofa, sementara Eyang Putri terbaring di kursi panjang dengan selimut menutupi tubuhnya.

Wajah perempuan tua itu pucat, tapi matanya masih tajam, penuh wibawa.

“Bimo,” suara ibunya terdengar dingin.

“Kenapa kamu begitu ceroboh? Bagaimana bisa kamu menikah tanpa memberitahu keluarga?”

Bimo menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

“Bu, Eyang... aku tahu ini mengejutkan, tapi aku punya alasan. Aku mencintai Naura. Lagi pula bukankah Ayah dan dua sepupuku sudah mewakili keluarga waktu itu?”

“Mencintai?” Eyang Putri yang awalnya diam kini membuka suara.

Meski tubuhnya terlihat lemah, nada bicaranya penuh penekanan.

“Cinta itu tidak cukup, Bimo. Apalagi jika cintamu menghancurkan kehormatan keluarga ini,” katanya penuh emosi.

Bimo menatap neneknya dengan penuh rasa bersalah.

“Eyang, aku tidak berniat menghancurkan apa pun. Aku hanya ingin hidup dengan orang yang aku cintai,” ungkap Bimo berusaha jujur.

Eyang Putri mendengus, lalu duduk dengan susah payah.

“Kamu pikir hidup hanya tentang cinta? Kamu lupa bahwa kamu adalah seorang Raharja? Keluarga kita memiliki nama besar yang harus dijaga.”

Bimo meremas tangannya, merasa terpojok.

“Naura bukan orang jahat, Eyang. Dia perempuan baik yang hanya ingin hidup sederhana bersamaku,” kilah Bimo mencoba membela Naura.

“Sederhana?” nada suara Eyang Putri meninggi.

“Kamu membawa perempuan itu ke dalam keluarga ini tanpa memikirkan akibatnya! Dia tidak pantas untukmu, Bimo. Dia tidak tahu apa-apa tentang dunia kita.”

Bimo terdiam, mencoba menahan amarah yang mulai membara di dalam dirinya. Ia tahu percakapan ini tidak akan mudah, tetapi ia tidak menyangka neneknya akan sekeras ini.

“Eyang,” katanya dengan suara yang lebih tegas.

“Aku sudah memutuskan. Naura adalah istriku, dan aku akan menikahinya secara sah. Tidak ada yang bisa mengubah itu.”

Namun, reaksi neneknya membuatnya terkejut.

Mata perempuan tua itu membelalak, dan suaranya bergetar dengan emosi yang tak terkendali.

“Kalau kamu tetap menikahi perempuan itu, aku... aku akan mengakhiri hidupku sendiri!”

Bimo tersentak, tubuhnya terasa membeku.

“Eyang, jangan berkata seperti itu!” serunya.

Ibunya yang sejak tadi diam kini ikut berbicara.

“Kamu lihat apa yang kamu lakukan, Bimo? Kamu membuat Eyang sampai berpikir seperti ini! Apa kamu tidak merasa bersalah?”

Bimo memandang neneknya dengan tatapan penuh rasa sakit.

“Eyang, tolong jangan lakukan itu. Aku tidak ingin kehilangan Eyang hanya karena ini.”

“Kalau begitu, tinggalkan perempuan itu!” Eyang Putri berseru.

“Kamu punya tanggung jawab kepada keluarga ini, Bimo. Kamu tidak bisa hidup sesukamu!”

Bimo menggenggam kedua tangannya erat-erat, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk.

Ia tahu ia harus membuat keputusan, tetapi keputusan itu terasa seperti duri yang menusuk hatinya.

Setelah percakapan itu, Bimo berjalan keluar dari ruang keluarga dengan langkah gontai.

Kepalanya terasa berat, dan hatinya penuh dengan rasa bersalah.

Ia tahu cintanya kepada Naura adalah hal yang benar, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan rasa hormatnya kepada neneknya.

Di luar, ia duduk di teras sambil memandang taman yang luas. Bayangan wajah Naura terlintas di pikirannya, membuat hatinya terasa semakin hancur.

“Mas Bimo,” suara lembut pelayan memanggilnya.

“Nyonya besar meminta Anda untuk tetap tinggal malam ini.”

Bimo mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia tahu ibunya dan neneknya tidak akan membiarkannya pergi begitu saja tanpa memastikan ia benar-benar mengerti pesan mereka.

Saat malam tiba, Bimo berbaring di kamar tamunya dengan pikiran yang terus berputar.

Ia memikirkan apa yang akan ia katakan kepada Naura. Bagaimana ia bisa menjelaskan semua ini tanpa menyakiti gadis itu?

Di apartemen, Naura duduk sendirian di ruang tamu.

Ia mencoba menghubungi Bimo beberapa kali, tetapi teleponnya tidak dijawab. Hati kecilnya mulai merasa gelisah.

Apakah Bimo baik-baik saja? Apakah keluarganya menerima kehadirannya?

Keesokan paginya, Bimo akhirnya meninggalkan rumah keluarganya dengan hati yang penuh beban.

Ia tahu pertemuannya dengan Naura akan menjadi momen yang sulit.

Ketika ia tiba di apartemen, Naura langsung menyambutnya dengan senyum lega.

“Mas, aku khawatir sekali. Kamu tidak menjawab teleponku.”

Bimo mencoba tersenyum, tetapi senyumnya terasa dipaksakan.

“Maaf, Sayang. Aku tidak sempat.”

Naura memandangnya dengan penuh perhatian.

“Ada apa? Kamu terlihat sangat lelah.”

Bimo menghela napas panjang, lalu memegang tangan Naura.

“Kita harus bicara, Naura,” katanya, suaranya terdengar samar.

Nada suaranya membuat senyuman di wajah Naura menghilang. Hatinya mulai diliputi ketakutan.

“Ada apa, Mas?” tanya Naura dengan raut cemas.

Bimo menatap gadis itu dengan mata yang penuh rasa bersalah.

“Keluargaku... mereka tidak setuju dengan pernikahan kita. Eyangku sangat marah, bahkan sampai jatuh sakit.”

Naura terdiam, tubuhnya terasa kaku.

“Aku... aku tidak tahu harus berkata apa.”

“Aku akan berjuang untuk kita, Naura,” kata Bimo dengan tegas.

“Tapi ini tidak akan mudah. Eyangku mengancam akan melakukan hal yang buruk pada dirinya sendiri jika aku tetap menikahimu.”

Air mata mulai menggenang di mata Naura. Ia tidak pernah membayangkan cintanya kepada Bimo akan membawa begitu banyak penderitaan.

“Mas, kalau semua ini terlalu berat untukmu, aku...” suaranya tercekat, tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.

“Jangan, Naura,” potong Bimo. “Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku. Kita akan melewati ini bersama.

Namun, meski Bimo mencoba meyakinkan Naura, ia sendiri tidak yakin apakah ia mampu menghadapi tekanan ini.

Bayangan neneknya, ibunya, dan semua tanggung jawab yang menghimpitnya terus menghantui pikirannya.

Di malam yang sunyi itu, Naura duduk di ruang tamu sambil memandang keluar jendela.

Bimo sudah tertidur di kamar, tetapi Naura tidak bisa memejamkan matanya. Ia memikirkan semua yang telah terjadi, semua yang mungkin akan terjadi.

Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menghadapi semua ini? Ataukah mereka hanya akan terluka lebih dalam seiring berjalannya waktu?

Di dalam kamar, Bimo juga tidak benar-benar tidur. Ia menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang terus berputar.

Ia mencintai Naura, tetapi ia juga mencintai keluarganya. Dan sekarang, ia merasa seperti harus memilih antara dua hal yang sama-sama penting baginya.

(Bersambung)

1
Teddy
Yah, udah tamat aja
Erni Nofiyanti
kamu yg lemah,plinplan
Erni Nofiyanti
Raka aneh,banyak duit tp ngga bisa ngelindungi.kalau ngga kasih bodyguard Napa
udh Naura cari yg baru,yg bisa ngelindungi kamu
Raka terlalu plin-plan
Samantha
Aku baya sampe bab ini, Guys
Teddy
Tiba-tiba dapat kejutan di Bab ini, duh Thor .... kamu, love deh
Nina_Melo
Sp seh Ci pelakunya? Jan kambing hitamin Naura deh
Erni Nofiyanti
pasti prempuan yg mukanya mirip naura.kan dia udh bebas dari penjara
Lintang Lia Taufik: wah, love u Kak. Thanks ya udah sudi meramaikan kolom komentar /Heart//Heart/
total 1 replies
Ira
kerennn
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih sudah sudi mampir membaca. /Heart/
total 1 replies
Teddy
Semoga gak tergoda
Teddy
Gas Up dong Thor
Nina_Melo
Haduh, pelakor
Teddy
Semangat ya, ceritanya bagus kok. Aku nungguin Bab selanjutnya 🥰
Nina_Melo
Yuk, mampir Guys
Nina_Melo
up
Irma Linggawati
Akhir ceritanya gimana. ??
Lintang Lia Taufik: Wah terimakasih sudah mampir membaca karya saya. Sabar ya, Kak. Di tunggu Bab selanjutnya. Masih proses pengetikan. ❤️
total 1 replies
Ndah Nya Iyann
kpn bahagia Nya kOnflik Mulu GK beres²
Lintang Lia Taufik: Sabar Kak, soalnya mau ending. Setiap konflik kan selalu ada penyelesaian. Terimakasih sudah sudi mampir.
total 1 replies
Teddy
Kelamaan, bunuh aja Alden kelar
Teddy
Serahin aja Aline ke gua
Nina_Melo
Makin seru loh ya
Lintang Lia Taufik: Wah, makasih sudah mensupport karyaku
total 1 replies
Nina_Melo
Waduh saingan baru Raka nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!